Chapter 40

17.5K 1.4K 154
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Republished


Selesai berpeluh keringat di ranjang, kedua pasutri itu melanjutkannya satu sesi lagi di kamar mandi. Berniat mandi bareng tapi ujung-ujungnya malah bermadu hasrat lagi lantaran satu sama lain saling mendamba. Sudah berapa bulan mereka tidak memadu hasrat, dan sekarang sepertinya sudah terbayarkan akan kerinduan itu.

Zaid membantu istrinya mengeringkan rambut. Membantu menyisirnya hingga memberikan hair tonic juga vitamin rambut. Wangi semerbak rambut panjang dan halus sang istri di indra penciumannya. Dia menyukainya.

Lalu, smartphone miliknya berdering tanda panggilan masuk dari sang Baba. FYI walaupun masih tinggal seatap, mereka semua lebih suka menggunakan by phone dari pada langsung menghampiri. Bahkan berkomunimasi dengan ART sekalipun. Ya karena rumah itu terlalu luas dan kepalang capek jika harus menghampiri satu sama lain sekedar menyuruh makan atau memberi tahu jikalau ada tamu.

"Na'am Baba." (iya ayah.)

"Tayyib." (Baik.)

Mika diam saja dengan tatapan bertanya-tanya. Ada kabar apa sampai wajah sang suami terlihat serius begitu?

"Ada apa?" Tanyanya kepo.

"Mommy-nya Salsa mau ke sini. Pulkam."

Oh adik iparnya itu akan ke Indonesia. Mika tahu situasi seperti ini pasti akan sangat tidak nyaman untuk Salsa. Sampai detik ini ABG itu enggan bertemu dengan ibu kandungnya.

Rasa khawatir pun menderanya. Meskipun Salsa adalah keponakannya tapi rasa sayangnya sudah seperti ibu pada anak. Padahal tidak ada kewajiban baginya sebagai menantu Al-Rashid. Ini murni dari hatinya sendiri yang memberikan kasih sayang juga mengurusi Salsa sebagai ibu pengganti anak itu. Bukan sebagai Tante. Karena dia tahu betul, anak itu sangat membutuhkan sosok seorang ibu.

"Kapan? Salsa udah dikasih tahu?"

"Lusa. Gak tahu tuh. Coba kamu tanyain sama tuh anak." Zaid malah melemparkan tugasnya pada sang istri. Padahal yang lebih berperan penting dan memiliki posisi keluarga adalah dirinya yang notabene Kakak dari ibu kandung anak itu.

Sang Pewaris Al-RashidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang