Promise

1.2K 159 16
                                    

Setelah mendengar penuturan Aldo, ruang tunggu itu kini hanya terdengar suara tangisan dari para sahabat Muthe.

Mereka bertiga kembali hancur sampai-sampai Ashel harus kehilangan kesadarannya dan membuat Zee dengan siaga menggendong Ashel dan memposisikan gadis itu di salah satu sofa yang ada disana.

Marsha yang tidak lebih baik dari Ashel pun dibantu oleh Lukman untuk berdiri dan duduk di kursi ruang tunggu.

"Sha kita banyak-banyak berdoa ya untuk Muthe" ucap Lukman lembut sambil terus berada di samping gadis itu dan menggenggam tangan gadis yanh kini rapuh iyu.

Sedangkan Olla dibantu oleh Dheo, tapi sebelum ia benar benar pergi untuk menenangkan dirinya, Olla sempat memberikan tatapan tajam kepada kedua orang tua Muthe.

"Sekarang kalian udah puas?" Tanya Olla sinis, membuat orang tua Muthe terdiam dan merenungkan semuanya.

Mereka diam dan duduk di salah satu kursi yang ada disana, hanya diam karna pikiran mereka memutar kembali semua memori-memori tetang anak mereka Muthe.

Harus di akui oleh keduanya, tidak ada sekalipun mereka berusaha untuk membuat anak mereka itu bahagia.

Mereka hanya berfikir tentang kebahagiaan mereka sendiri tanpa ada Muthe didalamnya.

Mereka selalu berfikir kalau Muthe adalah bati hambatan yang membuat mereka jadi tidak bisa bahagia.

Ya, walaupun anak itu tidak tau apa-apa dan bahkan tidak salah apa-apa. Tapi entah kenapa kedua orang dewasa itu memilih itu berfikir seperti itu.

Muthe tidak pernah di inginkan dan tidak seharusnya ada. Tapi kenapa melihat Muthe dalam kondisi yang tidak baik membuat perasaan mereka tidak karuan?

Harus diakui kalau Muthe adalah anak terbaik yang dikirimkan oleh tuhan untuk keduanya. Walaupun tidak memiliki sosok orang tua yang baik, Muthe selalu mencoba menjadi baik.

Ia tidak pernah sekalipun membuat repot, malu, atau kecewa kedua orang tuanya. Sebaliknya, ia selalu mencoba membuat kedua orang tuanya bangga dan bisa sayanga kepadanya. Walaupun sampai sekarang usaha itu masih gagal dan tidak membuahkan hasil.

Tidak jarang juga prestasi Muthe membuat nama orang tuanya manjadi baik. Mama dan papanya sering dipuji karna berhasil mendidik Muthe dan mendapatkan keuntungan karna image itu.

Namun kenapa mereka tidak mengapresiasi hal itu? Tidak memberika pujian ataupun kebaikan yang setimpal untuk Muthe? Kenapa rasanya setiap melihat anak gadis itu hanya ada kebencian disana? Hal ini terus berputar di kepala keduanya.

Banyak hal dan banyak moment yang mereka lalui. Walaupun banyak diantanya adalah hal buruk, tapi harus di akui kalau anak itu memiliki keistimewaannya sendiri. Dan itu kadang berhasil menimbulkan perasaan hangat di hati kedua orang tua Muthe, namun mereka terlalu gengsi untuk mengakui hal itu.

Tapi kali mereka ingin menurun kan gengsi mereka, menyingkirkan ego mereka karna untuk pertama kalinya mereka ingin mengakui ini. Mengakui kalau mereka masih ingin ada Muthe di dunia ini, mengakui kalau Muthe adalah yang terbaik yang tuhan kirim di hidup mereka dan untuk yang pertama kalinya juga mereka berdoa agar tuhan masih memberikan mereka kesempatan untuk memperbaiki semuanya walaupun tidak bersama.










***








Sudah hampir satu jam berlalu, tapi dokter atau pun suster tidak juga kunjung keluar dari ruangan icu itu. Hal ini tentu saja makin membuat gelisah orang-orang yang ada disana.

Entah sudah berapa banyak doa mereka panjatkan dan berapa air mata yang turun, tapi mereka tidak juga mendapatkan kabar.

Ashel sudah kembali sadar tapi tangisannya tidak kunjung berhenti, begitu pula dengan Marsha dan Olla.

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang