Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
Setelah lebih dari dua jam lamanya mereka berada dalam ruangan ber-AC, bioskop, akhirnya kini mereka sudah berada di salah satu restoran yang masih berada di dalam mall yang mereka kunjungi.
Setelah menonton film, banyak dari mereka yang merasa lapar. Jadilah makan adalah rencana kedua mereka setelah menonton film.Bulan sejak keluar dari bioskop, gadis itu terus termenung. Pikirannya terus tertuju pada hal yang terjadi secara tiba-tiba saat dirinya berada di bioskop tadi.
"Biar saya pegang minuman kamu! Biar tangan kamu gak kedinginan" Bulan yang tengah asik menyeruput minumannya, sedikit tersentak dengan bisikan Fajar yang terasa sangat dekat dengan telinganya itu.
Bulan melirik ke arah Fajar yang duduk di samping kanannya. Yang sialnya wajah laki-laki itu masih berada dalam posisi dekat dengan wajahnya. Dengan cepat Bulan mengalihkan pandangannya.
"Kenapa pipi kamu merah, Bulan?" Bulan langsung menyentuh kedua pipinya sampai tidak sadar jika sedotan minumannya mengenai pelipis Fajar yang posisi wajahnya masih dekat dengan dirinya.
"Aww" Fajar meringis kesakitan.
Bulan yang menyadari jika Fajar kesakitan karena dirinya, langsung menundukkan kepalanya sedikit guna melihat wajah Fajar yang terkena sedotannya.
"Maaf kak, aku gak sengaja" Bulan khawatir, namun Fajar masih menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Biar aku liat kak! Parah atau enggak" dengan berani Bulan menyingkirkan tangan Fajar yang menutup wajahnya.
Bulan dengan teliti mencari luka yang mungkin tercipta karena sedotan minumannya. Gadis itu juga tanpa sadar mengelus setiap bagian wajah yang sudah ia periksa.
Sementara Fajar, dengan jarak sedekat ini, Fajar sangat bisa leluasa memandang manisnya wajah Bulan. Terlebih saat gadis itu khawatir.
Meski dalam kondisi gelap, Fajar masih sangat bisa menikmati pemandangan indah di depannya ini.Laki-laki itu menahan senyumnya tak kala menyadari usapan lembut yang Bulan berikan. Bisa dipastikan, sekarang bukan lagi pipi Bulan yang memerah, tapi juga dirinya.
"Untungnya gak ada ya lu-" Bulan baru menyadari jika posisi wajah mereka benar-benar dekat. Tatapan keduanya beradu hingga tak ada yang bersuara. Dan hanya jantung keduanya yang saling berdekat seirama. Jika bisa didengar, mungkin akan keras sekali bunyinya.
Bulan yang menyadari jika tangannya masih berada di wajah Fajar, segera menjauhkannya. Gadis itu buru-buru membenahi posisinya seperti awal dan kembali fokus dengan film di depannya.
Fajar menyadari sikap salah tingkah Bulan. Sebenarnya Fajar juga salah tingkah, cuma laki-laki itu lebih bisa mengaturnya.
"Gak ada yang luka ya?"
Bulan menggeleng tanpa menoleh ke arah Fajar. Gadis itu juga kembali menyeruput minumannya untuk mengurangi rasa gugupnya.
Fajar yang melihatnya kembali menahan senyumnya. Ah moment itu kurang lama Bulan!
"Saya jadi tidak masalah kalau harus luka karena kamu, Bulan!"
Meski kecil, Bulan tetap mendengarnya! Tapi Bulan pura-pura tidak tau dan tetap fokus dengan film yang tengah terputar sekarang.
"Kamu sudah pesan makanan kamu?" Tanya Fajar seraya mendudukkan dirinya tepat di sebelah Bulan.
Bulan mengangguk tanpa menoleh ke arah Fajar, karena gadis itu masih gugup. "sudah"
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...