LAMA GAK UPDATE HUHU🤧
Jadi merasa bersalah aku..
Vote dan komen yaa!HAPPY READING!
Semoga kalian suka❤🌼
***Adel terlalu terkejut begitu mengetahui fakta kalau Raffa yang biasanya terlihat biasa saja di sekolah, anak aktif yang suka jailin guru, jago bermain futsal dan suka bermain alat musik gitar walau bukan termasuk anak band... Menderita penyakit Ataksia.
Penyakit yang melumpuhkan manusia secara perlahan. Penyakit mematikan.
Sebenarnya Adel tidak ingin percaya. Dia ingin bersikap biasa saja karena toh, dia bukan siapa-siapa Raffa sampai laki-laki itu dengan gamblangnya membeberkan rahasianya dengan alasan kalau Adel.. Adalah Perempuan dingin yang mulutnya tidak ember seperti Perempuan sekelasnya yang lain.
Tapi di satu sisi pikiran Adel perlahan mencerna jika mungkin ini.. Mungkin ini yang membuat pertahanan Raffa runtuh di ruang seni, ini jawaban yang Adel cari saat pertama kali melihat Raffa mabuk-mabukkan dan menangis.
Dan harusnya Perempuan itu perlahan mengerti kan, kalau pengakuannya itu, membuatnya merasakan simpati yang sangat dalam. Membuat Adel satu kali itu tau cara mengkhawatirkan manusia yang sesungguhnya. Adel mulai punya pemikiran kalau sesungguhnya, dia juga orang yang punya emosi selain marah pada diri sendiri dan laki-laki tanpa sebab.
Di perpendek saja, di detik saat Lelaki itu mengatakan kalau dia menderita dengan senyuman manis, Adel khawatir, Adel kasihan, Adel tidak bisa berkata-kata lagi.
"Kata dokter, di tubuh gue ada penyakit Ataksia." saat itu Raffa berbicara dengan tampang polos dan kedikan bahu acuh. Air matanya tandas sudah.
Ataksia- adalah gangguan gerak tubuh yang di sebabkan oleh masalah di otak. Ataksia juga dapat di artikan sebagai gangguan saraf yang memengaruhi koordinasi gerak tubuh, keseimbangan, membaca dan berbicara, serta menulis.
Author note- Biasanya penderita Ataksia ini di derita oleh lansia, dan jarang sekali ada kasus yang terjadi pada anak seusia Raffa. Jarang ya, dalam artian langkah juga, tapi bukan berarti gak ada. Dan Raffa termasuk anak yang langkah itu.
"Otak gue bermasalah. Habis kecelakaan sih. Emang, ya, anak bego kayak gue ini otaknya sering konslet mungkin karena itu-"
"Raf!" Saat itu Adel menegurnya mungkin karena merasa itu bukan situasi yang pas untuk bercanda.
Lalu Raffa membalasnya dengan kekehan ringan, "bukan sekarang, tapi kata Dokter Nuca, waktu gue cuma dua atau tiga tahun lagi buat lumpuh total. Dan saat itu gue udah gak guna lagi, gak punya masa depan, dan pastinya bakal nyusahin Kak Syifa."
"Kalau di pikir karena faktor keturunan dan kecelakaan itu, menurut lo gue salah apa enggak sih, Del?"
"Keluarga lo yang salah. Bagian dari keluarga lo." Balasan Adel waktu itu cukup membuat Raffa terdiam. Laki-laki itu mendadak termenung dan Adel ingat betul ekspresi kosong itu. Dia tau dia salah, Adel salah berbicara, harusnya dia tidak menjawab itu.
Dan saat Raffa hendak keluar bersama Adel, membuka knop pintu karena Laki-laki itu berkata dia cukup mampu untuk berjalan begitu melihat ancang-ancang Adel akan segera membantunya seperti anak-anak. Laki-laki itu berkata lagi pada Adel untuk terakhir kali.
"Lo mau temenin gue kerumah sakit gak, Del?gue takut ketemu Dokter Nuca, besok jadwal gue berobat. Pertama kali."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent (END)
De TodoTentang lelaki pengidap penyakit ataksia yang bertemu dengan perempuan pemilik trauma masa lalu. *** Adel benci di sentuh laki-laki. Adel tidak suka menjadi lemah. Adel lelah tidak menjadi diri sendiri, selalu ke psikiater. Dia benci punya penyakit...