Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
Fajar terus menatap tampilan dirinya dengan tatapan malas. Laki-laki itu berulang kali menghela nafas berat saat teriakan sang mama yang mengingatnya untuk memakai setelan jas yang sudah disiapkan oleh Santi sejak siang tadi.
Sejak ia pulang kerja tadi sore -ini pun karena dipaksa Santi untuk pulang cepat-, Santi sudah sibuk mempersiapkan segalanya sendiri. Mama nya itu sudah memasak berbagai macam menu tanpa dibantu seorang pun. Sangat terlihat jelas semangat Santi yang berkobar.
Fajar melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Masih ada setengah jam lagi sebelum makan malam itu dimulai.
Fajar tidak tau jam berapa tamu istimewa Santi itu akan datang. Ia juga tidak perduli dengan kedatangannya. Fajar sudah berniat bahwa ia akan segera memperlihatkan rasa ketidaksukaan nya agar wanita itu sadar. Kalaupun nanti wanita itu lambat untuk sadar, Fajar akan mengatakannya secara langsung. Toh semua keputusan ada ditangannya kan?
Saat matanya mengindai kamar yang beberapa hari ini ia tempati karena orang tuanya masih belum mengizinkan Fajar untuk kembali tinggal di rumahnya sendiri, matanya tanpa sengaja menangkap hp yang ia taruh di atas nakas dengan kondisi layar yang menyala. Fajar bukan perduli dengan hp nya yang menyala, melainkan karena wallpaper yang menjadi penghias layar hp nya itu.
Ia mengambil hp nya. Menatap Lamat wallpaper yang terpasang di hpnya itu.
Tanpa sadar Fajar ikut tersenyum saat menatap foto Bulan yang tengah tersenyum lucu.
Sudah lama. Lama sekali Fajar tak melihat senyum itu. Lama sekali Fajar tak mendengar suara gadis itu. Dan sudah lama sekali Fajar tidak melihat wajah manis dan polos yang Bulan miliki.
Rindu? Tentu saja! Setiap harinya rasa rindu itu terus menyelinap di hatinya tanpa bisa ia cegah.
Tak banyak yang bisa Fajar lakukan. Ia tak bisa memaksa Bulan untuk kembali bersamanya. Meski Fajar ingin memulai kembali dengan Bulan, ia tak yakin gadis itu akan kembali menerimanya.
Fajar kembali menatap foto Bulan dengan tatapan rindu.
"Jaga diri kamu baik-baik ya Bulan. Maaf, saya gak bisa menjaga kamu lagi"Tepat setelah Fajar mengatakan hal itu, pintu kamarnya dibuka tanpa ada izin dari empunya.
Fajar mengangkat kepalanya. Menatap Santi yang sudah cantik dengan mengenakan dress panjang berwarna hijau pastel itu. Senyum merekah tampak jelas menghiasai wajah Santi yang malam ini dipoles make up.
"Ayo turun!" Ajak Santi.
"Tamu istimewa mama udah sampai?" Tanyanya seraya memasukkan hp nya ke dalam saku jas yang ia pakai.
"Belum. Tapi mungkin sebentar lagi. Kamu gak sabar ketemu dia ya?" Tanya Santi jahil.
Fajar memutar bola matanya malas.
"Fajar malah pengen dia gak jadi dateng mah" ucapnya dengan suara pelan seraya berdiri dari posisi duduknya."Apa kamu bilang?" Tanya Santi dengan nada yang tak seramah tadi.
Fajar menggeleng. Ia tak menyangka Santi mendengar ucapannya barusan.
"Enggak kok mah!""Kamu harus bersikap baik sama dia ya Jar! Jangan tunjukin muka datar kamu! Kamu kalau menyesal jangan nangis ke mama" ancam Santi entah sudah berapa kali hari ini ia ucapkan.
"Iya mah" Jawab Fajar enggan untuk membantah.
"Tapi gak janji" lanjutnya yang kali ini dengan suara yang benar-benar pelan tanpa bisa Santi dengar.****
"Penampilan mama udah bagus kan pa?"
Hermawan mengangguk cepat.
"Cantik sekali ma"
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...