Muthe sempat binggung mendengar kericuhan di bawah, 'bukannya pulangnya masih lama' pikirnya dalam hati. Tapi setelah mendengarkan teriakan ber ulang ia lantas segera turun kebawah, panik, sampai melupakan panggilannya dengan Aldo.
Dibawah hanya ada mama Muthe yang sedang histeris, berteriak sambil memecahkan baranh barang yang ada di sekitarnya.
Melihat itu pun hati muthe teriris, ia lantas mencoba mendekati mamanya. "Mah, mamah kenapa?" Ucapnya lembut sambil mencoba menghentikan mamanya yang sedang memegang piring.
Setelah mendekat Muthe sadar kalau ibunya sedang dalam kondisi tidak sadar. Mama Muthe yang melihat Muthe mendekat bukannya tenang malah semakin histeris. Ia lantas memegang kencang kerah kaos Muthe, menggoyangkan secara kasar.
"Kenapa harus ada kamu yang lahir ke dunia ini, kenapa kamu harus buat semuanya semakin rumit, aku disini ngga bahagia, tapi aku ngga bisa lepas karna ada kamu" ucapnya lalu mendorong tubuh Muthe kasar hingga terjatuh.
Mendengar itu hati Muthe hancur. Tapi ia tidak bisa apa apa, selain mencoba menenangkan mamanya nya sebelum kejadian tidak di inginkan terjadi.
Butuh waktu beberapa lama sampai akhirnya mama Muthe terlelap tidur. Selama itu ntah berapa kalimat makian, pukulan, dorongan, atau jambakan yang diterima muthe sampai akhirnya mamanya kelelahan dan Muthe menggotong badan mamanya ke kamar untuk di baringkan.
Sebelum keluar dari kamar itu muthe menatap wajah mamanya dengan sendu lantas mencium keningnya. "Muthe sayang banget sama mama" ucapnya meneteskan air mata.
Sesampainya Muthe dikamar, ntah kenapa semua pertahanan Muthe runtuh, ia terduduk di depan cermin, menangisi hidupnya sendiri, berpikir apakah ia seharusnnya tidak ada di dunia ini?.
Sampai akhirnya Muthe terlelap dan tidak sadar bahwa sedari tadi ia tidak menangis sendiri, melaikan ditemani Aldo yang dari tadi tidak mematikan panggilan dan setia mendengarkan tangisan dan racauan Muthe.
***
Pagi ini Muthe terbangun lebih pagi dari biasanya. Ia lantas langsung berjalan kearah meja rias untuk mengecek wajahnya. Seperti dugaannya, wajah Muthe sembab, matanya sedikit bengkak dan memerah karna menangis kencang semalam. Lalu ia mengecek ponselnya, terkejut melihat durasi panggilannya bersama Aldo semalam. Namun tidak ingin membuang banyak waktu, Muthe pun lalu segera mandi bersiap untuk sekolah.
Setelah selesai menyiapkan diri, ia lalu berjalan kearah dapur. Sesaat ia terhenti melihat kekacauan yang ada di bawah, membuat ia teringat kejadian semalam. Namun ia lalu tepis semua ingatan itu, melanjutkan jalannya kearah dapur mencoba baik baik saja.
Di dapur Muthe hanya membuat sarapan sederhana yaitu toast dengan selai strawberry dan keju, tidak lupa dengan minuman kesukaannya susu strawberry. Lalu membawa sarapannya menuju mobil karna ia akan berangkat cepat hari ini.
Sesampainya di sekolah Muthe menjadi orang yang pertama datang, bahkan lebih cepat dari para kakak panitia acara.
Melihat sekolah yang sangat sepi Muthe akhirnya memilih untuk duduk sendiri di bangku taman sambil mendengarkan musik classic dan kembali mempersiapkan materi presentasi yang nantinya akan ia sampaikan.
Waktu berjalan cepat, sekolah yang tadi nya hanya diisi oleh muthe dan staff kini sudah lebih ramai karna kedatangan beberapa anak lainnya.
Aldo datang bersama Zee hari ini, setelah memarkirkan sepeda mereka, ia dan Zee pun berjalan menuju aula tempat mereka akan ber kegiatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight
Fiksi Remaja[Completed] Orang-orang mungkin berfikir aku adalah matahari di kehidupannya, tapi nyatanya sebaliknya. Dia merupakan matahari yang menyinari hidup ku yang tadinya gelap, dia juga pelangi yang selalu ku tunggu setelah hujan deras turun. Dengan nya h...