Hari ini Aldo berangkat sekolah bersama Muthe. Kemarin sepulang sekolah Aldo sempat bicara sebentar dengan Muthe, lalu ia pun mengajak Muthe untuk berangkat bersama hari ini. Walaupun Muthe sempat menolak dengan alasan takut merepotkan, ia tetap kekeuh akan menjemput Muthe. Sampai akhirnya Muthe pun mengalah dan mengiyakan ajakan Aldo.
Sebenarnya penolakan Muthe kemarin membuat Aldo binggung, tidak biasa gadis itu menolah jika di ajak berangkat atau pulang bersama. Tapi ia mencoba mengusir pikiran negatif dari otaknya.
Aldo yang kini sedang duduk di meja makan untuk sarapan bersama keluarganya pun sedikit terkejut karna tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan ada pesan masuk ke ponselnya. Membuat ia kini dengan cepat memeriksa ponselnya.
"Bund, yah.. Aldo berangkat dulu ya" pamit Aldo kepada kedua orang tuanya yang kini masih sibuk dengan makanan mereka.
"Kok buru-buru banget bang?" Tanya bunda kepada Aldo yang memang sedang buru-buru.
"Paling jemput bebeb dulu bund, kayak ngga pernah muda aja deh" Timpal ayah dengan nada meledek.
Sedangkan Aldo yang mendengar itu hanya diam lalu menyalami kedua orang tuanya tanpa ada niatan menimpali, kemudian segera keluar rumah dan mengambil sepedanya.
Sudah lama sepertinya ia dan Muthe tidak berangkat atau bahkan pulang bersama. Membuat ia sebenarnya rindu membonceng gadis yang selalu punya cerita menarik untuk mengisi waktu perjalanan mereka.
Aldo dengan semangat mengoes sepedanya hari ini, ingin segera sampai. Lalu mungkin karna kecepatan sepeda Aldo yang tinggi, tidak membutuhkan waktu yang lama kini ia sudah sampai di depan rumah Muthe.
Ia pun memberhentikan sepedanya, mengambil ponsel yang ada disakunya dan mengabari gadis itu untuk segera keluar dari rumahnya.
Aldo tidak menunggu lama, karna setelah menerima pesan dari Aldo, Muthe dengan cepat turun dari kamar nya dan berlari keluar dari rumahnya.
"Ngapain lari mut" tanya Aldo ketika Muthe sudah ada di hadapannya dengan nafas yang terengah.
"Ngga apa apa, ngga mau lo nunggu lama" jawab Muthe sambil masih mencoba mengatur nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Teen Fiction[Completed] Orang-orang mungkin berfikir aku adalah matahari di kehidupannya, tapi nyatanya sebaliknya. Dia merupakan matahari yang menyinari hidup ku yang tadinya gelap, dia juga pelangi yang selalu ku tunggu setelah hujan deras turun. Dengan nya h...