26. Manusia S*****

46 13 6
                                    

"Hebat juga ya kamu, bisa ngebuat Kitty kesayangan saya tidur."

Jaehyun ingin merespons dengan senyuman. Namun mendengar Suho yang memanggil Jiho dengan julukan sok akrab begitu, Jaehyun langsung membuang muka, lalu menarik kursi dan duduk di sebelah Irene.

"Kamu ngapain duduk di sebelah istri saya?"

"Dokter juga ngapain panggil Jiho saya pake Kitty-Kitty segala?" batin Jaehyun. Lelaki itu menoleh, memamerkan senyumnya pada Suho lalu menyahut, "Maaf, Dokter. Kayaknya ini efek kurang tidur." Ya, mau bagaimanapun juga, Jaehyun masih membutuhkan dukungan dari Suho. Setidaknya dengan begitu, Jaehyun akan lebih mudah untuk mendapatkan dukungan dari Om Yejun dan Taeyong.

Melihat bagaimana berantakannya Jaehyun sekarang, Suho tidak ada pilihan lain selain mempercayai alasan yang diberikan Jaehyun. Bagian bawah mata Jaehyun yang tampak menghitam pun kian mendukung alasan yang didengarnya itu.

"Udah berapa lama kamu ga tidur?" tanya Suho.

Jaehyun terdiam sebentar. Semenjak Jaehyun memutuskan untuk tidur di kamar yang sama dengan Jiho, Jaehyun tidak pernah tidur diwaktu malam. Meski mengantuk pun, Jaehyun lebih memilih untuk menyesap kafein, dibandingkan ikut tertidur. Karena itu, Jaehyun mulai tahu bahwa Jiho sering bermimpi buruk. Dan Jiho pun sering tidak ingat dengan apa yang dilakukan kala terbangun diwaktu malam. "Baru beberapa malam. Tapi siangnya saya tidur, Dok." Soal ini, Jaehyun tidak bohong. Selagi Jiho sibuk dengan aktivitas-aktivitas kecilnya di dalam rumah, Jaehyun selalu memilih untuk tidur. Jaehyun juga selalu berpesan pada Jiho untuk tidak keluar rumah tanpa sepengetahuan darinya.

Suho memicingkan mata menatap Jaehyun. Dari cara Jaehyun bernapas saja, sudah sangat mencurigakan bagi Suho.

"Jadi selama ini kamu tinggal sama Jiho," celetuk Irene.

Meski sempat terpikirkan simpulan tersebut, tetap saja Suho tidak ingin mengatakannya. Sebab, Suho sangat tidak ingin bahwa apa yang dipikirkannya itu merupakan kenyataan. Terlebih, begitu sulit menerima kenyataan bahwa Jiho lebih terbuka pada Jaehyun, manusia tengil yang muncul entah dari mana.

"Ah ... itu karena sempat ada kesalahpahaman antara saya sama Jiho, Dok," ujar Jaehyun. Apapun yang terjadi, Jaehyun tidak boleh membiarkan Suho dan Irene tahu bagaimana pertemuannya dengan Jiho setelah lama tak bertemu. "Dulu pas SMA, saya sama Jiho pernah jadi satu tim buat ikut olimpiade," ungkap Jaehyun, lalu Jaehyun menoleh menatap Suho. "Mingyu juga tau soal ini, Dokter. Tapi kayaknya, Jiho ga ingat lagi sama saya. Sama Mingyu juga Jiho ga ingat."

Suho mengangguk beberapa kali. Soal itu, Suho pernah mendengar langsung dari Mingyu yang kala itu masih berstatus koas.

"Jadi kamu baru-baru ini ketemu Jiho lagi secara kebetulan ... semacam takdir, begitu?" Irene bertanya dengan nada suara yang begitu tenang. Namun siapapun tahu bahwa ketenangan Irene saat ini sarat akan ancaman.

Seketika, Jaehyun merasa menyesal karena duduk di sebelah Irene. "Bisa dibilang begitu, Dokter," sahutnya.

Sebenarnya, Suho merasa amat penasaran akan alasan mengapa Jaehyun tiba-tiba meminta untuk menginap di rumahnya. Awalnya Suho ingin menolak—juga memaki Jaehyun karena permintaan konyol itu. Namun begitu tahu bahwa Jiho juga ikut, tanpa berpikir dua kali Suho langsung mengiyakannya.

"Tadi saya lihat ada luka sayatan di leher Jiho. Saya tau itu ulah Jiho sendiri. Tapi, apa pemicunya?" tanya Irene.

Jaehyun mengeluarkan ponsel milik Jiho dari dalam saku jaket yang dikenakan. Usai membuka aplikasi pesan dan ruang obrolan Jiho dengannya, Jaehyun segera menyodorkan ponsel itu pada Suho. Akan tetapi sewaktu Suho hendak mengambilnya, Jaehyun berubah pikiran dan menyerahkannya pada Irene. "Dokter aja yang periksa," kata Jaehyun pada Irene.

HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang