Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
Bulan melangkahkan kakinya dengan langkah cepat. Koridor rumah sakit yang tampak ramai pun tidak bisa mengurai sedikit rasa berdebarnya.
Padahal Bulan sudah berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengiyakan apa yang hatinya bilang.
Meski dengan jelas mendengar apa yang tadi Fajar katakan, Bulan sangat tidak berani untuk membenarkan. Takut sakit lagi.Gadis itu sedikit terengah-engah saat langkah kakinya sudah membawanya ke pintu keluar rumah sakit.
Bulan berusaha mengirup udara sebanyak yang ia bisa. Selain dadanya terasa sesak karena berjalan dengan langkah cepat, bayangan kalimat Fajar pun menjadi salah satu penyebabnya.Bulan merogoh handphone yang ia letakan di Sling bag yang ia bawa.
Bulan mengirim pesan kepada Alya dan menyuruh temannya itu untuk menghampiri dirinya disini.
Sambil menunggu kedatangan Alya, Bulan mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang juga masih berada di lingkungan rumah sakit.
"Gue belum ngasih tau ke Bulan kalau gue suka sama dia"
"Tenang aja! Gue gak bakal nyakitin Bulan lagi!
Bayangan kalimat itu kembali memenuhi kepala Bulan.
Bulan memegang jantungnya yang masih belum bekerja selayaknya jantung pada umumnya.
Tanpa sadar, kedua sudut bibir Bulan tertarik keatas meski hanya sedikit.
Tak lama, gadis itu menggelengkan kepalanya cepat dan memukul kepalanya pelan."Gak! Maksud kak Fajar bukan seperti yang ada dipikiran kamu Bulan!" Tegasnya berulang kali pada dirinya sendiri.
"Tapi, apa ada maksud lain selain itu?" Lagi-lagi dirinya dilanda kegundahan.
"Apa mungkin kak Fajar suka aku? Bukannya terlalu sulit buat kak Fajar suka sama aku? Kenapa bisa?"
Perasaan Bulan saat ini campur aduk. Ada senang, marah, bingung bahkan takut. Entah mengapa mendengar apa yang Fajar katakan seolah membawanya kembali ke diri Bulan waktu SMA dulu.
Hanyut dalam pikiran nya sendiri, Bulan sampai tidak sadar jika Alya dengan motornya sudah berada di hadapannya.
"Ehem!" Alya sengaja mengeraskan suaranya. Namun, Bulan masih belum sadar.
"Ini kenapa saya ga dianggap ya?" Tanyanya dengan suara yang masih sengaja Alya keraskan.
Alya memutar bola matanya jengah. Temannya itu masih belum menyadari keberadaan nya juga meski sudah di kode dengan keras.
"BULAN PUSPITA RAHSA!" kali ini Alya lebih menguatkan suaranya.
Bulan bergidik kaget.
Alya tersenyum tak ikhlas saat tataan keduanya bertemu.
"Jadi naik ojek saya gak mbak?"
Bulan buru-buru berdiri dan menerima helm yang Alya berikan.
"Jadi dong mbak!" Bulan segera menaiki jok motor Alya.
"Sesuai aplikasi ya mbak" Alya segera menjalankan motornya. Sementara Bulan terkekeh geli mendengarnya.
"Gimana? Baik-baik aja kan kakak kelas kesayangan kamu itu?" Tanya Alya di tengah perjalanan mereka.
Bulan terdiam sejenak. Bulan memang belum memberi tahu alasan mengapa dirinya meminta Alya untuk menjemputnya. Dan Bulan memang berniat memberi tahu Alya perkara hal yang membuatnya bingung begini segera.
Bulan mengangguk meski sangsi Alya melihatnya.
"Kak Fajar baik-baik aja kok!""Dibilangin juga! Kamu terlalu mengkhawatirkan dia tau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...