41. Kim Juno

45 12 8
                                    

"Saya pikir, semua ini terjadi karena keberadaan saya. Papa, Mama, adik, dan juga anak saya ... saya kehilangan mereka karena saya menyayangi mereka. Itu sebabnya, saya berusaha untuk menjauh. Saya tahu, saya keterlaluan dan bersikap kekanakan. Padahal kalian sepeduli ini pada saya, padahal kalian selalu menjadikan saya sebagai prioritas. Saya egois. Saya ... orang yang buruk, 'kan?"

Jaehyun tersenyum menenangkan pada Jiho. Ia menggeleng lalu mendekap tubuh Jiho. "Kamu baik, kamu orang paling baik di antara semua orang yang pernah aku temuin."

Meski tahu bahwa Jaehyun memberitahukan hal itu dengan tulus, Jiho tetap merasa sulit untuk memercayai kalimat tersebut. Apa Jiho memang orang baik? Apa Jiho dapat mencoba bertahan lebih lama lagi dengan memercayai kalimat itu?

"Karena kecerobohan saya, saya mengalami keguguran. Anak yang seharusnya lahir dan tumbuh dengan baik, malah ...," Jiho terdiam. Entah karena apa, Jiho tiba-tiba merasa kesulitan untuk bernapas. Alhasil, dalam dekapan Jaehyun, Jiho berusaha keras untuk mengatur napasnya.

"Trust me, itu bukan salah kamu, Jiho."

Jiho menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembusnya secara perlahan. "Meski saya merasa sedih, di satu sisi, saya merasa lega. Saya merasa lega karena bukti bahwa saya pernah dilecehkan telah menghilang. Saya juga merasa lega karena anak itu tidak bertemu dengan orang tua yang lemah seperti saya. Saya ... saya ingin pergi. Saya ingin menghilang. Saya tidak ingin lagi bertahan."

Tiap kalimat yang didengar oleh Jaehyun, bagaikan belati yang terus menusuk jantung Jaehyun secara terus-menerus. Selain itu, menyadari bahwa Jiho yang sama sekali tidak menitikkan air mata membuat Jaehyun kian merasa gundah.

"Saya memiliki pemikiran yang sejahat itu ... saya rasa, saya bukan orang yang baik."

Jaehyun melonggarkan dekapannya lalu menatap dalam Jiho. Sorot kesedihan yang dilihat Jaehyun membuat hatinya tambah nyeri. "Jangan pergi. Jangan menghilang. Dan biar aku yang bertahan untuk kamu," ucap Jaehyun. "Kamu harus tau, selama aku bersikap dingin ke kamu ... setiap harinya aku merasa hampir gila. Satu detik pun, aku ga bisa kalau ga senyum pas liat kamu. Pas kamu marah, aku pengen tenangin kamu. Pas kamu sedih, aku pengen ngehibur kamu. Tapi karena kamu bilang benci, aku frustrasi. Aku marah ke diri aku sendiri karena udah buat kamu benci. Selama ini, aku ga tau harus ngapain. Tapi karena aku sadar, kalau kamu cuma merespons pas aku kayak gini, aku jadi keterusan. Aku beneran keterlaluan banget. Maaf," lanjutnya. Ia kemudian beralih memainkan rambut Jiho yang tergerai. "Tadi, aku ngejauhin kamu ... itu karena ...," Jaehyun menarik dagu Jiho ke arahnya. Lalu mendaratkan ciuman ke bibir Jiho. "Karena ini."

Perlahan, Jiho mundur. Hingga Jiho berhasil melepas diri dari dekapan Jaehyun.

Sama seperti Jaehyun, Jiho juga menatap dalam pada Jaehyun. Sorot kebohongan sama sekali tidak dapat dilihat Jiho.

"Dari dulu sampe sekarang, aku selalu cinta kamu, Jiho."

Apa kalimat yang Jiho dengar sewaktu koma memang benar-benar diucapkan oleh Jaehyun? Andai memang benar, itu berarti ....

"Maaf."

"Tidak," ucap Jiho. "Jangan meminta maaf." Jiho meraih tangan Jaehyun. Menggenggam Jaehyun dengan erat. Tanpa sadar, setetes air mata jatuh membasahi pipi Jiho. Kendati demikian, Jiho tetap tersenyum. Jiho memamerkan senyuman cerahnya pada Jaehyun. Bahkan hingga saat ini, Jiho masih tidak paham mengapa Jaehyun selalu berhasil menggoyahkan tekad yang telah dibangun Jiho dengan susah payah. "Saya tidak membenci Anda."

"Tapi hari itu ...."

"Anggap saja saya hanya membenci Anda diwaktu itu," ujar Jiho. Kala Jaehyun mengusap pipinya, Jiho memejamkan mata. Usapan Jaehyun benar-benar membuat Jiho merasa nyaman. Di hadapan Jaehyun, Jiho selalu ingin bersikap kekanakan. Jiho selalu ingin diperlakukan layaknya seorang tuan putri. Dan Jiho selalu ingin dimanjakan oleh Jaehyun.

HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang