Playlist "Jungkook - hate u"
Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
Di bawah guyuran hujan yang datang tiba-tiba, Bulan masih bergeming di tempatnya tanpa berniat beralih untuk sekedar menyelamatkan diri dari derasnya hujan.
Dengan tangan yang masih menggenggam erat kotak yang Fajar berikan, gadis itu terduduk dengan tangis yang tak kunjung reda.
Berkali-kali ia merapalkan pada dirinya sendiri jika semua ini demi kebaikan Fajar meski harus dirinya yang berkorban.
"I love him so much! But, this is so hurt" Bulan memukul pelan dadanya sendiri, berharap rasa sesaknya bisa sedikit berkurang.
"Kak Fajar aku minta maaf! Aku gak tau apa yang aku lakuin ini sudah bener atau enggak? Aku cuma mau kak Fajar bahagia dengan orang yang lebih pantas daripada aku"
Bulan sudah tidak perduli dengan pandangan tanya dan iba dari beberapa orang yang berlalu lalang. Rasa sakit nya melebihi rasa malunya untuk saat ini.
"Hey! Ayo Bulan kita neduh" Adhan yang baru saja menemukan keberadaan Bulan lantas mengangkat tubuh Bulan untuk segera ia ajak berteduh.
Bulan berdiri sepenuhnya atas bantuan Adhan. Tak ada lagi kekuatan Bulan yang tersisa. Seolah semua energinya sudah habis setelah dengan beraninya dia mengatakan kebohongan-kebohongan yang melukai dirinya sendiri.
Tanya banyak bertanya, Adhan melepaskan jaketnya dan menutupi kepala Bulan.
Laki-laki itu menuntut Bulan ke mobil miliknya. Dengan keadaan Bulan yang basah kuyup seperti ini, bisa dipastikan jika besok Bulan akan terserang Flu ataupun demam.
"Kita ke toko kak Kayra dulu ya? Kamu bisa menenangkan diri disana" Ucap Adhan setelah berhasil membawa Bulan ke dalam mobilnya.
Adhan sengaja membawa Bulan ke toko kakaknya daripada ke rumah gadis itu. Sebab ia tahu jika temannya, Alya, akan pulang terlambat hari ini. Adhan justru semakin khawatir jika Bulan berada di rumah seorang diri.
*****
Bulan hanya termenung dengan kedua mata yang sudah sembab.
Baju nya sudah berganti, namun segelas teh hangat di depannya tak ia sentuh sama sekali.
Adhan dan Kayra yang diam-diam memperhatikan Bulan dari jauh hanya bisa menunggu Bulan sampai gadis itu setidaknya tak lagi berdiam diri.
"Gimana cara kita hibur dia?" Kayra berbisik pelan.
"Bakalan susah kak. Fajar itu separuh hidupnya Bulan, dan sekarang dia dipaksa melepaskan sesuatu yang sudah lama ia tunggu"
Kayra lagi-lagi memandang Bulan dengan iba. Gadis yang selama ini selalu menunjukkan wajah bahagia nya, kini termenung sendiri dengan mulut yang terkunci.
"Apa kakak samperin dia aja ya?" Tanya Kayra yang sudah tak tahan dengan diamnya Bulan.
"Lo coba deh kak! Gue gak tega ngeliat dia gitu"
Mendapat persetujuan dan dukungan dari adiknya, Kayra dengan langkah pelan perlahan mendekati Bulan.
Gadis itu duduk di bangku yang tepat berada di depan Bulan dengan meja kecil yang memisahkan keduanya.
Kayra mendorong lebih dekat segelas teh hangat yang ia buat tadi.
"Minum dulu Bulan. Biar badan kamu anget"
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...