Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
"Sudah lama tidak bertemu, apa kabar?" Bulan sedikit tersentak ketika suara berbisik Fajar terdengar begitu jelas di telinganya karena jarak keduanya yang cukup dekat.
Bulan melirik sekilas tanpa berani memandang langsung ke arah Fajar.
"Alhamdulillah baik pak"Untuk beberapa saat, Bulan tak lagi menerima balasan. Sampai suara kekehan kecil Fajar berhasil kembali membuat Bulan melirik ke arahnya.
Bulan kini berani menatap Fajar dengan gamblang. Laki-laki itu masih terkekeh entah karena apa. Bulan memandanginya heran.
"Kenapa pak?" Tanya Bulan yang berhasil menyadarkan Fajar dari kekehan yang masih tersisa itu.
Fajar menengok ke arah Bulan. Menatap manik mata Bulan dan menguncinya.
"Pak? Kenapa kamu kembali memanggilnya saya dengan sebutan begitu?" Bulu kuduk Bulan meremang. Suara berat namun pelan yang baru saja Fajar keluarkan, benar-benar membuat dirinya yang mendengar merasa merinding.
Bulan berdehem. Membasahi tenggorokannya seraya mengalihkan perhatiannya ke arah lain.
"Ini kan.....lagi jam kerja, pak. Gak etis aja kalau saya berbicara tidak formal dengan pak Fajar" jawab Bulan seraya berusaha menggeser tubuhnya agar sedikit memberi jarak pada Fajar. Namun nihil, mereka memang benar-benar dikepung oleh barang-barang yang membuat mereka tidak bisa banyak bergerak.
"Kalau hanya saya yang mendengar, saya gak masalah Bulan! Kalaupun mereka yang mendengar, saya juga tidak masalah! Kita bukan orang asing yang baru saja bertemu, bukan?" Bukan Fajar mau memaksa Bulan untuk memberitahu semua orang bahwa mereka pernah kenal, Bukan! Fajar hanya tak suka mendengar Bulan memanggilnya dengan sebutan 'Pak', entah mengapa.
"Saya yang ngerasa gak enak pak" Bulan memelankan suaranya, takut obrolan mereka didengar pihak lain.
"Tolong, bicara seperti biasa sama saya jika hanya kita berdua! Ini perintah!" Bulan menatap Fajar. Tak lama, hanya sebentar. Gadis itu buru-buru mengalihkan pandangannya kembali ketika menatap sorot mata Fajar yang begitu tajam.
Bulan menghela nafas pasrah. Sepertinya titah Fajar tak bisa ia bantah kali ini.
"Iya kak"Sorot mata yang awalnya tajam, kini berganti menjadi bentuk bulan sabit. Senyumnya Fajar kembali merekah ketika Bulan tak lagi bicara formal dengannya.
.......
Masih ada setengah jam perjalanan lagi sebelum mereka benar-benar sampai ke tempat tujuan mereka.
Bulan menegakan punggungnya yang sejak tadi terasa lelah sebab tak bisa ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi karena barang bawaan mereka yang menghalangi.
Tanpa Bulan sadari, Fajar diam-diam memperhatikannya. Memperhatikan Bulan yang sudah beberapa kali tertangkap mata Fajar tengah meluruskan punggungnya itu.
Dengan inisiatifnya, Fajar membenahi beberapa barang agar bisa menyisahkan sedikit tempat agar Bulan bisa duduk dan menyandarkan punggungnya.
Setelah merasa cukup dengan celah yang ia buat, Fajar menepuk pelan pundak Bulan.
Bulan menoleh.
"Kamu bisa bersandar sekarang"Bulan memfokuskan pandangannya ke arah sandaran kursinya. Tadi awalnya penuh barang di belakangnya, namun kini beberapa barang tadi sudah beralih ke lain tempat.
"Kamu pasti cukup lelah duduk tanpa bersandar" lanjut Fajar.
Bulan berpikir sejenak. Pandangannya beralih dari sandaran kursi ke arah Fajar. Ditatapnya wajah laki-laki itu lamat. Laki-laki yang kini juga tengah memandangnya dengan pandangan meyakinkan, juga tak lupa dengan senyum manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...