Kritis

1.1K 139 7
                                    

Setelah menghabiskan waktu setengah jam di dalam ruang rawat Muthe, akhirnya Marsha, Ashel dan Olla pun akhirnya keluar dari ruangan itu.

Wajah mereka sembab dan bahkan airmata belum kering dari mata mereka.

Aldo sudah menunggu dengan tidak sabar sedari tadi, tapi melihat kondisi sahabat sabat Muthe yang lainnya membuat ia juga menjadi miris dan tersadar kalau bukan cuman ia saja yang membutuhkan Muthe.

Aldo mengusap lembut punggung sahabat-sahabat Muthe sebelum akhirnya ia masuk kedalam ruangan Muthe. Ia masuk kesana sendiri, berjalan dengan pakaian khusus dengan langkah yang berat.

Nafas Aldo berhembus berat disamping Muthe. Ia lantas memilih untuk duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur Muthe sambil meraih dan menggenggam erat tangan gadis itu.

Tangan Muthe terasa lebih dingin dari biasa nya membuat Aldo semakin mengeratkan genggaman itu dengan tangan nya yang satu lagi.

Aldo menyandarkan kepalanya pada genggaman itu, berdoa kepada tuhan untuk membuat gadis yang ia sayang ini sembuh dan segera sadar karna jujur ia sangat belum siap kehilangan Muthe.

"Muth kamu masih perempuan terkuat yang aku tau setelah bunda, masih perempuan paling sabar diantara yang lain"

"Ngga pernah sedetik pun aku mikir kamu lemah, kamu selalu bertahan dan jadi orang baik itu udah lebih dari cukup untuk buktiin kamu hebat"

"Aku selalu kagum sama kamu, selalu pengen lindungin kamu dari orang orang yang jahat sama kamu"

"Tapi nyatanya aku gagal ya muth?"

"Aku tau kamu pasti bakalan marah banget kan kalo denger aku ngomong kayak barusan? Ayo muth marah ke aku sekarang karna yang paling aku mau denger sekarang cuman suara kamu"

"Muthe aku juga mau ngaku muth, aku sayang sama kamu, aku sayang sama kamu lebih dari yang kamu tau.... Aku mohon bangun Muth.. aku ngga siap kehilangan kamu, aku ngga akan siap" Aldo bicara dengan air mata yang sudah luruh dari matanya.

"Aku masih mau naik sepeda sama kamu, masih banyak tempat yang mau kita kunjungin, masih banyak makanan yang mau kita cuba bareng kan?"

"Masih banyak waktu yang mau aku habisin sama kamu"

"Ayo muth, aku mau denger langsung kamu bilang sayang ke aku, bukan lewat telfon kayak kemarin"

"Aku mohon"

"Tuhan tolong"

Aldo bermonolog dengan hati yang terus berdoa untuk Muthe.




***






Di sisi lain diwaktu yang bersamaan. Dapat sahabat-sahabat Muthe liat orang yang dulu mereka hormati dan kagumi. Orang-orang yang menjadi sumber sakit Muthe selama ini.

"Dimana anak saya?" Tanya mama Muthe kepada teman-teman Muthe yang ada disana.

"Anak? Maksud tante siapa ya?" Tanya Ashel sarkas kepada orang tua Muthe.

"Muthe anak saya, dimana dia sekarang?" Tanya mama Muthe kembali.

"Ooh tante akhirnya sadar ya Muthe anak tante?" Kini giliran Olla yang bicara, rasanya semua respect yang sebelumnya ada menghilang begitu saja saat mendengar cerita Aldo kemarin.

"Apa maksud kamu?" Mama Muthe mulai terpancing emosi.

"Kami sudah tau semuanya tante, tentang bagaimana tante dan om memperlakukan sahabat kami" Marsha bicara setenang mungkin, tidak mau terpancing emosi seperti Olla ataupun Ashel.

"Muthe ada di dalam, kondisinya kritis karna kehilangan banyak darah.. semalam sempat operasi dan berhasil, tapi Muthe belum sadar dan masih koma" Marsha kembali bicara sedangkan Ashel dan Olla sedang di tenangkan oleh Zee dan Oniel.

"saya mau liat anak saya" ucap Mama Muthe lantas mau menerobos sahabat-sahabat Muthe, namun hal itu di hentikan Marsha. Membuat kini mama Muthe menatap kesal Marsha.

"Didalam sedang ada orang tante, jangan diganggu dulu.. nanti bergantian" ucap Marsha masih mencoba sesopan mungkin.

Tapi karna merasa di remehkan oleh anak kecil, mama Muthe pun tetap menerobos sehingga Marsha terjatuh.

Hal ini tentu saja memancing emosi Olla dan Ashel membuat mereka yang tidak terima maju dan menghadang mama Muthe.

"Tante jangan kasar dong sama temen saya, temen saya udah sopan loh sama tante.. tapi kenapa tante dorong temen saya" Ashel melampiaskan emosinya kepada mama Muthe.

"Ngga heran sih tante kasar sama Marsha, Muthe aja yang baik dan selalu sayang sama tante dan anak tante aja, tante sakitin sebegitunya kan?"Olla bicara membantu Ashel.

Mama Muthe yang kesal pun sudah berancang ancang mengangkat tangannya hendak menampar kedua sahabat Muthe. Namun hal itu dihentikan karna papa Muthe sudah memegang tangan 'istrinya' itu.

"Udah kamu jangan bikin malu, ini kita di rumah sakit.. tempat rame" ucap papa Muthe sambil memegang tangan bagian atas mama Muthe.

"Ini juga karna kamu, kalo kamu ngga ngelakuin tindakan bodoh semuanya ngga akan kayak gini" Mama Muthe menyalahkan suaminya itu.

"AKU? Aku ngelakuin tidakan bodoh? Dari awal juga kamu yang salah" papa Muthe menjawab cukup kencang membuat semuanya mata yang ada disana kini menatap kearahnya.

"KALIAN BERDUA SALAH! Bisa ngga om dan tante berhenti debat atau aku bisa panggil satpam untuk usir om dan tante karna udah bikin ribut disini" Ashel berteriak frustasi kara kedua orang dewasa dihadapannya. Dan untungnya acaman Ashel itu ampuh dan berhasil membuat kedua orangtua Muthe diam.

Namun seakan tau keributan di luar, tiba-tiba monitor yang memantau detak jantung Muthe berbunyi sangat keras, membuat rasanya jantung Aldo jatuh ke perut.

Aldo lantas berlari cepat keluar dari ruangan dan dengan panik. Menghampiri seorang dokter yang ada disana, dan langsung menarik dokter itu menuju ruangan Muthe.

Dokter dan suster yang memasuki ruangan pun lantas mencegah Aldo untuk kembali masuk dan langsung melakukan tindakan untuk menolong nyawa Muthe.

Aldo berdiri di depan pintu kamar icu Muthe. Berdiri dan mengintip di jendela kecil yang ada disana sambil memohon kepada tuhan agar berbaik hati dan membiarkan Muthe menghabiskan waktu lebih banyak dengannya.

Tapi tak lama ada suster yang menghampiri Aldo, memintanya untuk menunggu di luar. Membuat Aldo mau tidak mau keluar dan bergabung dengan teman-temannya yang lain.

Sedangkan di luar, yang lain binggung karna tiba-tiba tirai yang membuat mereka bisa melihat kedalam ditutup oleh suster, sehingga sekarang mereka tidak lagi dapat melihat Muthe walaupun dari luar jendela.

Aldo yang baru saja keluar dari ruangan icu pun langsung saja dihampiri oleh Ashel, Olla dan Marsha. Mereka membanjiri Aldo dengan pertanyaan yang Aldo sendiri pun tidak bisa jawab.

Sampai akhirnya Zee datang dan lantas mengusap punggung Aldo dan menanyakan pertanyaan yang mengembalikan kesadaran dari Aldo. "Muthe baik-baik aja kan do" tanya Zee pelan.

Pertanyaan itu membuat Aldo mengangkat kedua bahunya. "Detak jatung Muthe tadi sempat hilang, sekarang dokter lagi tindakan" ucapnya lirih, behasil membuat kini tubuh Olla, Ashel dan Marsha terjatuh duduk ke lantai.

***

Maaf kalau ada typo dan aturan penulisan yang salah🙏🏻

Saran dan kritik sangat membantu gaiz👍🏻

Moonlight Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang