Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
Bulan masih duduk termangu di kursi nya. Matanya menatap ragu bangunan yang sudah menjadi separuh hidupnya itu.
Meskipun saat ini mereka berada di area parkir yang berada di belakang KaryaKita, dan otomatis disini cukup sepi karena memang hanya pengajar KaryaKita lah yang parkir di bagian belakang, rasa gugup Bulan tak bisa ia sembunyikan.
"Ayo turun!"
Bulan menoleh ke arah Fajar yang sudah membukakan pintu mobil untuknya.
Bulan diam. Tak menjawab atau menunjukkan reaksi apapun. Ia hanya menatap Fajar dengan tatapan yang seolah berkata ia takut dan juga malu.
Fajar tersenyum geli. Laki-laki itu menundukkan sedikit tubuhnya gar sejajar dengan wajah Bulan yang masih duduk diam di kursi penumpang mobilnya.
"Kenapa?" Tanya lembut.
"Kamu malu?" Tanya Fajar lagi seraya menyelipkan anak rambut Bulan.
"Ak-"
"Kamu malu punya pacar seperti kakak?" Potong Fajar yang langsung membuat Bulan menggeleng cepat. Mana mungkin dia malu kan?
"Mana mungkin aku malu kak! Bukannya harusnya kebalik ya? Kak Fajar yang harusnya ma-"
"Saya sangat bangga dan senang mempunyai pacar seperti kamu Bulan" Fajar tersenyum tulus
Bulan ikut membalas senyuman Fajar dengan senyuman yang tak kalah manis. Keduanya saling tatap dengan posisi Fajar yang masih berdiri di sebelah pintu dan Bulan yang belum beranjak dari kursinya.
"Sekarang keluar ya? Kakak gak mau menyembunyikan hubungan kita lagi! Kalau bisa, kakak mau memamerkan ke seluruh dunia kalau kakak punya pacar seindah bulan"
Bulan membuang wajahnya. Gadis itu berusaha menahan dan menyembunyikan rasa salah tingkahnya. Tapi meski sudah berusaha menghindari tatapan Fajar, pipi merona gadis itu sangat menandakan jika Bulan tengah salah tingkah saat ini.
"Yaudah ayo--"
Bulan seketika membulatkan matanya. Perlahan ia memundurkan kepalanya meski percuma karena ada sandaran kursi yang mempersempit gerakannya.
Gadis itu cukup terkejut saat kepalanya kembali menoleh ke arah Fajar.
Wajah Fajar yang tadinya berjarak cukup jauh dari wajahnya, tiba-tiba sudah berada cukup dekat dengan wajahnya.
Bulan menahan napasnya. Gadis itu juga menutup kedua matanya tak kala wajah Fajar semakin maju dan semakin mendekat padanya.
Sampai suara klik terdengar dan ia merasakan seat belt yang ia pakai terlepas, Bulan baru membuka kedua matanya.
Namun Bulan kembali membulatkan matanya. Dan kini semakin lebar saat mendapati wajah Fajar yang rupanya masih tertahan di depan wajahnya.
Keduanya sama-sama diam. Saling beradu pandang dengan jarak yang cukup dekat itu. Bahkan keduanya bisa merasakan deruh napas satu sama lain. Bulan juga yakin jika Fajar pasti bisa mendengar detak jantungnya yang berdegup kencang.
Fajar memindai wajah Bulan. Dari alis gadis itu yang tidak begitu tebal namun pas untuk gadis itu. Turun ke hidung yang ternyata Bulan mempunyai hidung yang mancung juga. Sampai turun ke bibir gadis itu. Bibir yang terlihat kecil namun akan terlihat sangat manis jika gadis itu tersenyum.
Fajar kembali menaikan pandangannya ke sepasang mata yang masih membulat sempurna itu. Lagi, tatapnya kembali turun ke bibir gadis itu. Ia menatap mata dan bibir Bulan bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...