"Apa yang kamu rasakan sekarang?"
"Menurut Dokter?" Jiho menoleh seraya memamerkan senyumnya. "Menurut Dokter ... disaat seperti ini perasaan seperti apa yang normalnya akan dirasakan oleh orang-orang?"
Suho terkekeh. Padahal baru kemarin Jiho memperlakukannya dengan dingin.
"Kalau orang lain, Dokter ga tau. Tapi kalau itu Dokter, mungkin ... Dokter juga ga tau harus jawab gimana."
Senyuman Jiho tampak kian melebar. Ia kemudian berdiri dari duduknya, lalu beranjak menghampiri bunga-bunga yang tumbuh di taman rumah Suho dan Irene.
Jiho telah menceritakan semua hal yang baru dialami. Mulai dari ingatannya yang kembali sewaktu melihat kecelakaan yang terjadi kemarin. Hingga pertemuan Jiho dengan Juno, adik yang selama ini disangka Jiho telah pergi meninggalkannya.
"Saya merasa sangat lega, karena kecelakaan yang kemarin saya lihat ... tidak ada korban jiwa. Hanya korban luka ringan saja," ujar Jiho.
"Kamu sampe cari tau soal itu? Ah, atau mungkin Jaehyun yang kasih tau?"
Jiho menggeleng. "Tidak. Saya mencari tahunya sendiri," jawab Jiho. "'Kan sudah ada ini." Jiho menunjukkan ponselnya pada Suho.
Lebih dari apapun, tiap hal yang dilihat Suho pada Jiho hari ini ... benar-benar sesuatu yang begitu asing. Sosok Jiho yang selama ini dilihat selalu saja menunjukkan ekspresi datar. Meski tersenyum pun, senyuman Jiho jelas tampak palsu.
"Kamu ... ga lagi mikir yang aneh-aneh, 'kan?" Suho beranjak menghampiri Jiho. Lelaki berkacamata itu memetik salah satu bunga lalu menyelipkannya ke telinga Jiho. "Dulu Dokter juga pernah ngelakuin ini. Karena ingatan kamu udah balik lagi, apa kamu ingat?"
Jiho mengangguk. "Saya ingat," jawabnya. "Tapi, Dokter ... apa tidak aneh saya yang tiba-tiba ingat hanya karena melihat darah?"
"Kenapa kamu mikirnya begitu?"
Jiho terdiam sebentar. "Itu karena ... saya merasa aneh."
"Daripada mikir begitu, gimana kalau kamu anggap itu sebagai suatu keajaiban? Bukannya lebih menarik?" Suho tersenyum. "Dokter jadi pengen ketemu adik kamu, deh. Kira-kira, Juno bisa Dokter jailin ga, ya?"
"Jangan jail sama Juno!" Mengingat bagaimana karakter Suho, Jiho jadi merasa enggan memperkenalkan adiknya pada Suho.
"Wah ... rupanya Kitty ini kakak yang protektif, ya," Suho sedikit merunduk sembari mengacak rambut Jiho.
Jiho bergegas mundur. Selain Jaehyun, Suho merupakan salah satu orang yang membuat Jiho kerap merasa kesal.
"Soal kecelakaan itu, biar lebih lengkapnya lagi ... nanti kamu tanya sama Pak Yejun aja," ucap Suho. "Selain itu, ada yang mau Dokter kasih ke kamu."
Jiho menautkan alis menatap Suho.
"Dulu waktu awal-awal kamu datang sebagai pasien Dokter, mama kamu minta tolong supaya direkam. Maksud Dokter, konsulnya," ungkap Suho. "Dokter berhenti merekam pas umur kamu 15 tahun. Itu pas kondisi kamu udah lumayan. Karena sebelumnya, kondisi kamu cukup parah." Suho mengambil kembali bunga anggrek yang terselip di telinga Jiho. "Dokter ga ada niat jahat, dan Dokter rasa ... sekarang waktu yang tepat buat lihat hasil rekaman itu."
"Apa Dokter tahu kenapa Mama sampai meminta hal yang seperti itu?"
"Kamu bakalan temuin jawabannya di video itu," jawab Suho. "Semua kasetnya, bakalan Dokter bawa langsung ke rumah kamu. Em, mau ke rumah Pak Yejun kapan? Dokter anterin, ya? Sekalian Dokter juga mau jemput istri Dokter."
Jiho mengangguk menyetujui. "Tapi sebelum itu, apa saya boleh memetik bunga yang ada di taman ini?" tanya Jiho. "Tante Aeri suka bunga. Jadi saya ingin mencoba membuat karangan bunga sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)
FanficSetelah kejadian yang dialami Jiho tiga tahun lalu, Jiho memiliki tekad kuat untuk meninggalkan dunia yang kian terasa memuakkan. Akan tetapi tekad Jiho perlahan goyah tiap kali Jiho dihadapkan dengan berbagai hal yang membuat Jiho mau tak mau haru...