45. Ciptaan tuhan yang paling indah

141 16 1
                                    

UPDATE DI BAB BAHAGIA
Vote kalau kalian suka, kalau gak suka gak usah vote. Eh canda

HAPPY READING!
Semoga suka❤
***

Raffa mendapati Syifa saat bangun dari tidurnya. Kakaknya itu sedang membongkar isi tas disofa seberang. Tidak menyadari kalau Raffa sudah terbangun sejak 5 menit yang lalu. Perempuan itu terlihat menyimpan beberapa benang wol dalam paperbag, lengkap dengan peralatannya. Lalu meletakkan dibawah meja.

"Apaan, tuh?"

Karena perasaan Syifa dirinya hanya seorang diri kecuali dengan Raffa yang terlelap sebelumnya. Dia kaget bukan main. Syifa cepat-cepat mengemas tas yang dia bawa dari rumah sebelumnya.

"Kapan lo bangun?" Salak Syifa. Membuat Raffa tertawa kecil melihat Syifa yang seolah ketahuan mencuri sesuatu.

"Apa, sih? Kok disembunyiin?" Kepala Raffa ke kanan kiri karena kepo akan apa yang Kakaknya itu bawa.

"Bukan apa-apa." Ucap Syifa ketus. Tapi Raffa keras kepala. Dia bahkan hendak bangun kalau saja Syifa tidak segera menjitak kepalanya.

"Lo gak usah banyak gerak!"

Raffa mencibir. Tidak membalas, hanya mengusap bekas pukulan yang tidak keras merayap disana.

"Papa udah duluan." Raffa menarik selimut sebatas dada. Hendak lanjut tidur. Syifa kalau marah bikin mood memburuk.

"Apa?" Kakaknya tidak mengerti.

"Papa udah duluan kasih hadiah. Lo lambat."

"Kok lo bisa tahu sih?!"

"Ketebak banget!" Nada tinggi Syifa dibalas dengan kekehan ringan. "Mana? Gue mau liat! Jangan-jangan lo kasih mainan cewek lagi kayak dulu?"

"Sotoy banget lo!" Sembari menggerutu, Syifa melangkah mengambil paperbag yang lain, ada diujung sofa satunya, sengaja disembunyikan disana, tapi sepertinya sudah tidak berguna karena adik jahanamnya ini lumayan cerdas. Lantas dengan ogah-ogahan melempar isinya ke arah Raffa. Kena wajahnya sampai Raffa mengaduh keras.

"Adoh! Kasar banget lo!" Walaupun demikian, Raffa tetap meraihnya, awalnya wajahnya sumringah melihat warnanya yang cool banget. Tapi begitu melihat modelnya, ekspresinya langsung masam. Ternyata dari dulu Syifa sama saja.

"Kaaaak lo mikir gak sih nih hadiah mau dikasih ke cowok?!"

"Ya lo pikir gue kasih ke bencong?!" Syifa nyolot. Kepalanya panas sampai ubun-ubun. Entah kenapa Raffa bukan nya menyambut nya hangat, tapi malah marah-marah. Ini Syifa bela-belain gak masuk kampus lho. "Lo kasih ekspresi senang dikit kek! Gue belajar sebulan, pas jadi lo malah kayak gitu. Gak ngehargai banget."

Raffa menciut. "Ya gue bukannya gak ngehargain hasilnya," Memegang lembut hasil rajutan tangan Syifa tersebut. Sebuah sweater. "Ini gak cocok gue pake kak. Yang kayak Papa kek, beliin jaket, atau Mama, jam tangan gitu. Ini mah bukan punya cowok..."

"Yaudah kalau gak mau siniin!" Syifa sedikit tersinggung karena hadiahnya tidak diterima dengan baik dihari terbaik Raffa, ulang tahunnya. Bagaimanapun dia memang kalah dengan kedua orang tuanya. Tapi 'kan Syifa sudah berusaha.

"Eh gue gak bilang gak mau!" Ralat Raffa. Mencium bau-bau cewek akan ngambek. Dalam kondisi seperti ini, Raffa tidak bisa membujuk kalau-kalau hal itu terjadi. "Pakein dong!" Ujar Raffa sembari melebarkan tangannya. Membuat bola mata Syifa berputar jengah.

"Tadi gak suka! Sekarang minta dipakein."

"Tangan gue sakit kaaaak." Tapi akhirnya Syifa telaten memasangkan sweater buatannya ditubuh Raffa dengan sedikit ogah-ogahan. Mengancingnya agar Raffa tak kedinginan.

Evanescent (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang