Chapter 49

8.8K 1K 79
                                    

Jangan jadikan komenan ketidak sabaranmu menunggu UP, jadi kesialan bagi yang lain yang sabar menunggu.

Ini cerita belum tamat, insya Allah bakalan UP. Gak usah diingetin, gak usah ditagih. Aku ngerasa diburu2.

Terima kasih untuk kalian yang sabar menunggu UP cerita ini❤️

Terima kasih untuk kalian yang sabar menunggu UP cerita ini❤️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Republished 


Kondisi Mika sempat kritis dan selama satu hari tak sadarkan diri. Zaid tampak terpukul, dia bahkan berubah emosional ketika datang kedua orang tuanya. Apalagi pada sang mami, dia langsung menyalahkannya, sampai terjadi keributan. Untunglah ada kedua orang tua Mika yang pada waktu itu tiba, tak lama Mika dilarikan ke ICU. Mereka rela mengocek uang yang tak sedikit untuk bisa terbang ke Jakarta saat itu juga. Yang harganya tentu jauh lebih mahal dari pada booking jauh-jauh hari, tanpa promo-promo apapun.

Dan papanya Mikalah yang menengahinya. Beliau juga yang menenangkan dan memberikan pencerahan pada Zaid.

"Istighfar Zaid. Istighfar. Minta pertolongan sama Allah. Semua ini sudah takdir. Papa yakin Mika segera siuman. Anak Papa itu memang kuat biarpun badannya kecil. Pemberani, mau dibanting, mau kena badai dia gak akan tumbang. Kita berdoa aja buat kesembuhan Mika."

Zaid diam saja dengan kepala tertunduk. Dia masih dalam keadaan emosi. Nafasnya saja masih bergemuruh, bahunya naik turun. Beberapa menit yang lalu kedua orang tuanya sudah kembali pulang karena ia usir.

"Zaid, ini minum dulu Nak," sang ibu mertua memberikan sebotol air mineral padanya.

Zaid langsung meneguknya hingga tersisa setengah.

"Papa tahu permasalahan kalian." Jeda sang ayah mertua, begitu hati-hati dalam berkata. Beliau tetap tenang, tidak tersulut emosi seperti Baba. "Mami kamu langsung telfon Mama. Terus Mama cerita ke Papa. Papa gak langsung minta klarifikasi ke Mika. Papa gak mau bikin anak Papa yang lagi hamil malah jadi stres. Jadi Papa tunggu penjelasan langsung dari kamu aja."

Lalu Zaid pun mulai menceritakan awalnya dia bertemu dengan Mika. Hingga alasan terpaksa menikah pura-pura. Namun dia filter terkait alasan Mika ke Italy. Karena dia merasa itu bukan ranahnya, biarlah istrinya yang menjelaskan sendiri, langsung pada orang tuanya. Dia tak mau malah menjadi masalah baru bagi istrinya.

"Zaid kira Papa bakalan marah sama Mika, sama Zaid."

"Buat apa marah? Toh itu udah takdir hidup kalian untuk berjodoh. Mana ada yang tahu kalo awalnya kalian terpaksa nikah pura-pura tapi karena seiring berjalannya waktu cinta dan sayang itu hadir. Kita sebagai manusia mana tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Dan Papa sangat bersyukur kalo anak Papa mendapatkan suami kayak kamu." Ucap sang ayah mertua seraya menepuk bahunya.

"Papa makasih, kamu udah membimbing Mika menjadi pribadi yang lebih baik. Lebih dewasa dan lebih bijak dalam bersikap. Banyak... sekali perubahan yang baik setelah Mika menikah. Terutama sikapnya terhadap Papa, Mama. Kami merasa dihormati dan dihargai sebagai orang tua."

Sang Pewaris Al-RashidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang