Haii. Ini extra chapter yang terakhir mungkin (?)
Btw, bisa bantu aku promosiin cerita ini? Ajak teman kalian, saudara kalian, tetangga kalian untuk ketemu Raffa dan Adel yuk!Buat yang heran kenapa judul Exchap ini ada (2)-nya. Karena aku gunain judul yang udah ada sebelumnya. Bisa cek sendiri🤗
Btw siapkan hati lagi.
HAPPY READING!
Semoga suka❤
***Adel mebersihkan selasar kamar karena dia akan ke rumah tante Finca untuk beberapa hari. Andrian sedang menghadapi ujian sekolah. Hal itu menjadi alasan mengapa Adel kesana karena Lelaki itu tidak bisa datang menemaninya selama 2 minggu, takut terjadi apa-apa, jadilah Tante Finca memutuskan untuk menjemput Adel dan membawanya kerumahnya.
Walaupun hal itu tidak sependapat dengan Adel karena dia bersikeras bisa tanpa Andrian. Tapi kalau Tante Finca sudah turun tangan, Adel tidak bisa apa-apa.
Perempuan itu selesai mengemas bajunya kedalam satu tas sedang. Sekarang pindah mengambil beberapa kebutuhan perawatan diri--biasa, perempuan. Saat sampai di meja belajar dan mengambil powerbank juga headphone, mata Adel tidak sengaja menangkap note book Raffa yang sedikit terlihat dari dalam laci.
Adel cepat-cepat meraihnya karena teringat sesuatu. Buku itu belum sempat dia baca keseluruhan. Adel melepas kegiatannya, dia melangkah ke arah kasur, duduk disana dengan bersila. Membuka lembar pertama, Adel terkekeh mengingat Raffa yang malu-malu tentang tiga permintaannya. Disana ada tulisan tangan laki-laki itu.
Adel rindu Raffa...
Dengan gemetaran, Adel membuka lembaran kedua. Kali ini ada beberapa kalimat panjang.
Hari pertama di ruang perawatan.
Gue takut, takut karena tiba-tiba aja ambil keputusan ini. Gue tinggalin rumah, Kak Syifa. Gue juga ninggalin Adel.Maaf ya Adel. Hari itu jadi terakhir kali kita ketemu. Tapi gue seneng lo jadi terbuka. Gue seneng bisa kepuncak bareng lo.
Adel, gue harap lo gak kangen gue, ya. Gue brengsek.***
Hari ke tujuh di ruang perawatan.
Gue baru dikasih tau kalau nyokap Adel meninggal.
Dia gimana ya sekarang? Sedih kah?
Ah iyalah goblok. Pake nanya lagi (eh astaga jangan ngomong kasar. Dosa Raf, masuk neraka mampus lo)Adel...
Maaf karena gue gak disana ya.***
Adel merasa perasaannya lega, perempuan itu meraup oksigen sebanyak mungkin sebelum jejemarinya hendak membuka halaman berikutnya.
"Gak apa-apa, Raffa." Adel menjawab lirih.
***
Hufft. Perasaan waktu pertama masuk ruangan itu gampang-gampang aja, sekarang udah susah.
Kata dokter... Kaki gue udah gak bisa jalan normal. Gue harus pake kursi roda.
Gue... Udah cacat ya?***
Gue gak tau ini udah hari ke berapa, yang jelas, gue di ruangan ini udah hampir satu bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent (END)
RandomTentang lelaki pengidap penyakit ataksia yang bertemu dengan perempuan pemilik trauma masa lalu. *** Adel benci di sentuh laki-laki. Adel tidak suka menjadi lemah. Adel lelah tidak menjadi diri sendiri, selalu ke psikiater. Dia benci punya penyakit...