Chapter 42

15.9K 1K 26
                                    

Happy weekend

Rada ngaret, soalnya td habis nonton IG live Prof Zainal Arifin Mochtar, lumayan kuliah gratis soal Hukum Tata Negara☺️ ada yg join jg tadi skitar jam 9an?

Rada ngaret, soalnya td habis nonton IG live Prof Zainal Arifin Mochtar, lumayan kuliah gratis soal Hukum Tata Negara☺️ ada yg join jg tadi skitar jam 9an?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Republished 


Kedatangan Zahra beserta dua anaknya dari suami yang sekarang disambut hangat oleh kedua orang tua Zaid. Zahra ke Indonesia hanya bertiga saja tidak dengan suaminya karena alasan pekerjaan.

Salsa yang sebenarnya ogah akan kedatangan sang ibu, terpaksa memasang wajah ceria agar tidak terjadi ketegangan. Kalau tidak diiming-imingi oleh Tante Mikanya, mana mau! Ini semata demi bisa berlibur ke Semarang bertemu dengan Opa-Oma dan Mbak alias Aunty Nanda. Demi hal itu juga anak itu rela ikut menjemput mereka ke Bandara.

"Wah, bentar lagi aku punya ponakan nih? Udah berapa bulan?" Tanya Zahra pada sang kakak ipar. Agak lucu karena kakak iparnya yang sekarang lumayan jauh lebih muda darinya, terpaut 13 tahun. Dia dengan Zaid hanya selisih 3 tahun. Maka dari itu agak bingung di awal, apakah harus memanggil Mika "mbak" atau nama saja.

Tapi untunglah Mika yang santai dan tidak gila hormat. Membebaskan Zahra untuk memanggil nama saja. Malah dirinya yang memanggil mbak ke ibunya Salsa itu.

"Jalan 5 bulan Mbak," jawab Mika ramah. Iya walaupun dalam hati kurang sreg dengan adik iparnya itu, tetap dia harus bersikap ramah. Ya, walaupun dasarnya dia ini orang yang blak-blakkan. Berani menunjukkan rasa ketidak-sukaannya terhadap orang ataupun suatu objek. Tapi pengecualian untuk keluarga suaminya ini. Dia tidak ingin menimbulkan masalah juga ingin memberikan contoh yang baik untuk Salsa.

"Wah, gak begitu kelihatan ya? Mungkin karena kamu tinggi." Ungkap ibunya Salsa.

Mika hanya menyengir alias tersenyum paksa tanpa membalas. Dia ini muji (puji) ape ngehina sih? Ocehnya dalam hati.

"Farhan, Yasmin, salim dulu sama Tante Mika." Tukas Zahra menyuruh anak kedua dan ketiganya untuk menyalami Mika.

"Where is Om Zaid?" (Om Zaid mana?) Tanya kedua anak itu beriringan.

"He is playing golf, with Opa." (Dia lagi main golf sama Opa). Jawab Mika seraya mencubit pipi tembam salah satu dari mereka yang berusia 5 tahun.

"Hmm..." Keduanya tampak cemberut.

"Nanti dulu mainnya. Makan dulu Farhan, Yasmin." Seru Oma mereka.

Jadi, adiknya Salsa yang bernama Farhan berusia 10 tahun dan Yasmin 5 tahun. Dua bocah yang aktif dan cerewet. Masih saling merebutkan hal-hal sepele. Dan mereka pun makan siang bersama. Salsa tak banyak bicara dan hanya menjawab sekenanya saja jika ditanya oleh sang ibu atau kedua adiknya. Dia lebih menempel pada Mika ketimbang ibunya sendiri. Hal itu sukses mengundang perhatian Zahra juga mami mertua.

Kedua wanita itu sampai heran dengan kedekatan Salsa dan istrinya Zaid. Sampai-sampai membuat Zahra iri dan cemburu. Padahal di sini dirinyalah ibu dari anak itu. Tapi mengapa malah terlihat seperti Mika yang menjadi ibunya? Zahra meringis kala mengingat perlakuannya dulu pada anak sulungnya itu. Dia sadar, banyak sekali kesalahan yang dilakukannya pada Salsa.

Sang Pewaris Al-RashidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang