Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
Dibantu Adi, Fajar memasukan baju-bajunya dan beberapa peralatannya selama di rawat di rumah sakit.
Untungnya keadaan Fajar cepat membaik. Dari itu tepat di hari keempat ia dirawat, Fajar sudah diperbolehkan untuk pulang.
Saat ini keduanya tengah menunggu papa dari Fajar yang tengah menyelesaikan administrasi. Sebenarnya ada hal yang ingin ditanyakan oleh Fajar, yaitu kemana mama nya? Kenapa sejak papa nya tadi datang, Fajar belum juga melihat mama nya?
"Lo seriusan mau balik ke Singapore?" Tanya Adi setelah menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi.
Fajar menoleh ke arah Adi yang masih membenarkan resleting celananya di di depan pintu kamar mandi.
"Iya" jawabnya singkat dengan kembali fokus ke hp di tangannya.
Adi mengangguk seraya melangkah mendekati Fajar yang duduk di sofa.
"Gue dukung semua keputusan Lo. Semoga keputusan Lo kali ini gak salah lagi!" Adi ikut mendudukkan dirinya tepat di samping Fajar.
Laki-laki itu kembali mengambil hp miliknya yang tadi ia taruh di meja.
Fajar termenung. Sebenarnya jauh di lubuk hatinya ada keraguan yang menahannya untuk melanjutkan niatnya ini. Ada dorongan yang membuatnya untuk membatalkan keinginannya dan tetap di tanah kelahirannya. Namun, pikiran Fajar sepertinya lebih di dengar oleh laki-laki itu. Bukan hanya untuknya, tapi ini juga demi Bulan.
Tak lama pintu kamar Fajar terbuka dan menampilkan Hermawan yang sudah menyelesaikan administrasi Fajar. Namun pria berumur itu tetap sendirian, tak ada Santi di sebelahnya.
"Yok kita pulang!" Ajak Hermawan.
Adi dan Fajar sama-sama berdiri dari posisi duduknya. Masing-masing dari mereka mengambil satu ransel untuk di bawa pulang.
"Mama mana ma?" Tanya Fajar
Hermawan tampak berpikir sejenak.
"Mama....mama ada urusan sama temannya. Jadi papa disuruh jemput kamu dulu. Tapi tenang aja, mama udah nyiapin makanan yang enak di rumah"
Fajar mengangguk percaya.
"Adi ikut pulang ke rumah om ya?" Hermawan menoleh ke arah Adi yang berjalan di belakang mereka.
"Boleh om. Gak papa aja nih?"
"Kamu kayak sama siapa aja? Anggap aja rumah Fajar atau rumah om itu rumah kamu sendiri!"
Adi terkekeh kecil. Beruntung ia memiliki teman yang keluarganya menerimanya dengan sangat baik.
"Iyaa om"Hermawan memang memiliki satu buah rumah di Jogja. Ya walaupun tidak sebesar rumahnya di jakarta, tapi bagi Hermawan rumahnya di Jogja lebih nyaman ketimbang di Jakarta. Andai saja pekerjaannya dan sekolah anak-anaknya tidak di Jakarta, ia lebih memilih menghabiskan waktunya di Jogja.
"Pa. Masalah ke Singapore itu, apa mama masih marah?" Tanya Fajar dengan memasang seat belt nya.
Hermawan menoleh ke arah anak sulungnya itu. Sepertinya sejak kemarin pikiran mengenai niatnya itu masih memenuhi pikiran Fajar.
"Mama sudah gak marah. Nanti kita bicarakan sama mama ya?" Hermawan menyalakan mesin mobilnya dan siap melajukan kendaraannya.
Fajar menunduk lesu. Ia harus bisa meyakinkan Santi agar mengizinkannya kembali ke singapore. Meskipun tidak mudah, tapi akan Fajar coba.
*****
Santi. Wanita itu terdiam menatap bangunan yang baru pertama kali ia lihat di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...