Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
Bulan memejamkan matanya menikmati semilir angin Yogyakarta yang satu Minggu sudah tidak ia rasakan.
Kembali menginjakan kakinya di kota yang bagi Bulan awalnya asing. Namun kini kota Yogyakarta sudah bagian dari cerita hidupnya.Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore tepat saat kedua sahabat itu, Alya dan Bulan, tiba di kota Yogyakarta.
Sama seperti saat mereka berangkat ke Jakarta kemaren, mereka berdua kembali memilih transportasi kereta meski harus menempuh perjalanan kurang lebih 7-8 jam lamanya."Lo baik baik aja kan kak? Gak pegel duduk selama itu?" Mengikuti arah pandang Alya, Bulan juga ikut melirik ke arah Fajar yang berdiri di sebelahnya.
Sebenarnya sejak mereka duduk di kereta pagi tadi, Bulan masih dilanda kebingungan sebab Fajar tiba-tiba saja datang dan duduk di bangku tepat di depan Alya dan juga Bulan. Pasalnya Fajar yang notabene seorang arsitektur dengan gaji yang begitu besar, tentu saja laki-laki itu tak akan merasa rugi dengan membeli satu tiket pesawat bukan?
Waktu ditanya dengan Alya mengapa Fajar tiba-tiba memilih transportasi kereta api daripada pesawat, jawaban Fajar "Gak sempat pesan tiket pesawat"
"Gue baik-baik aja kok. Bukan kali pertama juga gue duduk selama itu" jawab Fajar tanpa menoleh.
Alya mencibir tanpa suara. Alya mah pura-pura gak tau aja niat laki-laki itu, padahal terlihat sangat jelas usaha laki-laki itu yang tengah mendekati Bulan.
Suara dering ponsel milik Bulan terdengar. Dengan cepat Bulan merogoh tas nya.
"Halo Dhan?"
"Baru sampe kok"
Diam-diam Fajar mendengarnya dengan seksama. Meski tak yakin, Fajar menebak jika yang saat ini menelpon Bulan adalah laki-laki yang hari itu dilihat oleh Fajar.
"Kamu udah disini?"
"Ini aku mau sampe di pintu masuk kok"
"Oh iya Dhan. Aku tunggu"
Fajar tanpa sadar mengepalkan tangannya. Garis rahangnya mengeras saat sadar laki-laki yang ada dipikiran Fajar kini tengah berlari ke arah mereka.
"Kok ada Adhan?" Tanya Alya berbisik.
"Mau jemput kita katanya" balas Bulan juga ikut berbisik. Namun tetap saja Fajar masih bisa mendengarnya.
"Hai Bulan" sapa Adhan saat baru saja tiba.
Berbeda dengan Alya dan Bulan yang memandang Adhan dengan sebuah senyuman, Fajar memandang Adhan dengan pandangan sengit.
"Harusnya kamu gak perlu jemput kamu Dhan! Ngerepotin tau!"
Fajar memutar bola matanya malas.
Kenapa bicaranya manis banget sih?!"Gak ngerepotin kok. Lagian kebetulan waktu kamu kasih tau kalau mau nyampe, aku diluar. Jadi sekalian aja" jawab Adhan dengan pandangan yang sejak tadi tidak bisa lepas dari Bulan.
Fajar berdehem. Sengaja laki-laki itu keraskan agar Adhan sadar bahwa bukan hanya ada Bulan di sana. Namun ada juga dirinya yang sama sekali tidak disapa oleh laki-laki itu.
"Oh halo! Atasan Bulan di tempat les kan?" Sadar akan sosok Fajar, Adhan menyapanya.
Tak menjawab, Fajar hanya mengangguk dengan raut wajah yang masih datar.
Alya yang melihatnya terkekeh geli. Ia sangat tau jika saat ini Fajar tengah terbakar api cemburu. Dan ide jahil pun muncul di otaknya.
"Adhan perhatian banget sih sama Bulan! Sampe rela kesini untuk jemput Bulan! Ah Bulan enak banget punya teman laki-laki yang baik kaya Adhan, iya kan Bul?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...