UPDATE, TAPI BELUM DOUBLE UP
Gak papa, ya? Aku takut tamatin cerita ini huhu😭🙏
Besok bab terakhirnya akan aku update. Siapin mental dulu.HAPPY READING!
Semoga suka❤***
"Yang kedua? Lo mau lihat pameran dimana?"
Raffa gelagapan. "Yang itu coret aja." Katanya canggung.
"Kok gitu? Seru lho padahal." Adel yang keberatan. Ini bisa jadi kenang-kenangan terbaik untuknya.
"Gak sempet nanti. Langsung yang ketiga aja, ya?"
Gak sempet nanti. Adel terdiam, berpikir akan maksud kalimat Raffa. Tapi karena Raffa nampaknya benar-benar tidak keberatan dengan itu, Adel akhirnya mencoret satu permintaan di notebook tersebut.
"Berarti langsung yang ketiga aja, ya?" Adel menggaruk rambutnya bingung. Menatap tulisan itu lama.
"Kenapa, Del? Mau ganti aja gak papa." Raffa juga tertawa agak canggung. Permintaannya yang itu memang aneh. Dia ikut malu. Jadilah dua-duanya tertunduk malu.
"Enggak, deh. Ini seru. Kita main nikah-nikahan." Walaupun Adel berkata sambil nyengir dengan deretan gigi rapihnya. Raffa melihat wajahnya penuh raut keberatan. Raffa jadi tidak enak.
***
Butik ternama kenalan Mama Raffa. Katanya, disana Wanita itu memesan gaun pernikahan 22 tahun yang lalu. Sudah lama, pemiliknya sudah sepuh, tinggal dibantu cicitnya yang sepantaran Syifa kalau Adel tidak salah.
Masuk disana, kesan klasiknya terasa sekali. Butiknya masih terbuat dari kayu, berbeda dengan toko-toko disekitar. Tempat ini masih mempertahankan nuansa jaman dulunya.
Kursi yang Adel duduki sedikit berderik sampai si perempuan segera berdiri karena takut ambruk. Raffa yang di kursi roda tertawa melihat itu. Padahal tidak terjadi apa-apa. Perempuan yang menyambut mereka nampak tidak enak karena tamu dilihatnya kurang nyaman.
"Duduknya di sofa saja," Katanya membuat Adel membungkuk sopan. Setelah Perempuan dengan dress biru selutut itu nampak sibuk dengan pesanannya lagi, barulah Adel menabok punggung Raffa yang masih tertawa lepas.
"Gak lucu!"
"Tapi lo lucu."
Adel melotot. Membuat tawa Raffa berangsur reda. Dia sepertinya mendadak harus mengatasi cewek ngambek. Terlihat dari nyaris 5 menit Adel mendiaminya walau beberapa kali Raffa memanggil.
Di menit ke 6, barulah Adel bergerak dari tempat ngambek tiba-tibanya saat Perempuan tadi nampak memanggil.
Dia menyuruh Adel dan Raffa untuk masuk ke ruangan satunya. Dan di dalamnya berbeda sekali dengan ruang pertama. Orang lain tidak akan menduga ada tempat secantik ini dalam butik yang mirip gubuk tua. Mata Adel antusias melihat deretan gaun berwarna-warni berjejer di etalase kaca, tingginya nyaris sampai atap.
"Dilihat-lihat saja dulu gaunnya." Kata Perempuan dengan dress biru itu ramah.
Adel mengangguk lagi, tersenyum.
"Raf? Lo sukanya yang mana?" Setelah nyaris mengelilingi seluruh ruangan. Adel tidak bisa menentukan pilihan.
"Kan lo yang pake? Kok jadi gue?" Adel menatap punggung Raffa jengah.
"Pilih aja yang lo suka, Raffa." Karena takut Adel masuk mode ngambek lagi. Raffa memilih di bagian etalase atas. Gaun berwarna ungu pucat, tidak terlalu mewah, sederhana dan cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent (END)
RandomTentang lelaki pengidap penyakit ataksia yang bertemu dengan perempuan pemilik trauma masa lalu. *** Adel benci di sentuh laki-laki. Adel tidak suka menjadi lemah. Adel lelah tidak menjadi diri sendiri, selalu ke psikiater. Dia benci punya penyakit...