Muthe menghentikan langkahnya, mencoba mendengar suara itu lebih jelas. Lantas berjalan menuju sumber suara.
Sebenarnya Muthe takut, tapi sepertinya rasa penasarannya lebih besar. Membuat ia melangkah ke taman belakang sekolah.
Sesampainya ia disana, Muthe dapat melihat gadis seangkatannya sedang jongkok dan menenggelamkan wajahnya, mencoba meredam suara tangisnya.
Melihat itu Muthe pun menghampiri gadis itu, jongkok di hadapannya lalu mengusap pelan punggung gadis itu. "Kamu ngga apa apa" tanya Muthe lembut, membuat gadis itu mengangkat wajahnya lalu keduanya terkejut.
"Muthe"
"Fiony"
"Kamu ngga apa apa fio?" Muthe mengulang pertanyaannya, ia khawatir melihat wajah berantakan teman sekelasnya itu. Sepertinya ada yang tidak beres.
Namun bukannya menjawab pertanyaan Muthe, Fiony malah berdiri dengan tergesah. Membuat Muthe terdorong dan jatuh dari posisinya, lalu Fiony berlari pergi tanpa mengucapkan apa pun, membuat Muthe terdiam kebinggungan.
***
"Lo kemana aja deh mut, ke toilet lama banget" tanya Ashel khawatir, melihat Muthe baru datang menyusul ke perpustakaan.
Namun bukannya menjawab Muthe hanya diam termenung, membuat ketiga temannya yang lain heran.
"Eh ini anak ngga kesambet kan?" Lalu Olla mengecek kening Muthe.
"Normal kok"
"Apasih laa, masa gue ke kesambet" Muthe meraih tangan Olla yang masih ada di keningnya, lalu menepisnya pelan.
Olla yang mendengar Muthe pun lalu berpindah duduk, ke sebelah temannya itu "Ya lagian lu dateng dateng begitu, diem terus matanya kayak kosong gitu. Kayak abis liat hantu"
"Sini deh kalian deketan gue mau cerita" ucap Muthe dengan gestur tangan meminta teman temannya untuk mendekat.
Akhirnya Muthe menceritakan kejadian tadi dengan teman-temannya, rasa penasarannya kepada Fiony dan pertanyaan yang Fiony tadi tidak sempat jawab 'apa dia baik baik aja'.
Mendengar cerita Muthe akhirnya Marsha membuka suaranya, "mut gue tau lu temen yang baik banget, selalu take care anyone else before your self... tapi kadang harus ada batasannya, sekarang kan ini masih asumsi lu dia kenapa kenapa.. jadi belum tepat rasanya kalo lu terlalu mencampuri masalah dia, apa lagi dari yang lu ceritain reaksi dia menolak kehadiran lu.. iya kan?". Muthe mengangguk dengan wajah yang di tekuk sebagai jawaban dari pertanyaan Marsha.
Marsha pun tersenyum tipis lalu memegang bahu temannya sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya, "tapi nanti, kalau semuanya udah lebih jelas dan emang dia ada masalah.. bukan cuman lu yang akan bantu dia, tapi kita bertiga juga pasti bantu".
Ucapan Marsha barusan membuat Muthe mengangkat wajahnya, menatap sahabat di depannya dan tersenyum lebar. "Makasih ya sha"
"Kok sha doang, gue juga mau bantu kok"
"Tau ya la"
"Iya deh.. makasih ya Olla, Ashel, Marsha.. kesayangan-kesayangan aku"
Mereka pun tersenyum ke satu sama lain, lalu tertawa setelahnya. Menghabiskan waktu istirahat mereka di perpus yang kosong itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Teen Fiction[Completed] Orang-orang mungkin berfikir aku adalah matahari di kehidupannya, tapi nyatanya sebaliknya. Dia merupakan matahari yang menyinari hidup ku yang tadinya gelap, dia juga pelangi yang selalu ku tunggu setelah hujan deras turun. Dengan nya h...