53. Selesai

45 11 14
                                    

Jaehyun melonggarkan pelukannya saat menyadari adanya pergerakan dari Jiho. "Kenapa bangun?" Ia bertanya dengan suara yang terdengar cukup parau.

Sementara itu, Jiho mengerang pelan. Entah mengapa, kepalanya bagai dihantam ke tembok. Sekujur tubuhnya pun seakan dilempari batu. Selain itu, Jiho merasa begitu sulit menggerakkan tubuhnya.

Jaehyun mengerjap beberapa kali. Melihat Jiho yang kelihatan belum memahami situasi yang dialami, Jaehyun pun berujar, "Kayaknya kamu udah sadar, ya."

Jiho beralih menatap Jaehyun. Sewaktu terjaga tadi, Jiho memang tahu bahwa Jaehyun tidur sembari memeluknya. Akan tetapi, itu merupakan hal yang biasa bagi mereka.

"Sini aku bantuin." Jaehyun bangun dari tidurnya lalu menarik bagian ujung selimut yang telah diselipkan ke celah-celah selimut. Jika bukan orang lain yang membantu, memang sulit untuk melepaskan diri.

Jiho sendiri tidak mengerti mengapa ia terbangun dengan kondisi yang memprihatinkan begitu. Akan tetapi kala Jaehyun melepas balutan selimut tersebut, Jiho tidak mengatakan apapun. Hingga pada akhirnya, usai Jiho terbebas dari balutan selimut, Jaehyun malah menarik Jiho dan mendudukkan Jiho ke pangkuannya.

Lagi, Jiho tidak mengatakan apapun. Perempuan itu malah menyandarkan kepalanya ke pundak Jaehyun.

"Kayaknya kamu ga inget kejadian siang tadi, ya," celetuk Jaehyun sembari mengusap rambut Jiho.

Kepala Jiho yang masih terasa nyeri membuatnya merasa enggan untuk berpikir terlalu keras.

Jiho beralih melingkarkan tangannya ke leher Jaehyun, lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jaehyun. "Jaehyun, leher Anda—" Jiho memelotot kala melihat adanya bercak merah di leher Jaehyun. Dan disaat itu pula, ia menyadari bahwa Jaehyun tidak mengenakan kemeja. Pantas saja Jaehyun terasa begitu hangat.

Jiho berniat untuk menjauh. Namun Jaehyun malah menahan Jiho dan membuat Jiho kembali jatuh ke pelukannya.

"Anda mengapa tidak mengenakan pakaian apapun?!" Jiho memekik seraya memelototi Jaehyun.

"Pertanyaannya ambigu banget. Aku cuma ga pake baju," ujar Jaehyun. "Ini kamu sendiri yang minta tadi." Jaehyun tersenyum puas melihat Jiho yang kelihatan begitu panik dan terus-menerus mengalihkan pandangan. "Yoobin kasih obat perangsang sekaligus alkohol ke kamu. Maaf, ya, Jiho. Gara-gara aku—"

"Kalau begitu, ini ...," Jiho menginterupsi sembari menyentuh bercak merah yang ada di leher Jaehyun.

Jaehyun mengangguk. "Iya. Itu kamu yang buat.

Jiho langsung menunduk. Bagaimana bisa Jiho berbuat seperti itu pada Jaehyun?

Seraya merutuki kekhilafannya, Jiho terus mencoba mengingat apa saja yang terjadi setelah Yoobin mengajaknya keluar dari Restoran tanpa sepengetahuan Jaehyun. Sebenarnya, Jiho berniat untuk mengabari Jaehyun terlebih dahulu. Akan tetapi, Yoobin melarang Jiho dengan alasan, bahwa mereka hanya keluar sebentar dan tidak akan pergi jauh dari Restoran. Dan benar saja, Yoobin hanya mengajak Jiho ke tempat parkiran.

Setelah itu, Yoobin memberikan roti dan juga minuman kaleng untuk Jiho.

"Kenapa nunduk begitu?" Jaehyun mengangkat dagu Jiho sambil tersenyum. "Cantiknya jadi ga keliatan."

Seketika, pipi Jiho tampak merona. Selain karena pujian yang terlalu tiba-tiba didengar, melihat begitu banyaknya bercak merah di tubuh Jaehyun membuat Jiho benar-benar ingin melarikan diri sekarang juga.

"A-apa saya menyakiti Anda?" Jiho bertanya dengan penuh keraguan. Bahkan, Jiho masih saja tidak menatap Jaehyun.

"Menurut kamu?"

HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang