24. Jiho yang Malang

47 13 3
                                    

Hanya karena Jiho hidup bergelimang harta, orang-orang selalu beranggapan bahwa Jiho memiliki kehidupan yang baik, serta bahagia. Selama ini pula, Jiho terus hidup dengan menggunakan opini yang sama. Jiho menganggap bahwa selama ini ia memang memiliki kehidupan yang baik. Jiho dapat membeli apapun yang diinginkan dengan harta yang ia punya. Namun di antara semua hal yang diinginkan, meski menyerahkan semua harta miliknya, Jiho tidak akan bisa membeli orang tua. Jiho juga tidak dapat membeli kebahagiaan dengan harta yang dimiliki.

Semenjak kehilangan papa dan adiknya, Jiho mengalami trauma yang amat parah. Bahkan semenjak itu, Jiho kerap kali melihat Mama yang diam-diam menangis di balik pintu kamar. Karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, selama itu pula Jiho selalu diam-diam mendengarkan suara tangis yang membuat dadanya terasa sesak. Jiho yakin, bahwa rasa kehilangannya tidak akan pernah sebanding dengan rasa kehilangan yang dirasakan oleh Mama. Sebab itulah, Jiho hanya menunjukkan senyumannya pada Mama. Sekalipun—bahkan disaat Jiho merasa ingin mengakhiri hidupnya pun, Jiho tidak pernah memberitahukan hal tersebut pada Mama.

Setelah mengingat kejadian malam itu secara samar-samar, dan setelah mengetahui bahwa saat ini ada nyawa lain yang harus dijaga, Jiho benar-benar merasa takut. Alih-alih memberitahukan rasa takut tersebut pada Jaehyun, ataupun pada Suho, Jiho lebih memilih untuk menyembunyikannya. Dengan begitu, keberadaannya tidak akan terlalu merepotkan. Dan daripada mencoba mencari tahu pelaku atas apa yang telah dialami, Jiho terus mencoba untuk melupakan semua itu. Dengan menganggap, bahwa janin itu miliknya seorang.

"Maaf, karena aku ngelakuin ini tanpa kasih tau ke kamu dulu," ucap Jaehyun. Melihat Jiho yang kelihatan enggan menatapnya, itu benar-benar membuat Jaehyun ingin menghajar benda apapun yang ada di sana. Sejujurnya, respons yang seperti ini sudah diduga akan terjadi. Namun hanya karena sudah menduga, tidak berarti Jaehyun berharap bahwa ini benar-benar akan terjadi.

Siang tadi, sewaktu Jaehyun bertemu dengan Suho, Suho telah mewanti-wanti bahwa berhadapan dengan Jiho itu bukan hal yang bisa dilakukan oleh siapa saja. Dan butuh kesabaran ekstra untuk berhadapan dengan Jiho. Bukan karena Jiho orang yang keras kepala, hanya saja, trauma yang diterima Jiho hingga saat ini sudah terlalu menumpuk. Jiho telah mengalami segala kesulitan itu semenjak kehilangan papa dan adiknya di depan matanya sendiri. Dan semenjak itu pula, Jiho telah hidup dalam bayang-bayang gelap yang diciptakan oleh Jiho sendiri.

Ada kalanya, Jaehyun merasa sedikit kesulitan sewaktu berhadapan dengan Jiho. Jaehyun tidak mengerti akan pola pikir Jiho yang selalu mengucapkan kata maaf. Jaehyun tidak mengerti mengapa Jiho selalu memendam segala perasaan yang dirasakan. Dan Jaehyun juga tidak mengerti mengapa Jiho lebih memilih diam kala dirinya dikhianati seperti sekarang ini. Jaehyun lebih suka jika Jiho marah, memaki, atau bahkan memukulnya. Dengan begitu, semua energi buruk yang dipendam tidak akan menggerogoti  jiwa Jiho.

"Jiho, mau keluar ga?"

Perlahan, Jiho menoleh menatap Jaehyun. Kemudian ia melirik ke arah jam dinding. Sudah pukul sebelas malam. Dan Jaehyun malah mengajaknya keluar selarut itu.

"Jaehyun ...."

"Ya?" Jaehyun tersenyum usai memakaikan jaket tebal miliknya pada Jiho. Tanpa persetujuan dari Jiho, Jaehyun langsung menarik Jiho.

"Saya tidak ingin keluar," ucap Jiho. Pegangan Jaehyun kembali dilepas, lalu Jiho beranjak duduk di tempat tidur. Pandangan Jiho sibuk melihat ke arah jendela kamar yang tidak tertutupi gorden.

Jaehyun menghela napasnya. Melihat Jiho yang seperti itu membuat ulu hatinya terasa bagai ditusuk belati. Ia melangkah menghampiri Jiho, lalu direngkuhnya tubuh Jiho. "Aku ga bakalan paksa kalau kamu ga mau. Sama kayak soal itu, kalau kamu keberatan, aku juga ga bakalan lanjut buat cari tau," ujar Jaehyun. Lalu, ia melepas rengkuhannya dan merunduk di hadapan Jiho. "Mulai sekarang, kamu boleh ngelakuin apapun yang kamu mau. Kamu boleh benci apapun hal yang menggangu kamu. Bagiku, pendapat kamu yang paling penting.  Jadi—"

HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang