Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
Sejak pagi setelah bangun dari tidurnya, Bulan tampak sangat tidak bersemangat. Bahkan di hari yang sudah siang begini, dirinya hanya berada di kamar dengan ditemani drama yang harusnya ia tonton dengan benar namun malah pikirannya tidak bisa fokus dengan drama yang ia tonton.
Hari ini Bulan memang tidak bekerja. Sebab, bos pemilik toko kue tempat Bulan bekerja tengah ada urusan di luar kota. Oleh karena itu, semua pegawai toko kue tersebut sengaja diliburkan.
Bulan menghela nafas panjang. Gadis itu mem-pause drama yang ia tonton. Lalu beranjak dari posisi duduknya untuk keluar kamar mengambil segelas air karena tenggorokannya terasa kering.
Langkah nya terlihat lesu. Ummi yang berada di ruang tengah pun menyadari suasana buruk hati Bulan.
Ummi sedikit tersenyum melihat Bulan yang menumpahkan air yang ia tuang karena tidak fokus.
"Sini nduk, duduk! Ibu mau bicara" Bulan langsung melangkahkan kakinya menuju sofa tempat ibunya berada.
"Kamu kenapa toh? Kok dari pagi gak semangat gitu?" Tanya Ummi seraya mengelus puncak kepala Bulan.
"Sudah dua hari sejak Bulan ngantar berkas lamaran itu, tapi Bulan belum juga ada panggilan Bu" keluh Bulan seraya menatap Ummi.
"Apa Bulan gagal ya?" Tambahnya.
Ummi lagi-lagi tersenyum. Masih mengelus puncak kepala Bulan.
"Sabar toh! Siapa tau mereka masih menyeleksi berkas lamaran yang kamu antar kan?""Lagian selama belum ada pemberitahuan secara resmi bahwa kamu ditolak, kamu jangan putus asa! Kalau misalnya memang bukan rezeki kamu, ibu yakin kalau Allah udah menyiapkan rezeki yang lebih baik buat kamu" Bulan mendengarkan dengan seksama nasihat ibunya itu.
Bulan mengangguk paham. Harusnya emang dia tidak begitu memikirkan hal tersebut. Toh, rezeki semua sudah diatur oleh Allah.
"Iya Bu. Bulan paham sekarang. Kalau rezeki Bulan gak disitu, Bulan harus menerima dengan lapang dada kan?" Ummi mengangguk.
"Iya, harus!""Yaudah kamu makan sana! Ibu masak ayam panggang loh" tawaran dari ummi membuat Bulan tergiur.
"Bulan abisin ya?" Ummi kali ini tertawa.
"Iyaa habisin aja sana!" Dengan cepat Bulan kembali menuju dapur dan menghabiskan ayam panggang ibunya yang sangat amat lezat itu.
Ummi hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya. Meskipun umur Bulan sudah menginjak 22 tahun, namun sifat gadis itu masih sama seperti Bulan diumur belasan tahun dulu.
"Yah, anakmu udah gede aja. Ibu rasanya belum siap kalau dia harus menikah seperti Ika " Ummi berkata seorang diri, seolah-olah ada sosok Arif didekatnya.
🌥️🌥️🌥️
Setelah menyelesaikan rapat nya dengan klien yang akan menggunakan jasa nya, Fajar kini tampak berjalan tergesa-gesa.
"Mau kemana jar? Kok seperti buru-buru gitu?" Tanya salah satu rekan kerjanya, Aryo.
"Ada urusan bentar. Nanti kalau ada apa-apa, tolong chat ya" Aryo mengangguk sebagai jawaban bahwa ia menyetujui.
Hari ini Fajar harus benar-benar jadi ke tempat yang ayahnya suruh mulai awal ia berada disini. Pagi tadi pun ketika menelfon, hal yang pertama Fajar dengar adalah Fajar harus kesana hari ini juga.
Untungnya rapat kali ini tak begitu memakan waktu banyak. Jadi Fajar bisa mengunjunginya barang sebentar saja untuk memperkenalkan dirinya sebagai anak dari Hermawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...