bagian 46

1K 117 22
                                    

Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca

Fajar terlihat gelisah sejak beberapa menit yang lalu. Jam makan siangnya sudah berjalan 15 menit lamanya, namun laki-laki itu masih tak beranjak dari kursinya untuk sekedar mengisi perut.

Fajar justru masih berdiam diri di ruangan kerjanya dengan perasaan gundah sejak awal dia memulai hari.

Laki-laki itu terus memandangi hp yang ia genggam meski tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang.

"Ck! Gimana saya menghubungi kamu, Bulan!"

Memang sejak pagi tadi, Fajar sudah resah sendiri perihal Bulan. Laki-laki itu ingin sekali menghubungi Bulan. Tapi tidak tau alasan apa yang harus pakai untuk menghubungi gadis itu.

Sejak acara piknik yang mereka lakukan 3 hari yang lalu, Fajar tidak lagi bertemu dengan Bulan. Selain tidak punya alasan untuk bertemu, KaryaKita juga sedang libur dikarenakan anak didik mereka juga tengah libur semester.

Dipandanginya lagi layar hp miliknya yang kini tengah menampilkan beberapa foto yang ia ambil saat beberapa hari di Mangunan.

Lagi-lagi sudut bibirnya tertarik keatas. Entah kenapa setelah menyadari perasaannya, kini setiap mengingat atau melihat sesuatu yang berhubungan dengan Bulan, Fajar terus tersenyum tanpa alasan. Bahkan, 3 hari ini Fajar rutin duduk di balkon kamarnya hanya untuk memandangi bulan yang ada di langit sana.

"Saya terlalu telat menyadarinya ya, Bulan" monolog nya sendiri masih dengan memandang foto yang ada sosok Bulan di dalamnya.

"Saya gak tau pasti sejak kapan saya jatuh suka sama kamu, tapi saya yakin perasaan saya memang sudah lama jatuh di kamu" lanjutnya

Lagi-lagi Fajar terkekeh kecil sendiri. Mengingat setiap momen kecil yang tercipta diantara dia dan juga Bulan.

Ahh seperti ini ternyata rasanya jatuh cinta!

"WOY! kenapa Lo? Gue lihat dari luar sana Lo senyum-senyum sendiri! Gak lama gelisah sendiri" Edo datang tiba-tiba hingga berhasil membuat Fajar terkejut.

"Bisa gak kalau masuk ruangan orang lain tuh permisi dulu?!" Sungut Fajar kesal

"Habisnya Lo kaya orang gila gue liat dari tadi" tanpa izin Edo sudah duduk di kursi depan Fajar dengan tangan yang penuh dengan makanan.

"Nih makan! Jangan sampe Lo mati gara-gara gila!" Edo memberikan sekotak makanan untuk Fajar.

Fajar tersenyum senang. Ada untungnya juga Edo datang kemari, meskipun sedikit menyebalkan.

"Thanks!" Fajar membuka kotak makan yang Edo bawa. Rupanya laki-laki itu membelikan mangut lele yang memang jadi favorit Fajar.

Fajar tak pernah bosan memakan mangut lele ini. Fajar juga akan senang hati jika setiap hari harus memakan hidangan ini. Sampe sekarang, mangut lele buatan Bu Minah, salah satu pemilik warung makan yang letaknya tidak begitu jauh dari kantornya.

"Lo kenapa sih Jar? Gue liat dari pagi Lo kaya bukan Fajar biasanya?" Tanya Edo di sela-sela Fajar menyantap makanannya.

"Emang gue kenapa? Gue biasa aja perasaan" sela Fajar masih menikmati mangut lele di hadapannya.

"Lo lagi jatuh cinta ya?" Tebak Edo.

Fajar tersedak. Tenggorokannya terasa perih. Dengan cepat Fajar meraih air mineral di hadapannya.

"Santai aja kali! Sampe kesedak gitu" Edo berucap santai.

"Lo kalau ngomong bisa nanti aja gak sih?! Gue lagi makan!" Sungut Fajar setelah meneguk setengah botol air.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang