Akhir

954 124 11
                                    

Pagi ini Muthe bangun dalam kondisi yang kacau. Matanya bengkak, flu tiba tiba menyerang dan ia bahkan tidak dapat bangkit dari tempat tidurnya.

Untung saja hari ini libur, membuat Muthe tidak perlu memikirkan perizinan ke sekolah.

Lalu saat ia masih berbaring di atas kasur nya yang sangat nyaman itu, tiba tiba ia dapat mendengar banyak mobil yang memasuki pekarangan rumahnya dan ditambah suara keramaian orang yang sepertinya wartawan.

Tapi mendengar itu semua Muthe memilih untuk tidak bangkit dari tidurnya. Ia justru memilih untuk mengambil earphone yang berada di nakas sebelah tempat tidurnya dan menutup kedua telinganya dengan musik dari playlist hpnya, menyetel lagu dengan volume full yang sebenarnya juga bahaya untuk kesehatannya.

Muthe menutup matanya, mencoba menenggelamkan pikirannya kedalam lagu yang terputar tanpa peduli dengan kericuhan yang ada di luar.

Sampai akhirnya pintu kamar Muthe terbuka kasar. Menampilkan sang mamah yang kini sedang murka.

Mama yang melihat Muthe seperti sedang tertidur itu pun menghampiri anak perempuannya itu. Lalu menyibak kasar selimut tebal yang menutupi tubuh Muthe dan memaksa gadis itu untuk bangun dari posisi tidurnya.

Mendapat perlakuan itu Muthe hanya diam, tidak bicara atau merespon tindakan mamah sepertinya biasanya ia lakukan.

"Bangun dari tempat tidur kamu sekarang.. rapih-rapih karna kita abis ini akan ada konferensi pers" ucap mama sambil menekan kedua bahu Muthe keras, tapi Muthe seperti mati rasa dan tidak lagi bisa merasakan apapun.

Mama lantas pergi begitu saja, meninggalkan Muthe yang duduk diam sambil menatap kosong pintu kamarnya yang kini terbuka lebar.

Muthe mencoba kembali mengendalikan dirinya. Menarik nafas dalam sambil mengucapkan beberapa mantra ajaib yang selalu ia ucapkan kepada dirinya. 'Semua akan baik-baik aja Muthe, semua akan baik-baik aja'

Ia lantas bangkit dari tempat tidurnya, masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan juga isi kepalanya.

Tak butuh waktu lama untuk Muthe mandi, dan langsung memakai pakaian formal yang ada di lemarinya, lalu ia pun duduk di meja rias dan mendandani tipis wajahnya agar tidak terlalu buruk ketika di lihat oleh orang lain.

Kini Muthe sudah menyelesaikan make up tipisnya itu, namun masih enggan beranjak karna jujur ia sedang tidak ingin bertemu siapa pun saat ini.

Tapi ia tidak punya pilihan lain selain menurut. Ia tidak mau menjadi beban untuk orang tuanya.

Lalu sebelum bangkit dari duduknya. Muthe kembali menatap wajahnya di cermin, dan tersenyum sambil mengucapkan kembali kalimat ajaib nya, yang sebenarnya ia tidak tau apakah masih efektif.

Muthe berjalan keluar kamarnya, turun kebawah menuju ruang tamu yang kini sudah di set up sebagai tempat untuk konferensi pers. Melihat itu semua Muthe bertanya dalam hati, sebenarnya apa yang terjadi?

Sampai akhirnya sekertaris mamanya datang menghampiri, "Muthe sini ikut tante sebentar" ucap sekertaris mamanya itu sambil membawa Muthe kearea belakang rumah yang sepi.

"Sebenarnya ada apa ya tan? Kenapa tiba tiba ada konferensi pers segala? Lagian ngga ada papa, biasanya kan kalo ada acara kayak gini kita semua lengkap" tanya Muthe mengeluarkan pertanyaan di kepalanya.

Sekertaris mama menarik nafas panjang, lalu menghembuskan nya kasar. Seperti sedang banyak beban yang di tanggungnya saat ini.

"Berita tentang papa Muthe selingkuh meledak di sosial media" jawab sekertaris mamanya.

"Terus mama kamu mau memanfaatkan itu dan mengambil simpati masyarakat" lanjut sekertaris itu membuat Muthe tidak habis pikir.

"Kenapa harus kayak gitu? Mamah kan juga selingkuh.. semuanya ngga ada yang bener.. jadi kenapa harus saling menjatuhkan?" Muthe bicara dengan nada yang penuh dengan kekecewaan.

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang