Closure

1.2K 150 20
                                    

Hari terus berganti sejak Aldo membawa Muthe kerumah sakit. Sekarang kondisi gadis itu semakin membaik dibandingkan sebelumnya, bahkan sekarang ia sudah dipindahkan ke ruang inap biasa.

Sudah 7 hari berlalu sejak Muthe sadar, dan selama itu pula ia mendapatkan perawatan fisik maupun mental di rumah sakit ini.

Iya, Muthe kini didampingi oleh psikolog dan juga psikiater yang ada di rumah sakit ini, guna menyembuhkan luka lama yang ia pendam.

Awalnya sangat sulit untuk Muthe bisa membuka diri, tapi berkat sahabat-sahabatnya dan Aldo yang meyakinkan. Ia akhirnya mencoba untuk terbuka kepada psikolog pertama yang ia temui.

Shani nama dokter itu, dokter yang kini sudah Muthe anggap sebagai kakak sendiri karna ia sudah sangat merasa nyaman berada di dekat dokter muda itu.

Shani sangat sabar diawal konsultasi, hanya diam dan mendengarkan semua cerita Muthe tanpa memotong sedikitpun. Responnya juga baik, tidak seperti yang Muthe bayangkan.

Hal ini membuat Muthe bisa dengan mudah dan lancar bercerita dari A-Z kisah hidupnya. Bercerita banyak tentang hal senang maupun sedih di kesehariannya, sampai alasan kenapa ia mencoba untuk mengakhiri kisahnya sendiri.

Shani yang mendengar itu semua mencoba tetap tenang dan profesional. Ya, walaupun dalam hati ia geram sendiri karna mendengar cerita tentang bagaimana orang tua Muthe memperlakukan anak sematawayang mereka.

Sebenarnya selain Muthe, kedua orang tua Muthe juga melakukan konsultasi dan diskusi dengan Shani. Membuat kini Shani mungkin satu satunya orang yang mengetahui dengan jelas bagaimana kondisi dan cerita dari semua sudut pandang keluarga kecil Muthe.

Konsultasi itu berjalan cukup intens, terutama untuk Muthe. Dari semua sesi yang ada, dapat Shani simpulkan kalau penyebab dari semuanya adalah ketidaksiapan kedua orang tua Muthe untuk menjalin sebuah rumah tangga.

Keduanya masih terlalu egois dan mementingkan diri mereka sendiri tanpa berfikir kalau ada tanggung jawab besar yang tuhan berikan kepada mereka. Keduanya terlalu kekanak-kanakan menurut Shani.

Sejak Muthe sadar, ia juga belum bertemu dengan kedua orang tuanya. Hanya ada para sahabatnya dan juga Aldo yang selalu datang sepulang sekolah.

Hal ini dikarnakan Shani yang meminta orang tua Muthe untuk menyelesaikan urusan mereka berdua terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Muthe, karna kondisi Muthe saat itu juga belum terlalu stabil.

Shani selalu berusaha ada dan memberikan perhatian lebih kepada Muthe. Menurut Shani Muthe itu menggemaskan dan menyenangkan, membuatnya sangat suka menghabiskan waktu dengan gadis yang lebih muda darinya itu. Ditambah Shani selalu menginginkan adik perempuan seperti Muthe, jadi mungkin itu juga salah satu alasan pendukung ia menjadi sangat dekat dengan Muthe.

Lalu dikarnakan semakin hari Muthe semakin membaik, dan kedua orang tua Muthe sudah menyelesaikan diskusi mereka dan memiliki hasil final. Shani pun mencoba mengatur pertemuan keluarga kecil itu, karna mereka benar-benar butuh untuk bicara.

Dan hari ini adalah harinya.

"Kamu ngga apa apa kan Muth kalo hari ini ketemu mama sama papa kamu?" Tanya Shani lembut sambil mengelus rambut panjang milik Muthe.

Mendengar pertanyaan itu Muthe sebenarnya ragu, tapi ia tidak bisa terus lari dari masalahnya. Membuat ia memantapkan hati nya dan mengangguk mengiyakan pertanyaan Shani.

"Tapi boleh ngga ci kalo aku sama Aldo? Aku ngga mau sendiri"Muthe bertanya kepada dokter tersayangnya.

"Boleh kok.. nanti cici juga temenin kamu" Shani mengambil tangan Muthe untuk ia genggam. Sedangkan Muthe hanya tersenyum tipis karna perlakuan dokter yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.








Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang