Chapter 29🔥

25.7K 1.1K 39
                                    


*Republished

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Republished



"Bapak kenapa sih? Jutek mulu sama saya. Salah saya apa sih? Dari sejak temen-temen Salsa dateng kok langsung berubah. Jutek ama saya. Kenapa sih?!" Cerocos Mika menggerutu kesal.

Zaid hendak menurunkannya namun segera ditangkis cepat. Tetap bertahan di atas tubuhnya. "Jangan gini Mika. Nanti saya turn on," Zaid berusaha menetralkan gairahnya.

"Nanti juga turn off lagi sama saya." Balas Mika sekonyol-konyolnya. Tak peduli dan malah menantangnya.

Jika saja tidak sedang perang dingin, mungkin Zaid akan refleks tertawa. Ada saja kata-kata konyol dan lucu yang keluar dari mulut istrinya ini. "Jangan menggoda saya Mika. Saya ngantuk." Dia berkilah. Memanglingkan wajahnnya ke samping, menghindari kontak mata. Dia takut pertahanannya runtuh melihat tatapan istrinya yang sexy.

"Jangan suka ngalihin topik. Kenapa Bapak jadi ngambek? Kenapa?" Omel Mika seraya menggoda dengan gerakan-gerakan sensual. Tangannya bergerak ke belakang, menerobos masuk ke dalam celana suaminya.

"Mikaaaaaa!" Zaid geram. Menarik tangan sang istri yang sedang menjamah miliknya.

Melepas tangannya dari sana, Mika pun membuka kaos hingga berpenampilan topless. Bra beserta kaos tersebut sudah terongok di lantai.

"Kamu!!"

Zaid menggeram penuh penekanan lantas membalikkan posisi mereka hingga dirinya yang berada di atas. Memegang kendali penuh.

"You hafta know! (Kamu harus tahu). Saya gak suka aja tiap orang ngira kita Ayah-anak atau Paman-keponakan. Apalagi pas kamu berpakaian gaya anak muda. Bikin saya keliatan tua banget." Akhirnya Zaid jujur. Mengungkapkan keluh kesahnya. Tentang penyebab mengapa dirinya berubah 'ngambek'.

"Ya ampun gara-gara itu?" Mika menganga lalu tertawa renyah. Tak habis pikir, hanya karena masalah pakaian mereka jadi gencatan senjata. Dia pun menghentikan tawanya kala melihat ekspresi serius dari suaminya.

"Maafin saya ya. Saya salah ngomong. Saya gak ada niatan childfree, Mika. Saya ingin punya anak, tapi dengan orang yang saya cintai juga. Sama kayak kamu." Ujar Zaid dengan nada lembut.

"Terus saya sampai kapan begini? Kapan Bapak bakal nemu orang yang Bapak cintai?" Balas Mika walau terbesit dalam lubuk hati ada rasa ketidakrelaan melontarkan kalimat tersebut.

"Kamu gak akan saya lepas sampai kapanpun." Zaid berguling ke samping, melepas kungkungannya. Lalu duduk selonjoran, bersandar di kepala ranjang. Mika pun ikut duduk di selebelahnya. Ditariknya selimut hingga menutupi sebatas dada. Gelora hasrat itu menghilang sejenak lantaran arah pembicaraan mulai serius dan dalam.

"Maksud Bapak?" Mika tak paham, menatap suaminya penuh tanda tanya.

"Ya gak ada perceraian. Kita menikah untuk selamanya."

Sang Pewaris Al-RashidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang