UPDATE LAGI YUHUU
Besok kayanya masih susah up, ya.
Karena part selanjutnya belum sanggup diketik, Author kena mental sendiri😔🙏
Janji Vote dulu biar aku semangat.HAPPY READING!
Semoga suka❤
***"Raffa... Makasih banyak."
Mendengar untaian Terima kasih dari Adel, tak lepas membuat perasaan Raffa di penuhi kelegaan. Dia pikir, setelah berakhirnya malam panjang ini, dia perlu dan wajib untuk membuat semburat senyum Adel tercipta setidaknya sampai besok pagi dimana mungkin semuanya akan hilang dari ingatan karena mereka kembali tiba bertemu luka, maupun duka.
Karenanya, Raffa tersenyum lebar, masih merasa lelah. "Udah tugas gue." Dan kemudian Lelaki itu menarik jejemari Adel untuk disatukan pada tangannya. "Kita kedepan."
"Emang boleh? Gak ganggu?" Raffa bisa merasa kalau Adel terkejut akan perlakuannya yang tiba-tiba, tapi detik setelahnya Perempuan itu balas menggenggam erat tangan Raffa.
"Mereka sibuk sama dunia mereka, Del. Gak akan ada yang peduli sama penampilan kotor lo." Tidak menunggu balasan lainnya, Raffa sudah beranjak mendekat pada pusat perkemahan, lapang yang luas membuat mereka perlu mencari tempat strategis yang benar-benar bagus untuk mengistirahatkan diri. Hingga akhirnya Laki-laki itu mengajak nya pada salah satu tenda ditempat paling ujung.
Dua orang yang berada disana tentu saja kaget akan kedatangan mereka. "Anjir gue tungguin lama banget!" Adel tertinggal dibelakang punggung, memberi Raffa ruang untuk berbicara. Lagi pula, penampilannya sangat berantakan.
"Ini?" Setelah melakukan sapaan ala Laki-laki. Cowok tak dikenal di depan Raffa beralih pada Adel yang sedari tadi memilih diam dibelakang.
"Santai, Bang. Cewek gue takut." Raffa berkata iseng, membuat Adel menatap nya penuh peringatan sebelum akhirnya tangan lain tersodor didepannya.
"Ah, elah. Gue gak makan orang. Demian, Abangnya Raffa." Ucap Demian dengan senyum khasnya. Jika dilihat-lihat, tampilan Demian adalah tipe orang yang sering didapati di sebelah gadis manapun, lebih tepatnya-gempuran para badboy masa kini yang sering gonta-ganti Cewek. Ada lesung pipi saat dia tersenyum dengan alis naik menggoda. Rambutnya disisir rapi kebelakang. Mungkin yang membuatnya paling menonjol adalah tindik di telinga kanan, menambah kesan cowok nakal saja.
"Eh maksud gue, calon Abang ipar Raffa, Amiiin."
Adel yang bingung, langsung menjabat tangan Demian kikuk. Sebenarnya takut, tapi dilihat dari segi penampilan, Demian adalah orang yang mungkin berkisar 20 tahun ke atas. Akan sangat tidak sopan jika Adel mendiaminya begitu saja "Adel, Kak. Temen Raffa."
"Temen?" Kepala Lelaki itu tertoleh pada Raffa, meminta penjelasan, "gak di anggap lo? Wah kacau."
Raffa yang dikatai seperti itu langsung hendak protes namun tertahan karena melupakan satu orang yang ada disana. "Apa kabar Kak Meira? Makin cantik aja, nih."
Yang disebut Meira tersebut langsung merona. "Makin gede makin genit, ya, lo!" Meira mendumel. Dari kalimatnya, Adel kira Perempuan itu adalah orang terdekat dari Raffa. "Mana udah berani bawa Cewek lagi,"
"Sekali-kali, Kak. Sebelum kenalin ke ortu, kenalin ke kalian dulu, gitu." Kata Raffa membuat Adel ingin menimpuknya sekarang juga. Tapi apa boleh buat, melihat mereka tertawa akan kalimat tersebut, hanya bisa membuat Adel ikut manggut-manggut sambil tunduk. Apa-apaan! Ini bukan Adel banget!
"Oh, ya, Adel. Ikut gue, yuk." Meira langsung menggandeng tangan pacar adik sepupunya tersebut. Entahlah betul atau tidaknya.
"K-kemana, Kak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent (END)
De TodoTentang lelaki pengidap penyakit ataksia yang bertemu dengan perempuan pemilik trauma masa lalu. *** Adel benci di sentuh laki-laki. Adel tidak suka menjadi lemah. Adel lelah tidak menjadi diri sendiri, selalu ke psikiater. Dia benci punya penyakit...