Muthe sedari tadi berjalan gontai, melamun. Tidak ada arah dan tujuan hanya melangkah kemana kakinya mau. Sampai tidak sadar bahwa jalan yang ia pilih adalah jalanan gelap dan sepi.
Namun lamunan Muthe pecah ketika tiba-tiba ia mendengar suara kucing mengeong. Membuat ia pun mengedarkan pandangannya, lalu melihat kucing itu sepertinya tersangkut di salah satu ranting pohon yang tidak terlalu tinggi.
Melihat itu Muthe tidak tega, lalu ia mendekati pohon itu mencoba membantu kucing untuk terlepas dan turun dari pohon. Namun walaupun pohon itu tidak terlalu tinggi, tapi Muthe tetap kesulitan untuk menggapainya.
Sampai akhirnya, Muthe loncat dan berhasil untuk melepaskan sangkutan itu. Tapi karna tidak berhati-hati, setelah meloncat Muthe malah terjatuh dan kakinya terkilir, membuatnya susah untuk berdiri kembali.
Kucing yang di tolong Muthe pun meloncat setelah sangkutannya terlepas, lalu ntah kenapa menghampiri Muthe. "Iya kucing, sama-sama... aku ngga apa apa kok, nih aku berdiri ya" ucapnya mencoba berkomunikasi dengan kucing itu.
Muthe kembali berusaha untuk berdiri kembali. Namun usahanya untuk berdiri harus gagal karna kakinya terasa sangat sakit, membuatnya kembali jatuh terduduk. "Terus ini gue pulang nya harus gimana ya, malah udah malem banget lagii"
Muthe lalu mencoba memesan kendaraan online namun selalu di cancel oleh drivernya.
Lalu ia pun berusaha untuk menghubungi ketiga sahabatnya, tapi ntah kenapa tidak ada satupun dari mereka yang mengangkat panggilan Muthe.
"Aduh ini Olla, Marsha sama Ashel kemana si.. masa udah tidur.. perasaan baru jam 10 malem deh"
"Apa gue telpon dia ya" ucap Muthe masih bermonolog.
"Coba dulu deh"
Muthe pun kembali membuka kontak di ponselnya. Mencari nama kontak yang baru digantinya beberapa hari ini menjadi 'Emergency Call', lalu menekan tombol hijau untuk menghubungi kontak itu.
Nada dering terus berbunyi di telinga Muthe membuatnya sedikit gugup, 'gimana kalo ngga di angkat' pikirnya dalam hati.
Sedangkan ditempat lain, Aldo yang sedang tidur merasa terganggu dengan suara ringtone ponselnya yang sedari tadi berbunyi. Memaksanya untuk bangun dari mimpinya.
Kamar Aldo yang gelap membuat ia menyipitkan matanya ketika terangnya layar ponsel memasuki retinanya, lalu ia beberapa kali berkedip untuk memastikan penglihatannya sendiri. 'Kenapa dia nelpon malem-malem' Aldo bertanya tanya.
Aldo membenarkan posisinya. Sekarang ia sudah terduduk sambil menyenderkan tubuhnya ke kepala tempat tidur, lalu segera menggeser layar ponselnya, mengangkat panggilan itu.
"Ehhh akhirnya di angkat... Halo Aldo, lo udah tidur ya?" Tanya Muthe.
"Ngga kok muth, ada apa malem-malem?" jawab Aldo sedikit berbohong.
Muthe sebenarnya tidak enak harus meminta tolong kepada teman baru nya ini, tapi sepertinya dia tidak ada pilihan lain. "Ehmmm gimana ya do, gue minta tolong boleh?"
"Minta tolong apa?"
"Boleh tolong jemput gue"
"Hah emang lu dimana sekarang?" Tanya Aldo sambil melirik jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul setengah 11 malam.
"Gue juga ngga tau, tapi yang pasti ini jalan sepi.. dari tadi gue pesen ojol ngga ada yang nerima, di cancel ter.."
"Nyalain live loc, gue otw sekarang juga" ucap Aldo memotong ucapan Muthe, mematikan panggilannya lalu segera mengambil jaket yang tergantung di pintu kamarnya. Terburu-buru keruang tamu untuk mengambil kunci motor, dan segera berangkat ketika Muthe sudah mengirimkan lokasinya. Ia khawatir dan hanya ada satu alasan, Muthe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Teen Fiction[Completed] Orang-orang mungkin berfikir aku adalah matahari di kehidupannya, tapi nyatanya sebaliknya. Dia merupakan matahari yang menyinari hidup ku yang tadinya gelap, dia juga pelangi yang selalu ku tunggu setelah hujan deras turun. Dengan nya h...