Chapter 17🔥

31.5K 1.1K 32
                                    

Makasih ya udah suka sama cerita ini... 🥰

*Republished 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Republished 


"Yaudah kalian istirahat. Kalo mau ganti pakaian, pakai aja piyama yang mana bebas kok." Ucap Mika disertai senyuman hangat untuk dua remaja itu.

Hana membalas senyumannya dan mengucapkan banyak terima kasih. Sedangkan Salsa malah cuek saja tidak mengatakan apapun. Dan Mika memaklumi hal itu. Dia mengerti betul jika Salsa perlu waktu untuk bisa menerima kehadirannya. Apalagi anak itu memiliki inner child dari keegoisan kedua orang tuanya.

Mika sangat beruntung, aksinya menyusul dua remaja itu bisa menjadi cara untuk menghindari sang mantan. Sehingga saat keluar dari kamar, dia merasa lega dan aman lantaran orang itu sudah pergi.

"Mereka gak curiga?" Tanya Zaid melihat istrinya baru keluar dari kamar.

Mika menggelengkan kepala. "Aman!" Ujarnya seraya mengangkat jempol.

"Kamu bilang apa?"

Keduanya duduk santai di ruang TV sembari menonton channel TV secara random.

"Ya bilang aja kita lagi marahan kemarin. Ya emang sebelumnya kita marahan 'kan? Lebih logis itu dari pada saya bilang lemari Bapak gak muat. Nonsense kan? Secara kamar Bapak ada wardrobe-nya." Terang Mika panjang lebar.

Zaid diam saja tidak menyanggah. Karena tak ada yang harus diperdebatkan atau dipersoalkan lagi. Dia pun beranjak, mematikan TV lantas masuk ke dalam kamar.

Mika segera menyusulnya.

"Saya gak mau tidur di karpet ya Pak. Saya capek abis beres-beres rumah, cuci daleman ama daleman Bapak. Terus masak, terus beres-beres di dapur terus bikin jamuan buat keponakan Bapak." Cerocos Mika tanpa titik koma. Mengajukan aksi protes pada pria brewokan itu.

Zaid berdecak, pusing kepalanya jika mendengar ocehan bawel gadis itu. "Iya. Awas jangan lasak tidurnya."

"Iya enggak kali, Pak. Emang saya bocil apa tidurnya lasak??" Bantah Mika dengan nada sewot.

Zaid menaiki ranjang terlebih dahulu, baru disusul istrinya. Mereka berdua tidur berjarak dalam satu ranjang. Tak ada pembatas guling jadi hanya dibatasi oleh satu bantal saja.

"Waktu di Caribbean Cruise, kamu tidurnya lasak. Kepalamu hampir jatuh."

"Iya gitu?" Jawab Mika dengan nada menye-menye, sepenuhnya menyangkal.

"Terserah! Saya mau tidur." Ketus Zaid seraya memencet tombol di smartphone-nya, mengatur pencahayaan menjadi redup. Karena lampu yang terpasang sudah canggih menggunakan wifi. Jauh lebih canggih jika di kediaman Al-Rashid yang sudah "smart-home", berteknologi IoT.

*IoT: Internet of Things

Meski merasa canggung karena pertama kalinya tidur satu ranjang dengan pria, tapi karena sudah kelelahan dengan segudang aktivitas seharian, Mika pun langsung tertidur lelap. Begitu pun Zaid, meski merasa aneh di awal-awal saat tidur bersama istrinya. Namun dia pun bisa terlelap juga karena seharian ini kegiatannya di kantor sangat padat sampai sisa pekerjaan pun diboyong pulang.

Sang Pewaris Al-RashidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang