Chapter 32*

21.7K 1K 53
                                    

*Republished 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Republished 


Dasar bodoh! Ceroboh! Zaid mengutuk dirinya dalam hati. Akibat salting alias salah tingkah, dirinya sampai lupa malah memakan langsung daging yang masih sangat panas karena benar-benar baru diangkat dari pemanggangan. Bibir bawahnya memerah dan terasa perih. Dia meringis kala tangan sang istri menyentuhnya.

"Bapak sih gak sabaran. Udah tahu masih panas malah dimakan. Mau debus, huh?! Udah tunggu bentar, saya ambilin obat dulu ya?" Mika mengomel panjang lebar ala emak-emak.

Zaid segera mencekal pergerakan istrinya. "Gak usah. Entar juga sembuh kok. Begini juga bakalan sembuh."

Setelah menyelesaikan kalimatnya dia langsung mencumbu bibir ranum sang istri. Menyesapnya dengan lembut walau sedikit meringis karena mengenai luka di bibir bawahnya. Sungguh mata dan bibir Mika mengalihkan daya fokusnya untuk berpikir jernih. Dia tak bisa menahannya terlalu lama. 🔥

Sementara respon dari Mika sudah pasti kaget luar biasa. Matanya membulat lebar-lebar kala mendapat ciuman dadakan.

Cupp

Zaid menekan dan memperdalam ciumannya. Kedua tangannya menangkup di kedua sisi wajah sang istri. Miring kanan miring ke kiri, bibir atas dan bawah Mika terus disesapnya hingga menimbulkan suara desahan dan cecapan dari keduanya.

"Pak! Malu!!" Protes Mika seraya melepas ciuman itu. Lalu menjaga jarak sekitar satu meter. Dasar suami mesum! Umpatnya dalam hati. "Orang lagi khawatir malah disosor!" Lanjutnya seraya mengomel.

Bukannya merasa bersalah, Zaid malah tertawa renyah. Lucu sekali istrinya ini.

Bukk

Bukk

Lanjut Mika memukul kasar lengan suaminya hingga mengaduh. Setelah puas, dia kembali duduk di kursi lalu menyantap kembali makanannya. Dengan wajah keki akibat kelakuan menyebalkan si Bapak Zaid.

"Kamu galak banget." Keluh pria itu seraya ikut duduk di sebelah sang istri. Lalu menaruh senampan daging matang dan roti tipis. Kemudian dia mulai mengisi roti tersebut dengan daging, sayuran, saus dan lainnya. "Ciuman kayak tadi tuh bisa jadi obat juga tahu!" Ocehnya lagi.

"Mana ada bibir kena panas diobatinnya pakai bibir lagi, ck!" Mika masih memasang wajah jutek.

"Kan dari saliva kamu jadi obat," ujarnya bermaksud bercanda. Jokes ala bapak-bapak. Namun terdengar 'garing' di mata istrinya yang tergolong generasi millenial.

"Ini masih perih lho." Keluhnya agak manja, mencari perhatian sang istri. Karena usaha jokes-nya gagal total. Mika masih mengabaikannya.

"Arghh!" Akhirnya dia pun pura-pura mengaduh lagi. Caper alias cari perhatian.

"Kenapa?!" Mika menoleh cepat seraya mendekat. "Beneran sakit?" Sambungnya terlihat cemas. Tangannya menyentuh bibir bawah sang suami lantas melepasnya cepat. Mendadak gerogi si Mika. "Masih sakit?"

Sang Pewaris Al-RashidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang