UPDATE?
Vote dan komennya!
Bagusnya up lagi sebelum ospek
Atau sesudah ospek nih?HAPPY READING!
Semoga suka❤
***Jam 8 malam Adel sampai rumah. Tadi di parkiran, Syifa sempat ragu melepas Adel pulang sendiri karena malam sudah tiba, dia takut terjadi apa-apa. Tapi untung saja Adel meyakinkan kalau dia akan baik-baik saja, Adel bisa menjaga diri.
Perempuan itu sampai di komplek rumahnya, lampu mobil yang langsung menyala terang membuat Pak satpam yang sedang berjaga langsung bergegas membuka gerbang. Menunggu Adel masuk dan kembali menguncinya.
Mobilnya sengaja di berhentikan dulu, menunggu Pak satpam datang menunjukan wajah di jendela mobil.
"Mobil siapa, ya, Pak?" Tanya Adel bingung melihat kendaraan asing terparkir di pelataran.
"Tamunya Bu Yani, belum pulang." Adel mengangguk, lalu berlalu. Dia keluar dari mobil, menelisik mobil berwarna biru tersebut. Dia tidak pernah melihatnya.
Tapi Perempuan itu tidak terlalu ambil pusing, dia masuk. Tapi saat sampai di ruang tamu, tidak ada siapa pun. Adel semakin bingung lagi saat dia mencari Mama di dapur tapi hanya menemukan secarik kertas yang di tempel di kulkas. Tulisan Yani yang menyuruh nya jangan terlambat makan malam.
Berarti.. Yani sedang tidak berada di rumah.
Perasaan Adel langsung tidak enak. Terlebih kalau tau tamu yang Pak satpam maksud tidak nampak batang hidungnya.
Adel menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan perasaan bimbang. Dia akan membersihkan diri dulu lalu mencari si pemilik mobil biru. Langkahnya berderap dengan cepat, dan langsung membuka pintu kamarnya.
Adel justru tidak tau kalau seseorang disana tiba-tiba menyambutnya.
Sekujur tubuh Adel membeku. Langkah nya tidak berlanjut. Yang dia dapati adalah senyuman tanpa rasa bersalah.
"Udah pulang, Agatha?"
Seseorang yang dengan lancang memanggil namanya seperti itu hanya Papa dan mantan kekasih nya. Selebihnya, tidak boleh ada orang yang bisa menyebut Adel dengan sebutan tak beruntung seperti itu.
Kecuali, Lelaki yang dengan gamblang memanggilnya di pertemuan pertama, dan nyaris melecehkannya di depan toko bunga. Melvian Anendra.
Wajah Adel sempurna memerah karena kesal.
"Lo apa-apaan?" Suara Adel menggeram tertahan. Namun balasan yang lebih jengkel Lelaki itu tunjukan dengan kedikan bahu ringan.
Dia justru membalasnya tanpa terbesit rasa bersalah sembari kembali menyimpan figura foto yang sempat dia pegang. "Nungguin kamu,"
Adel menahan diri untuk tidak membanting figura besar yang sudah tersentuh tangan kotor Melvian.
"Memangnya harus nungguin di kamar gue?" Dingin dan dingin. Melvian di buat semakin tertarik oleh sosok di depannya ini.
"Lancang, semena-mena, gak tau privasi Perempuan, atau mungkin lo lebih suka di panggil Cowok gak berakal?" Adel meninggikan volume suaranya. Membuat Melvian maju beberapa langkah tapi dia menahannya untuk tidak menghampiri Adel yang setia di ambang pintu.
Perempuan itu sedang marah, tapi justru membuat Melvian tersenyum kemenangan. "Maaf, oke? Aku salah."
Adel berdecih, minggir dari pintu, "keluar." Ujarnya lagi.
"Ada yang mau aku omongin," Melvian semakin berjalan mendekat membuat nafas Adel tercekat dan hendak menutup pintu agar bisa menghindar. Tapi karena sudah terlalu kesal akan sikap Cowok brengsek ini, adel memilih berteriak marah.
"GUE BILANG KELUAR!"
"Agatha dengar dulu,"
Adel memberontak saat dia terbentur dinding depan kamar, tembok kamar Mamanya. Melvian mencengkram tangannya kuat, membuatnya menahan ringisan setengah mati. Nafasnya memburu, apalagi waktu Melvian mendekatkan wajahnya di depan wajah Adel.
"Ini tentang kamu, dengar dulu, ya?"
Adel menahan untuk tidak menangis. Dia tidak bisa melakukan apapun karena kurungan tersebut. Tidak ada orang di rumah, Adel lebih tidak mungkin lagi berteriak memanggil Pak Satpam, yang ada Melvian langsung melakukan hal kurang ajar kepadanya.
"Tentang satu setengah tahun lalu, kebakaran besar perusahaan, kamu ingat?"
Sial!
Adel langsung tau ada yang tidak beres dari Laki-laki ini. Mata merahnya menatap tajam wajah Melvian di depannya. Keringat dingin mengalir di pelipis Adel. Tubuh nya bergetar, Adel tau Melvian sudah mengetahui itu karena sedari tadi tangannya pindah mencengkram pundaknya.
"Mau lo apa?!"
"Aku sudah pernah bilang aku mau kamu, Agatha."
Kebrengsekan yang Melvian miliki sudah melebihi batas wajar. Adel takut, tapi jika tidak bertahan, dia akan kalah begitu saja.
Adel meludah, tepat di wajah Melvian. Membuat Lelaki itu terkejut, membuat jarak mundur dan Adel langsung meraih tembok untuk menghindar karena kehabisan tenaga di pojokan oleh orang yang lebih besar dari tenaganya.
Melvian terkekeh. Menyeka wajahnya. "Gimana aku makin gak suka sama kamu," Kata Melvian dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.
"Padahal aku cuma mau bilang kalau kebakaran perusahaan waktu itu bukan cuma kamu, dia, dan Ayahmu yang terlibat." Jantung Adel rasanya berhenti berdetak saat Melvian menyambung tanpa beban.
"Aku juga disana."
Pundak Adel meluruh. Tidak sampai jatuh karena Melvian menariknya lagi, menepuk bahunya dengan senyum termanis. "Aku pulang dulu, ya. Lain kali kita bercerita lebih banyak, semoga kamu tidak banyak marah-marahnya."
Hingga langkah Lelaki itu berderap, bunyi pintu tertutup dan suara mesin mobil yang menjauh. Di tutup oleh decitan gerbang dua kali.
Air mata Adel tumpah.
Tubuhnya rubuh ke lantai, menggapai tembok, menyandarkan kepalanya disana. Adel tidak terlalu tau menyalurkan rasa sesak disana selain untuk bermain piano. Tapi sekarang benda itu jauh, Adel tidak kuat memapah dirinya sendiri walau selangkah.
Ketakutan hinggap dalam tubuhnya, membuat bergetar hebat, membuat perih yang mendalam.
Makanya dia mengusap kasar wajahnya yang banjir. Menarik rambutnya sendiri karena kesal akan perasaan kalau dia terlalu lemah.
"Adel?" Suara Yani terkejut karena melihat putrinya sedang dalam kondisi mengenaskan. Dia baru saja pulang.
Yani menghampiri Adel dengan khawatir, menarik tangan Adel yang menarik surainya sendiri. Cukup sulit, hingga jejemari lentik Anaknya penuh helaian hitam tersebut.
"Ma.. Ini gimana?" Lirih Adel, menghambur memeluk Mamanya.
"Dua tau .. Dia tau semuanya .. Adel takut .."
Adel takut kalau selama ini Melvian tau rahasianya.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/307572732-288-k377312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent (END)
De TodoTentang lelaki pengidap penyakit ataksia yang bertemu dengan perempuan pemilik trauma masa lalu. *** Adel benci di sentuh laki-laki. Adel tidak suka menjadi lemah. Adel lelah tidak menjadi diri sendiri, selalu ke psikiater. Dia benci punya penyakit...