Other side

930 109 7
                                    

Setelah kejadian tadi bersama Fiony, Muthe pulang diantar oleh teman-temannya naik mobil Ashel.

Suasana di mobil Ashel hari ini sepi, tidak ada yang bicara dan hanya ada suara radio yang terputar untuk memecahkan keheningan.

Muthe hanya diam dan membuang pandangannya ke arah jendela sedangkan Marsha yang duduk disamping Muthe hanya menatap temannya khawatir.

Sebenarnya baik Olla, Marsha dan juga Ashel memiliki banyak pertanyaan tentang kejadian di dalam ruang kelas itu. Tapi melihat Muthe yang sudah terduduk lemas di lantai dan menangis saat mereka masuk kelas, rasanya semua pertanyaan itu menjadi tidak penting. Karna yang paling penting saat ini adalah kondisi Muthe, karna nanti kalau sudah waktunya Muthe pasti akan cerita.

Sampai akhirnya mereka pun sampai dirumah Muthe. Sempat terdiam beberapa saat, sampai akhirnya Muthe pamit dan lalu turun dari mobil. Namun entah kenapa rasanya Marsha, Olla dan Ashel belum bisa melepas Muthe begitu saja. Membuat kini ketiganya memilih turun dan langsung saja berlari memeluk tubuh Muthe, saling menguatkan.

Muthe menangis di pelukan itu, membuat ketiga temannya juga menangis seakan merasakan sakit yang sama walaupun mereka sendiri tidak tau apa itu.

Mereka berada yang di posisi yang sama cukup lama, sampai akhirnya tangisan mereka mereda dengan sendirinya.

"Lo jangan pernah berpikir kalo lo sendiri ya muth" ujar Olla dengan nafas yang masih tersenggal.

"Lo ngga penah sendiri karna masih ada kita disini" lanjut Ashel sambil menatap sahabatnya itu.

Sedangkan Muthe yang mendengar itu hanya bisa diam, tidak tau harus menjawab apa karna pertanyaan tentang apakah ia patas mendapatkan itu semua terus terputar di pikirannya.








***






Setelah teman temannya pulang kini Muthe memasuki rumah dengan jalan yang gontai. Langkahnya berat seakan enggan memasuki rumah yang sudah sangat tidak nyaman untuknya.

Sampai akhirnya ia berjalan dan melewati dapur, melihat ada sesosok yang ia rindukan disana.

Hari ini setelah sekian lama tidak bertemu dengan ibu Ira, Muthe menemukan ibu ada di dapur sedang memasak yang harumnya ia sangat hafal.

Muthe yang baru saja pulang dari sekolah lantas berlari kencang kearah dapur dan memeluk ibu dari belakang, lalu entah kenapa airmatanya jatuh begitu saja.

Ibu Ira yang tidak menyadari kedatangan Muthe pun membalikkan tubuhnya, membalas pelukan anak majikannya yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

"Ibu kemana aja? Aku sendirian disini ngga ada ibu" ucap Muthe ditengah tangisnya.

"Ibu pulang kampung, ada yang ibu perlu urus disana.. maaf ibu ngga bilang sama Muthe dan langsung pergi gitu aja" jawab ibu sambil mengelus punggung Muthe, mencoba menenangkan gadis kecil yang sedari bayi ia urus, namun kini sudah beranjak dewasa.

"Udah Muthe jangan nangis terus, ini ibu lagi masak sop kesukaan Muthe.. sekarang Muthe keatas, terus beberes ya.. abis itu makan di bawah.. ibu siapin makanannya dulu" ucap Ibu lembut, membuat Muthe melepaskan pelukan itu dan mengangguk.

Muthe kini sudah melangkahkan kakinya ke kamar, dengan buru-buru masuk kedalam dan menaruh semua perlengkapan sekolahnya. Lalu dengan cepat mengganti seragamnya dan mencuci wajahnya sebelum akhirnya ia turun kebawah untuk makan dengan ibu yang sangat ia rindukan.

Kini keduanya sudah duduk di kursi meja makan belakang rumah Muthe, memakan masakan favorite Muthe sedari kecil tanpa ada obrolan apa pun, karna jujur sekarang kepala Muthe penuh dengan pertanyaan yang ia tidak tau jawabannya.

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang