Jadilah Bulan di setiap bab yang kalian baca
Bulan memperhatikan dengan seksama pantulan dirinya di hadapan cermin.
Dengan celana jeans panjang dan sweater pink miliknya, Bulan sudah siap untuk berangkat saat ini juga.
Sebenarnya Bulan terlalu malas untuk keluar di akhir weekend begini. Ditambah mata Bulan masih mengantuk karena semalam gadis itu terpaksa begadang untuk menyelesaikan tulisan ceritanya yang sudah ditagih oleh pembaca setianya. Mau tidak mau Bulan harus segera menyelesaikan bab yang akan ia upload.
Tapi mau bagaimana lagi? Selain KaryaKita, Bulan juga harus bertanggungjawab dengan pekerjaan sebagai model untuk produk milik Kayra. Toh, Kayra sangat memberikan kelonggaran waktu untuk dirinya.
Ditengah keterdiamannya menatap pantulan dirinya, sudut bibirnya tiba-tiba terangkat tanpa diminta. Bayangan perkataan Fajar tempo hari adalah alasan utama Bulan senyum-senyum sendiri.
Sejak terakhir Fajar menyatakan niatnya yang sudah berlalu 3 hari lamanya, Bulan masih belum bertemu dengan laki-laki itu lagi.
Selain masih terlalu malu untuk bertemu, sepertinya Fajar masih memerlukan waktu untuk bisa pergi keluar setelah keluar dari rumah sakit.
"Ish! Kok malah membayangkan yang enggak-enggak sih! Harus cepat berangkat nih! Ojek aku udah di depan" monolog Bulan sendiri.
Gadis itu cepat-cepat mengambil Sling bag nya yang sudah siap di atas kasur dan segera keluar karena ojek online pesanannya sudah sampai di depan rumah.
"Ya, aku berangkat dulu" pamitnya seraya memasang sepatu miliknya tanpa menoleh ke arah Alya berada.
"Berangkat sama apa?"
"Ojek. Udah di depan katanya" Bulan masih tak menoleh ke arah Alya, sibuk dengan ikatan sepatunya.
"Udah gak ada! Udah di suruh pulang ojek pesanan kamu"
Mendengar hal itu baru Bulan menoleh ke arah Alya yang sibuk dengan sebuah kue yang entah darimana gadis itu dapatkan.
"Loh kok bisa?! Siapa yang nyuruh pulang?" Tanya Bulan heran.
"Coba kamu lihat di luar ada siapa?"
Buru-buru Bulan membuka sedikit gorden jendelanya, dan mengintip siapa gerangan yang berani mengusir ojek yang sudah ia pesan.
Matanya seketika melebar. Buru-buru gadis itu menutup gorden yang ia buka sedikit.
"Itu..... Kak Fajar?!" Tanya nya masih tak percaya tapi dengan suara berbisik.
Dengan santainya Alya mengangguk.
"Kok bisa dia disini?!"
"Ya ngantar kamu lah! Masa mau beli sarapan" jawab Alya asal.
"Iya tau! Tapi maksud aku, kok dia tau jadwal aku pergi?"
Sejurus kemudian Bulan memicingkan matanya. Menatap curiga ke arah Alya yang masih asik dengan kue di tangannya.
Sadar akan tatapan tajam yang Bulan berikan, Alya menghentikan kegiatan makannya.
"Habis aku capek di DM mulu sama dia! Lagian kak Fajar juga ngasih kue yang udah lama aku incer sebagai bayarannya kok. Ya jadi aku kasih tau aja" Alya menjawabnya dengan enteng.
Bulan gemas sendiri dengan temannya ini. Ingin rasanya ia mengacak rambut Alya saat ini juga.
Sebenarnya tak ada masalah jika Fajar ingin menjemputnya, hanya saja Bulan masih belum siap dan terlalu malu untuk bertemu dengan Fajar."Gak usah malu! Sama calon kok malu" Alya berjalan mendekat ke arah pintu.
Dengan enteng gadis itu membuka pintu rumahnya dan sosok Fajar bisa terlihat jelas karena laki-laki tengah duduk di depan rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen Fiction" Kak, kamu tau kenapa aku suka sekali dengan langit? " " karena dia indah? " " betul! salah satunya itu. Tapi selain indah ada satu yang aku pelajari dari filosofi langit " Bulan mengentikan sebentar kalimatnya. " langit itu kamu! langit mengajarka...