46. Interaksi antar sahabat

103 13 2
                                    

UPDATE!
Beri Votenya dong. Cerita ini aku tamatin di bab 50. Yang artinya tinggal 4 bab lagi.
Kalau dilihat dari jalan ceritanya... Menurut kalian happy ending atau sad ending?
Kita tamatin pas lebaran sabi kali, ya?🙃

HAPPY READING!
Semoga suka❤
***

Kantin siang itu ramai. Adel entah keberapa kali datang untuk makan bersama-sama. Walau terkadang masih menyebalkan karena tidak suka ribut. Tapi setidaknya Perempuan itu berusaha untuk membaur diri. Mengantre makanan biasanya, karena tidak terbiasa, Adel sering kali kena omel karena potong jalur. Makanya Ketryn jadi penengah, menyuruh temannya duduk anteng saja sedang dia yang akan mengurus isi perut mereka. Beres 'kan?

Di meja paling ujung, Adel memperhatikan kedatangan Ketryn dengan membawa nampan bakso. Dibelakangnya mengekor Firman. Melihatnya, dahi Adel mengerut bingung, perasaan tadi tuh cowok gak ada.

"Pesanan Adel datang, bakso sama es teh. Ada lagi Puan?" Adel tertawa, menggeleng. Menarik kursi untuk Ketryn.

Firman duduk didepan si cewek primadona.

"Kalian makin hari makin dempet aja." Adel bersuara. Menyeruput minuman duluan. Membuat Ketryn dan Firman saling pandang sejenak kemudian salah tingkah.

"Perasaan lo aja kali." Ketryn mengelak, melotot pada Firman yang terus menatapnya.

"Kalian pacaran?"

Uhuk-uhuk!

"Nah 'kan bener." Adel tertawa menggoda. Dia sudah beberapa kali mendapati dua remaja ini dempet-dempettan, masuk kelas bareng, keluar bareng. Atau biasanya Ketryn berasalan supirnya datang lambat padahal Adel tahu dia pulang dengan Firman.

Firman menyodorkan minumannya cepat-cepat pada Ketryn. Butuh beberapa waktu meredakan batuknya sampai Firman memajukan wajah dan berkata pelan.

"Kentara banget?" Tanyanya pada Adel.

Adel mengangguk, kemudian menggeleng. "Cuman gue yang nyadar kali."

"Ahh." Firman mengerjap. "Lo temennya pantes tau." Katanya.

"Jangan sebarin ke orang, ya, Del." Laki-laki itu meminta. Membuat Ketryn menabok tangannya diatas meja.

"Lo pikir Adel mulut ember apa!"

"Kenapa gak boleh gue sebarin?" Adel bertanya, walau faktanya Adel memang tidak ada niat membocorkannya. Dia hanya ingin tahu alasannya.

"Dia insecure katanya." Sebelum Firman menjawab, Ketryn berbicara lebih dulu. Memutar bola mata jengah, menyeruput kuah bakso yang penuh kecap.

"Kalau pacar lo terkenal, ketua cheers, cantik, multitalenta, keluarga terpandang. Sedangkan lo orang biasa. Lo bakal insecure juga 'kan, Del?" Firman menjelaskan lebih baik. Ketryn tidak ada paham-pahamnya.

Adel mengangguk, tersenyum tipis. "Tapi kalau dia fine-fine aja gak papa, kok, Firman. Itu artinya dia Terima lo apa adanya dan gak malu jadi cewek lo. Kalian sama-sama saling menguntungkan." Adel memberi petuah, hanya berdasarkan hasil pemikirannya.

"Noh, denger." Ketryn yang lebih dulu setuju. "Gue tulus sama lo." Ucapan Ketryn membuat suasana senyap.

Firman mengerjap kaget. "Suara siapa tadi?" Ucapnya tidak percaya, menggapai lengan sang pacar yang alih pandang. Menutup mata erat. Mampus. "Coba ulang, Ryn? Lo bilang apa?"

"Dia bilang dia tulus sama lo, Firman." Adel menengahi, bibirnya berkedut.

"Sumpah! Dia balas ucapan I love you gue aja gak pernah, Del!"

Evanescent (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang