bagian 35

1.3K 158 135
                                    

Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca.

Bulan menyeka keringat yang ada di dahinya. Cuaca hari ini cukup panas sekali. Siang ini, Bulan berencana untuk mencari makan siang di luar. Sebab, Alya sudah berpesan padanya bahwa mungkin dari pagi Alya tidak ada di rumah sampai sore nanti.
Sedangkan jam kerjanya di mulai kurang lebih dua jam lagi. Jika boleh jujur Bulan merasa bosan, menghabiskan waktu nya sebelum jam kerja di rumah sendirian. Dan ini sudah berjalan seminggu.

Bulan mendudukkan dirinya sejenak di bangku yang disediakan di trotoar.
Walaupun sudah lebih seminggu Bulan berada di kota cantik Yogyakarta ini, rasa kagum akan keindahan kota terpelajar ini tak hentinya hilang. Karena sudah lama besar di Jakarta yang terkenal akan kemacetan dan polusi yang dimana-mana, tak heran Bulan amat sangat takjub dengan bagaimana kita Yogyakarta bekerja.

Namun, ada satu hal yang Bulan sadari keadaan kota Yogyakarta sama dengan bagaimana keadaan di kota Jakarta yang ia tempati dulu. Masih banyak anak jalanan yang memutuskan pendidikannya untuk turun ke jalan demi mencari penghasilan untuk menghidupi dirinya bahkan anggota keluarganya.

"Kak, mau beli kerupuk nya gak? Murah kok! 5 ribu dapet dua" tiba-tiba gadis kecil dengan sekeranjang kerupuk dan beberapa minuman yang ia gantung di lehernya menghampiri Bulan.

"Ini kerupuk apa?" Bulan bertanya. Tampak raut bahagia dari gadis itu hanya karena pertanyaan Bulan.

"Kerupuk singkong kak! Enak loh! Ibu aku yang bikin sendiri" jawab gadis itu bersemangat.

Bulan tersenyum mendengarnya.
"Duduk dulu sini! Kakak mau liat liat dulu" Bulan menepuk kursi disebelahnya. Menuruti kemauan Bulan, gadis dengan keranjang itu mendudukkan dirinya tepat di sebelah Bulan.

"Ini beneran ibu kamu sendiri yang buat?" Gadis kecil itu mengangguk dengan semangat lagi.
"Iya, beneran kak!" Jawabnya dengan suara yang medok khas anak Jawa.

"Hmm nama kamu siapa sih?"

"Nama aku Intan kak!"

"Kamu umur berapa?" Intan tampak menghela nafasnya. Mungkin merasa kesal sebab bukannya membeli, Bulan justru banyak bertanya.

"Umur aku 10 tahun" jawabnya yang bisa Bulan tangkap sedikit malas.

Bulan terkekeh melihat bagaimana ekspresi Intan sekarang.
"Kerupuk kamu sisa berapa banyak?" Ekspresi Intan kembali bersemangat

"Sisa 10 bungkus lagi nih kak!" Bulan manggut-manggut paham.

"Yaudah deh, kakak beli sisa kerupuk kamu semua!" mendengar hal itu, rasa bahagia dari Intan tidak bisa disembunyikan lagi.

"Beneran kak?" Tanyanya masih tak percaya.

Bulan menganggukkan kepalanya.
"Tapi, habis ini kamu mau gak temenin kakak?" Intan mengernyitkan keningnya. Bahkan Intan terlihat menggeser tubuhnya menjauh dari Bulan.

Lagi-lagi Bulan terkekeh.
"Kakak bukan orang jahat kok!"

"Emang kakak mau ngajak aku kemana?" Masih dengan sikap waspada, Intan bertanya.

"Kakak ini baru semingguan tinggal di Yogyakarta. Nah, aku lagi laper banget ini. Cuma, aku ga tau mana rumah makan yang rekomen. Makanya aku mau ngajak kamu untuk kasih tau aku rumah makan yang enak!" Intan terlihat percaya dengan alasan yang bulan berikan.

"Aku juga gak begitu tau rumah makan yang enak kak. Aku kan gak punya uang buat beli makanan ke tempat yang mahal"  Bulan merasa iba dengan Intan.

"Kamu pernah makan KFC gak?" Intan menggeleng.
"Itu mah kemahalan buat aku kak. Sayang uangnya kalo dipake beli makan semahal itu"

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang