Jadilah Bulan disetiap bab yang kalian baca
Pagi pagi sekali Bulan sudah bangun. Memang biasanya jam 4 subuh ia bangun untuk menunaikan ibadah subuh, namun biasanya setelah sholat gadis itu kembali tertidur.
Berbeda kali ini, sejak bangun untuk ibadah tadi, Bulan sudah berada di dapur membantu sang ibu yang memang sedang banyak pesanan kue itu."Jam berapa kamu interview nya, nduk?" Bulan memang sudah memberitahu kabar bahagia itu kepada Ummi sejak ia pulang kerja kemaren.
"Jam 9 an Bu" jawab Bulan seraya kedua tangannya yang mencetak adonan.
"Kamu nanti jangan gugup ya! Santai asal berbobot jawabnya" Bulan mengangguk.
"Tapi, beneran gak papa kalau Bulan ninggalin ibu sendirian?" Bulan sampai sekarang masih diliputi kebimbangan. Disitu sisi ia menginginkan pekerjaan itu, namun disisi lain ada sosok ibu yang memberatkannya.
"Ya Allah, ibu gak papa nduk! Ibu itu udh biasa sendiri. Kamu gak perlu khawatir sama ibu. Kamu harus mengejar apa yang kamu mau, nduk! Ibu gak bisa bantu banyak, tapi ibu akan selalu mendoakan langkah kamu" Bulan menatap sorot mata Ummi mencari keraguan disana. Namun, sorot mata tulus lah yang Bulan temukan.
"Makasih ya Bu sudang mendukung Bulan" Bulan tersenyum tulus.
"Iya sama-sama! Sudah tugas ibu itu" Ummi kembali melanjutkan kegiatannya yang tengah mengolah adonan. Namun, pandangan Bulan masih terfokus kepada Ummi. Sosok malaikat bagi Bulan.
****
Jam sudah menunjukkan pukul 9 kurang 10 menit. Dan Bulan sudah siap dengan pakaian putihnya menunggu panggilan video dari pihak rumah belajar itu. Meskipun kali ini interview nya dilaksanakan secara daring, namun Bulan harus tetap mengenakan pakaian yang rapi kan?
Tak bisa dipungkiri, rasa gugup sejak tadi menyelimutinya. Bahkan tak terhitung sudah berapa kali Bulan meremas celana yang ia kenakan. Kebiasaan Bulan jika sedang gugup.
Selang beberapa lama, panggilan yang sudah Bulan nanti sejak tadi akhirnya terdengar. Dengan cepat meski gugup, Bulan mengangkatnya.
Tampak wanita dengan kacamata yang Bulan tebak berusia sekitar 4 tahun lebih tua darinya.
"Selamat pagi Bulan" sapa wanita itu dengan suara yang sangat amat medok.
"Selamat pagi, Bu!" Jawab Bulan dengan menahan rasa gugupnya.
"Ndak usah tegang ya. Kita santai aja bicaranya. Anggep saya seperti temen kamu, ya?" Bulan tertawa canggung ketika wanita yang tengah berbicara dengannya itu sadar akan kegugupan Bulan.
"Oh iya, perkenalkan saya Ranti. Saya selaku kepala rumah belajar KaryaKita" Bulan mengangguk paham.
"Bulan Puspita Rahsa? Betul itu nama panjang kamu?"
Bulan mengangguk lagi
"Betul ibu, itu nama saya!""Namu kamu unik ya? Saya suka" Bulan tersenyum tipis.
"Oke Bulan. Saya sudah baca semua tulisan yang kamu lampirkan di berkas lamaran kamu, tapi saya tetep ingin denger sendiri dari kamu. Jadi, apa alasan kamu ingin bergabung dengan rumah belajar ini?" Bulan sudah mewanti-wanti akan pertanyaan ini, meski gugup Bulan sudah tau apa yang harus ia jawab.
"Ibu Ranti sebelumnya saya berterimakasih sekali karena sudah diberi kesempatan ini. Mengenai pertanyaan ibu barusan, seperti yang sudah saya jelaskan di berkas lamaran saya kemaren, alasan saya ingin bergabung dengan rumah belajar KaryaKita adalah karena saya ingin berbagi ilmu dengan banyak anak-anak. Ya walaupun saya tau kalau ilmu saya mungkin tidak seberapa, tapi bukankah membagi ilmu barang sedikit akan berguna bagi setiap orang?," Bulan mengehentikan sejenak kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...