46. Karena Hujan

39 11 7
                                    

"Puding yang saya minta pada Tante Aeri terbuang sia-sia karena kejadian tadi."

Sembari menyetir, Jaehyun melirik sebentar ke arah Jiho lalu tertawa. Bahkan setelah apa yang terjadi pada Jiho, yang dipikirkan Jiho tetap saja bukan diri Jiho sendiri.

"Kalau kamu mau, aku bisa buatin malam ini juga," ujar Jaehyun.

"Tidak. Bukan untuk saya. Saya berniat ingin memberikan puding itu kepada Anda dan Juno." Jiho mendesah pelan. Kemudian, Jiho menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. Akan tetapi baru sebentar, Jiho kembali duduk tegap. Tubuh Jiho seakan tersentak.

Menyadari hal itu, Jaehyun pun menepikan mobilnya ke bagian tepi jalan.

"Kenapa berhenti?"

"Gapapa." Jaehyun menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi lalu menggenggam tangan Jiho.

"Ini masih di jalan. Apa tidak masalah jika kita berhenti seperti ini?"

"Satu menit. Cukup satu menit. Jadi ga bakalan kenapa-napa. Lagian jalannya juga sepi."

Jiho tak lagi menyahut. Ia hanya memperhatikan Jaehyun yang tengah terpejam.

Sebenarnya, Jiho merasa cukup takut sekarang. Suasana malam hari, hujan yang membasahi Bumi, serta berada di dalam mobil ... benar-benar membuat Jiho merasa begitu sesak. Terlebih lagi sedari tadi, Jiho terus terbayang akan kecelakaan mobil yang pernah dialami. Meski Jiho terus mencoba menghalau perasaan takut itu dengan terus membicarakan hal-hal random dengan Jaehyun, pada akhirnya rasa takut itu akan kembali datang pada Jiho.

Akan tetapi melihat Jaehyun yang seakan tidak goyah oleh goncangan apapun, Jiho tampak merasa tenang. Entah mengapa jika bersama Jaehyun, Jiho selalu merasa bahwa Jaehyun adalah seseorang yang dapat diandalkan.

Seperti sekarang ini, tanpa mengatakan apapun, Jaehyun menggenggam tangannya dengan erat. Bahkan dengan nada suara yang begitu tenang, Jaehyun menghilangkan kerisauan Jiho sebab menepi di sembarang tempat.

"Anyway, aku butuh bantuan kamu." Jaehyun tiba-tiba bangun lalu memeriksa bagian belakang jok kursi mobil.

Jiho hanya diam memperhatikan.

"Ini, aku ada rencana bisnis. Masih belum rampung, sih. Aku juga masih belum tanya pendapat Kak Yerin. Jadi sebelum itu, aku mau tanya pendapat kamu dulu."

Jiho menerima berkas yang diberikan Jaehyun untuknya. Sembari membalik halaman pertama, Jiho berujar, "Kak Taeyong bilang, City Group itu perusahaan saingan. Jadi saya harus waspada. Tapi apa tidak masalah jika rencana bisnis Anda—"

"Kak Taeyong bilang begitu?" Jaehyun berdecih. "Padahal City Group sama Star Miracle udah kerja sama." Jaehyun benar-benar merasa dikhianati. Ditambah lagi, selama Jiho koma, Jaehyun amat sering mengobrol juga bercanda dengan Taeyong.

Jiho tertawa pelan. "Itu ucapan Kak Taeyong satu tahun yang lalu. Jadi Anda tidak perlu khawatir—maksud saya, Anda tidak perlu marah."

❄️❄️❄️

Bertepatan dengan tibanya Jaehyun dan Jiho di rumah, hujan yang turun mulai mereda. Kendati demikian, Jaehyun dan Jiho sama-sama pulang dalam kondisi basah. Itu karena mereka sempat berhenti sebentar untuk membeli dessert. Sebenarnya, Jaehyun ingin pergi sendiri. Namun karena sulit bagi Jiho untuk tetap tinggal di dalam mobil sendirian, dengan berat hati Jaehyun mengajak Jiho untuk ikut bersamanya.

"Tadi kamu cuma makan dessert. Mandi dulu, habis itu langsung turun. Kita makan bareng," ucap Jaehyun. "Lain kali kalau lapar, langsung bilang, ya. Jangan ditahan kayak tadi."

HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang