40. Penyelesaian Antara Jaehyun dan Jiho

63 12 6
                                    

"Pegangan yang kuat, kalau kamu jatuh, nyawaku bisa habis di tangan Om Yejun," Jaehyun meraih tangan Jiho lalu menempatkan ke pinggangnya.

"Saya bisa naik sepeda sendiri. Anda tidak perlu membonceng saya," ujar Jiho seraya menjauhkan tangannya dari pinggang Jaehyun. "Anda tidak percaya?"

Jaehyun menoleh ke belakang. Menatap Jiho dengan tatapan serius. "Aku percaya. Karena itu, kamu harus pegangan yang benar. Kamu masih sakit, jadi biar aku bonceng aja."

"Jadi saat saya belajar tadi, saya tidak sakit?" Jiho mendengus. "Kayuh saja sepedanya. Setelah ini—JAEHYUN!"

Karena Jaehyun tiba-tiba mengayuh sepeda dengan laju yang lumayan cepat, Jiho nyaris terjatuh. Hal itu membuat Jiho secara refleks melingkarkan tangannya ke perut Jaehyun. Jiho berdecih pelan. Bukankah seharusnya Jaehyun mengayuh sepeda dengan pelan-pelan terlebih dahulu? Kenapa Jaehyun harus mengerahkan seluruh tenaganya dari awal? Membuat Jiho kewalahan saja.

"Makanya, 'kan aku udah bilang ... pegangan yang kuat."

Jiho tidak menyahut. Seiring dengan melambatnya sepeda yang dikayuh, Jiho pun beralih memegangi bagian bawah jaket denim yang dikenakan Jaehyun.

"Aku ada minta bantuan Bibi buat beresin rumah kamu. Beberapa pelayan yang ada di rumah juga ikut bantuin Bibi. Jadi mungkin pas aku anterin kamu nanti, kamu mungkin bakalan ketemu Bibi. Ya, andai kerjaan di rumah kamu belum beres," ujar Jaehyun. "Dari kecil, aku sama Kak Yerin udah diasuh sama Bibi. Sejauh yang aku tau, Bibi orangnya baik. Tapi kalau ada sikap Bibi yang menyinggung kamu nantinya, langsung kasih tau aku, ya."

Sembari terus menikmati pemandangan yang ada di sekitar, dan menghirup oksigen yang terasa lumayan segar, Jiho tetap mendengar apa yang dikatakan Jaehyun. Well, meski Jiho tidak memberi respons dalam bentuk apapun. Entah mengapa jika Jaehyun yang mengatakannya, Jiho merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan tidak ada hal yang perlu dicemaskan oleh Jiho. Bahkan jika sosok Bibi yang diceritakan Jaehyun tidak seperti apa yang Jaehyun katakan, Jiho merasa bahwa Jaehyun akan mengurus hal itu dengan baik nantinya.

Akan tetapi, disaat Jiho tengah tenggelam dalam pemandangan yang seakan menyapu rasa cemasnya, sekelebat ingatan mulai menyerang pikiran Jiho. Bayangan seorang anak perempuan yang mengayuh sepeda, serta pria yang memegangi sepeda yang dikayuh oleh anak perempuan itu, entah mengapa terasa cukup familier.

"Kitty ...."

"Jae—" Jiho memeluk erat Jaehyun kala rasa sakit mulai menyerang kepala Jiho.

Hal itu membuat Jaehyun menghentikan kayuhannya secara mendadak. Jiho yang terus bersikap dingin pada Jaehyun tiba-tiba saja memeluknya dengan begitu erat. Sudah pasti itu bukan pertanda yang baik. Namun karena menghentikannya secara mendadak, kepala Jiho malah membentur punggung Jaehyun.

Jaehyun menoleh ke belakang. Jaehyun hendak berdiri, akan tetapi pelukan Jiho terlalu erat.

Sewaktu Jaehyun berniat menenangkan Jiho, atensinya malah tiba-tiba teralihkan dengan suara tabrakan yang cukup kuat. Jaehyun melihat ke arah sumber suara. Jaraknya tidak begitu dekat, namun Jaehyun dapat melihat dengan jelas seseorang yang terkapar di jalanan akibat tabrakan dari sepeda motor.

Usai menyadari situasi yang saat ini terjadi, Jaehyun langsung melepas pelukan Jiho lalu berdiri. Setelah memarkirkan sepeda tersebut ke tepi jalan, Jaehyun berniat membawa Jiho pergi dari sana.

"Jiho?"

Sekujur tubuh Jiho terasa kaku. Bahkan untuk bergerak pun, Jiho merasa begitu sulit. Lebih dari apapun, Jiho tidak ingin melihat darah yang terus mengalir mengotori jalanan. Namun penglihatan Jiho seolah dipaksa untuk melihat darah pekat itu.

HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang