"Saya masih tidak paham kenapa Anda tidak menyukai film ini. Padahal ini salah satu film yang rating-nya tinggi."
"Ga adil," ceplos Jaehyun.
Well, Jaehyun memang setuju bahwa Jiho yang akan memilih film yang akan ditonton. Namun Jaehyun sama sekali tidak menyangka bahwa Jiho akan memilih The Killer Daughter sebagai film yang akan mereka tonton.
"Bukannya Anda tidak suka film bergenre romansa? Dan film ini jauh dari genre romansa. Dari awal hingga akhir, yang ada cuma pertarungan dan pengkhianatan."
Soal itu, Jaehyun tahu. Dan Jaehyun juga sangat hafal alur film yang saat ini mereka tonton. Itu bercerita tentang Jiho yang berperan sebagai Rumy, seorang putri Kaisar yang diusir dari istana. Awalnya Rumy mengira bahwa hidupnya akan baik-baik saja meski dianggap sebagai pengkhianat. Namun tak disangka, satu-satunya orang yang Rumy percayai, kekasihnya merupakan orang suruhan Kaisar. Rumy benar-benar merasa terkhianati. Oleh sebab itu, Rumy memutuskan untuk bekerja sama dengan musuh Kaisar.
"Anda tidak serius menonton filmnya. Apa Anda memang setidak suka itu?"
"Enggak. Sebenarnya aku suka, kok," jawab Jaehyun.
Jiho menatap skeptis pada Jaehyun. "Kenapa ekspresi Anda sedingin itu kalau memang suka?"
Jaehyun menghela napas. Tepat setelah Jiho bertanya, adegan yang amat tidak ingin dilihat Jaehyun malah terputar di layar.
Jaehyun ingat, sewaktu film tersebut baru dirilis, Jaehyun tengah sibuk mengurus skripsi. Jaehyun berniat memulihkan diri sebentar dengan menonton film itu. Namun suasana hati Jaehyun malah berakhir buruk usai menonton film tersebut. Bukannya pulih, Jaehyun malah tambah sakit. Sakit hati, misalnya.
Jiho berdeham beberapa kali. Adegan ciumannya dengan lawan main yang awalnya merupakan kekasih Rumy, baru saja terlihat di layar televisi. Sejujurnya, Jiho merasa sedikit heran dengan kegugupan yang saat ini melandanya. Padahal sewaktu syuting adegan tersebut, Jiho sama sekali tidak merasa gugup.
"Kamu syuting adegan tadi, pas umur berapa?" Harus Jaehyun akui, itu merupakan pertanyaan paling konyol yang ditanyai.
"Adegan tadi?"
Apa-apaan tatapan naif Jiho itu? Jaehyun benar-benar tidak suka.
"Adegan ciuman tadi."
Lebih dari apapun, Jiho ingin bersikap profesional. Terlebih, Jiho pernah menjadi seorang aktris. Jadi adegan-adegan seperti itu, bukan hal yang memalukan dan membuat Jiho gugup. Tapi realitanya, itu memang hal yang membuat Jiho malu sekaligus merasa gugup.
"Umur saya 22 tahun. Ah, apa 21 tahun, ya? Saya tidak terlalu ingat. Karena syutingnya lebih awal."
"Padahal masih semuda itu, tapi udah berani akting—"
Jaehyun mendadak menghentikan ucapannya, usai menyadari bahwa kalimat yang baru saja dilontarkan itu sangat tidak pantas. Dan lebih tidak pantas lagi untuk didengar Jiho.
Jaehyun berdeham. "Padahal masih semuda itu, tapi akting kamu bagus banget, ya. Menghayati banget. Rasanya, aku jadi pengen tampar bolak-balik Kaisar sama laki-laki yang khianatin Rumy."
Melihat ekspresi Jaehyun, Jiho bingung harus merespons seperti apa. Sudah jelas bahwa Jaehyun memberi ulasan dengan tidak ikhlas begitu.
"Aku juga mencintaimu, Rumy."
Jaehyun tahu. Setelah mengucapkan kalimat itu, akan ada adegan ciuman lagi. Dibandingkan sebelumnya, ciuman yang akan terlihat akan jauh lebih intens.
"Kayaknya aku ga bisa nonton ini, deh," celetuk Jaehyun. "Apalagi nontonnya harus sama kamu." Jaehyun membatin.
Jaehyun berdiri dari duduknya. Lelaki itu berdiri memunggungi layar televisi. Menghalau penglihatan Jiho, lalu mengambil remote televisi dan mematikan layar televisi.
Rupanya, menonton bukan solusi agar Jiho bisa tidur.
"Aku anterin ke kamar, ya," ujar Jaehyun seraya menggendong Jiho. Jaehyun mengambil langkah lebar agar bisa cepat-cepat sampai. Setelah membuat Jiho tertidur, Jaehyun ingin melampiaskan emosinya yang menumpuk di kepala.
Setelah adegan ciuman yang intens itu, alur ke depannya, Jiho yang berperan sebagai Rumy akan melakukan kontak fisik beberapa kali dengan musuh Kaisar yang merupakan rekan Rumy untuk membalas dendam. Well, film itu memang minim adegan romantis. Tapi tiap kali ada timing yang pas, adegan yang tayang malah akan melebihi dari adegan yang ada di film romansa. Terlebih lagi dibagian akhir film itu, akan ada adegan dimana Rumy akan tidur dengan—
"Anda kelihatan marah," celetuk Jiho usai Jaehyun membaringkannya di tempat tidur. Tanpa membiarkan Jaehyun menjauh darinya, Jiho mengecup bibir Jaehyun. "Itu ... barusan saya meminta maaf."
"Bukan begitu caranya."
"Y-ya?"
Jaehyun menghela napas lalu menjatuhkan diri di atas tubuh Jiho.
"Jaehyun ...," Berada dalam posisi seperti itu, Jiho benar-benar tidak nyaman. Terlebih lagi, jantungnya seakan berdegup dua kali lebih cepat. Hal itu membuat Jiho teringat akan percakapannya dengan Suho tempo lalu. Apa mungkin Jiho mengidap penyakit jantung?
"Jangan panggil namaku dulu. Aku masih mau marah lebih lama lagi," bisik Jaehyun. Jaehyun mendaratkan kecupan di dahi Jiho sekilas lalu kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jiho.
Jiho merasakan perasaan aneh sewaktu deru napas Jaehyun terasa dengan begitu jelas di lehernya. Setiap aktivitas yang dilakukan Jaehyun juga membuat Jiho tidak dapat berpikir dengan jernih.
"Geli, Jae ...,"
Mendengar suara Jiho yang terdengar lirih, Jaehyun berhenti mengecup leher Jiho. Kemudian, Jaehyun memberi jarak antara tubuhnya dengan tubuh Jiho.
Tatapan Jiho yang menatap Jaehyun dengan tatapan linglung, serta deru napas Jiho yang dapat dirasakan oleh Jaehyun, membuat Jaehyun benar-benar sulit untuk mengendalikan diri.
Jaehyun kini beralih mengusap pipi Jiho yang terasa hangat, lalu mengusap bibir Jiho yang hanya dipolesi lip balm. Setelah itu, Jaehyun menyentuh leher Jiho dengan buku-buku jarinya.
"Apa aku boleh lanjutin?" Sepersekian detik usai mengajukan pertanyaan itu, Jaehyun spontan berdecak. "Rupanya, aku lebih sampah dari apa yang aku pikirin." Jaehyun kembali menjatuhkan diri ke atas tubuh Jiho. Wajahnya pun ia sembunyikan di ceruk leher Jiho. "Tadi di depan Ayah sama Ibu, kita pura-pura jadi pasangan suami-istri. Ya, walaupun setelah tau kalau Juno itu adiknya kamu, kita langsung ngaku kalau itu cuma sebatas pura-pura."
Lebih dari apapun, Jaehyun benar-benar tidak menyangka bahwa perasaannya akan sekalut ini hanya karena menonton The Killer Daughter.
"Saya—"
"Aku pengen jadi suami kamu, Jiho."
Untuk beberapa saat, keadaan menjadi begitu hening. Alih-alih melihat ke arah Jaehyun yang ada di atasnya, Jiho hanya melihat ke arah lampu kamar yang menyala. Aroma tubuh Jaehyun, serta deru napas yang terus dihembuskan Jaehyun, sepertinya Jiho tidak akan bisa melupakan dua kombinasi yang berhasil menerobos pintu akal sehatnya. Ditambah lagi, kalimat yang baru saja didengar dari Jaehyun ... apa itu benar-benar kenyataan?
Setelah mengucapkan kalimat konyol untuk yang kesekian kalinya, Jaehyun memutuskan untuk bangun dan menjauh dari Jiho. Terlalu lama ada di samping Jiho juga bukan hal yang baik bagi Jaehyun.
"Kamu harus tidur. Biar aku ga tambah gila."
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)
FanficSetelah kejadian yang dialami Jiho tiga tahun lalu, Jiho memiliki tekad kuat untuk meninggalkan dunia yang kian terasa memuakkan. Akan tetapi tekad Jiho perlahan goyah tiap kali Jiho dihadapkan dengan berbagai hal yang membuat Jiho mau tak mau haru...