7. Dokter Suho

86 20 3
                                    

"Jadi, selama lima hari ini kamu sama sekali belum tidur?"

Dengan mata terpejam, Jiho menyahut, "Iya, Dokter." Setelahnya, Jiho membuka mata. Berniat untuk duduk. Akan tetapi lelaki ber-snelli itu dengan sigap mencegah niat Jiho. Terpaksa, Jiho mempertahankan posisinya yang saat ini sedang berbaring di ranjang pasien. "Dokter Suho, apa saya benar-benar harus tidur di sini? Bagaimana dengan pasien Dokter yang lain? Saya baik-baik saja, serius."

Jiho memiringkan kepala, melihat ke arah Dokter Suho yang baru saja mencegatnya untuk bangun.

Mamanya bilang, Jiho telah menjadi pasien Dokter Suho semenjak usia 12 tahun. Sejujurnya, Jiho tidak terlalu ingat, tapi dari apa yang Jiho ketahui dan dengar, Jiho mendapat trauma yang cukup berat setelah mengalami kecelakaan. Yang mana kecelakaan tersebut, membuat papa dan adiknya kehilangan nyawa. Satu-satunya yang berhasil terselamatkan hanyalah dirinya yang saat itu juga terlibat dalam kecelakaan maut tersebut.

Ya, Jiho hanya mengetahui garis besarnya saja. Untuk lebih detailnya, Jiho tidak ingat. Namun sesekali, bayang-bayang akan kejadian pelik tersebut sering melintas dalam ingatannya.

Berdasarkan apa yang diketahui Jiho, alasan mengapa ia merasa takut akan suasana malam adalah karena kejadian tersebut terjadi saat malam hari.

"Kalau bukan di sini, kamu mau tidur di mana lagi? Lagian, kamu itu pasien terakhir Dokter. Jadi ga usah banyak alasan," omel Suho, Dokter Psikiater yang telah menganggap Jiho seperti anggota keluarganya sendiri. Suho telah merawat Jiho semenjak usia Jiho masih begitu belia. Awalnya, Jiho secara rutin datang ke Rumah Sakit demi menjalani pengobatan. Keadaan Jiho sempat membaik. Semasa Jiho menjadi aktris, Jiho nyaris tidak pernah menginjakkan kaki ke Rumah Sakit. Suho menduga, mungkin karena Jiho terus disibukkan dengan jadwalnya yang padat. Atau bisa saja keadaan Jiho sudah jauh lebih baik. Jika memang begitu, Suho amat bersyukur.

"Dokter, apa saya bisa sembuh?"

Pertanyaan yang baru saja diajukan oleh Jiho membuat pergerakan Suho terhenti. Ia tiba-tiba teringat kembali akan kejadian tiga tahun lalu, yang mana Jiho kehilangan mamanya disaat tak ada seorang pun yang terjaga. Malam itu, tanpa sepengetahuan siapapun, mamanya Jiho meninggal akibat serangan jantung sewaktu terlelap. Dan orang yang pertama kali melihatnya adalah Jiho sendiri, yang mendadak terbangun tengah malam sebab derasnya hujan turun dan berniat untuk tidur di sebelah sang Mama.

Suho masih ingat dengan jelas setiap hal yang dijelaskan oleh Jiho mengenai keadaan mamanya malam itu.

Tubuh yang kaku dan terasa begitu dingin ... seolah melekat dalam ingatan Jiho. Yang mana hingga saat ini, Jiho masih terkekang oleh ingatan-ingatan tersebut.

"Tolong jangan alihkan pembicaraan. Kali ini saya serius bertanya," ujar Jiho.

"Bisa. Dokter yakin kamu bisa sembuh," sahut Suho. "Selain soal gangguan tidur, ada yang mau kamu ceritain? Apapun itu ... bakalan Dokter dengerin."

Jiho kembali memejamkan mata. Menulusuri segala hal yang tertanam dalam ingatannya semenjak satu bulan yang lalu. Namun yang dapat diingat dengan jelas oleh Jiho hanyalah saat-saat kebersamaannya dengan Jaehyun.

Awal-awal Jaehyun tinggal bersamanya, Jiho sempat tertidur nyenyak beberapa kali. Termasuk diwaktu malam pun, Jiho sempat tertidur meski hanya sebentar. Sayangnya, beberapa hari setelah itu Jiho kembali seperti semula. Bahkan gangguan tidurnya itu jadi tambah parah. Kalau bukan karena gangguan tidur yang amat menyiksa itu, Jiho sudah pasti tidak akan datang ke Rumah Sakit untuk bertemu dengan Dokter Suho.

"Dokter, apa saya harus datang ke Rumah Sakit untuk bertemu Dokter? Apa saya tidak bisa menemui Dokter di tempat lain? Saya tidak yakin bahwa selanjutnya saya masih mampu datang ke tempat seperti ini."

HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang