Chapter 15 🔥

31.8K 1.1K 7
                                    

Makasih sudah menyukai cerita ini🥰

Makasih sudah menyukai cerita ini🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Republished 


Anda

Pak, pulang kapan?

Anda

Paakkkk!!😭😭😭
Pengen pulanggg....

Anda

Pak ih jawabbbbb!!!


Mika melempar smartphone-nya ke atas ranjang. Kesal lantaran suaminya itu tak merespon satupun chat darinya. Sumpah! Dia ingin menangis jika lama-lama sendirian di kediaman itu. Belum satu jam saja sudah dihadiahi serentetan aturan ketat yang membatasi hidupnya.

Dia ingin tinggal di apartemen saja biarpun tanpa ART. Biarpun dirinya harus capek bersih-bersih rumah sekaligus mengurus pria itu. Tidak apa, dari pada tinggal di rumah mewah bak istana tapi seperti di dalam sel tahanan.

Drrttt... Drrttt...

Tak lama kemudian smartphone berdering, lantas Mika meraihnya dan terpampang jelas panggilan masuk dari sang suami. Segera dia menjawab dengan nada sewot bin nyolot.

"Saya mau pulang pokoknya! Bapak gak tahu ya, belum satu jam aja saya di sini, udah langsung dipanggil Mami. Udah diomelin ini-itu. Dilarang ini-itu. Apalagi saya gak dibolehin berkarir. Gak bisa ya Pak! Kita udah sepakat lho!"

Zaid terkekeh mendengarkan ocehan istrinya yang begitu bawel. Saat ini dia sedang berada di lokasi pembangunan gedung baru bersama sekretarisnya, Dimas. "Kamu udah makan belum? Udah lewat jam makan siang lho."

Dia mengalihkan topik karena dirasa percuma jika ingin menentang peraturan tersebut. Istrinya itu hanya perlu adaptasi saja. Toh pernikahan mereka tidak sungguhan, suatu hari jika dirasa situasi aman. Dia akan melepaskan gadis itu.

Melepaskan?

Entahlah untuk saat ini dia tidak ingin memikirkan hal itu.

"Udah! Makan pun gak enak dilihatin mulu sama Mami. Kan gak nyaman jadinya, ck!"

Zaid tertawa lepas mendengar curhatan gadis itu. Sampai-sampai para pegawai yang ada di sana terheran-heran dengan si bos yang biasanya dingin, galak, tegas dan kaku tenyata bisa berubah hangat. "Terus udah ketemu Salsa?"

"Belum, saya udah nanya katanya lagi ada les."

"Oh, yaudah. Yang sabar ya. Habis dari sini saya pulang kok."

"Yaudah!" Balas Mika ketus lalu memutus panggilan tanpa perlu ribet-ribet menunggu kalimat penutup dari pria itu.

Mika kembali melempar smartphone-nya ke atas ranjang dengan perasaan dongkol parah. Dari pada bosan sampai mati gaya, dia pun keluar dari kamar untuk mencari udara segar. Sepertinya melihat ikan-ikan koi dan memberinya makan akan mengasyikan.

Sang Pewaris Al-RashidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang