"Oh, jadi kalian pasangan muda. Saya sama istri saya dulu juga begitu, sering jalan-jalan. Sampe saya berasa lebih lama tinggal di jalanan, daripada tinggal di rumah."
Jaehyun tersenyum menanggapi gurauan yang baru saja dilontarkan oleh ayahnya Juno.
Ayahnya Juno berkulit gelap dengan perawakan tubuh yang tidak begitu tinggi. Sementara Ibunya Juno terlihat sedikit kurus, dengan mata yang agak sipit.
"Omong-omong, saya boleh tanya sesuatu?" tanya Jaehyun. Tanpa diketahui yang lainnya, Jaehyun diam-diam menggenggam tangan Jiho.
"Tanya aja, Nak," sahut Ibu.
Jaehyun menelan salivanya lalu berdeham. "Sebenarnya, istri saya punya adik yang dulu pernah kecelakaan. Kebetulan namanya sama kayak Juno. Kim Juno. Saya cuma—saya ...."
"Saya tahu ini tidak masuk akal," timpal Jiho. Diam-diam, Jiho beralih menggenggam Jaehyun dengan erat. Jiho bahkan menyempatkan waktu untuk melirik Jaehyun sebentar. "Tapi, jika berkenan ... apa saya boleh bertanya beberapa hal tentang Juno? Apa saya boleh melihat foto-foto Juno sewaktu kecil?"
Lebih dari apapun, Jaehyun tidak menyangka bahwa Jiho akan mengambil tindakan sendiri. Melihat sosok Jiho yang seperti itu, membuat Jaehyun jadi teringat dengan Jiho yang dulu dikenal Jaehyun.
Sementara Juno, pemuda itu memperhatikan kedua orang tuanya yang tampak mencurigakan, menurutnya. Entah mengapa, Juno merasa bahwa dirinya sedang diperebutkan.
"Juno, kamu masih punya barang yang Ibu suruh simpan waktu itu, 'kan?"
Juno tampak mengerutkan dahi. "Barang? Em, barang mahal itu maksudnya, Bu?"
Ibu mengangguk. "Coba bawa ke sini."
Juno menurut. Pemuda itu bergegas beranjak dari sana.
Tak lama, Ibu juga ikut beranjak meninggalkan ruang makan.
Hingga tersisalah ayahnya Juno, Jaehyun, dan Jiho di sana.
Dalam suasana yang seperti itu, pikiran Jiho mendadak kalut. Rasanya, untuk berpikir dengan jernih merupakan hal yang tidak akan sanggup dilakukan. Bagaimana jika dugaan Jiho salah? Bagaimana jika Jiho menaruh harapan yang terlalu berlebihan?
"Mau minum?" Jaehyun menyodorkan segelas air untuk Jiho. Seperti biasa, Jaehyun memamerkan senyumannya.
"Tunggu sebentar, ya," celetuk ayahnya Juno.
Jaehyun mengangguk. Setelah itu, Jaehyun menggenggamkan gelas berisi air putih tersebut ke genggaman Jiho.
Dan akhirnya, Jiho pun meneguk air tersebut.
Setelah beberapa saat menunggu, Ibu dan Juno kembali.
Ibu mengeluarkan beberapa barang dari dalam kotak hitam yang kelihatan sedikit usang.
Barang pertama yang dikeluarkan Ibu, membuat Jiho menegang. Sekujur tubuh Jiho terasa kaku. Untuk bernapas pun, terasa cukup berat bagi Jiho.
"Sebenarnya, Juno memang bukan anak kami. Hari itu, kebetulan Ibu lagi dirawat di Rumah Sakit. Ibu ingat, malam itu banyak pasien yang dibawa ke Rumah Sakit karena ada kecelakaan beruntun," jelas Ibu. Wanita bermata sipit itu melirik ke arah Juno sebentar. "Juno juga salah satu korban dari kecelakaan itu. Tapi setelah beberapa jam, bahkan beberapa hari, Juno tetap ada di Rumah Sakit. Pihak Rumah Sakit bilang, ga ada keluarga yang datang, dan ga ada keluarga yang bisa dihubungi. Jadi, pihak Rumah Sakit waktu itu mau kirim Juno ke Panti Asuhan. Karena tau begitu, Ibu jadi pengen adopsi Juno. Dan ...,"
"Ibu keseringan nonton sinetron. Makanya begitu," celetuk Juno. Sejujurnya, Juno sendiri sudah cukup sering mendengar cerita itu dari kedua orang tuanya. "Huh ... mana ada anak tiri yang bisa hidup sambil leha-leha? Harusnya kalau Ayah sama Ibu itu bukan orang tua saya, saya mesti disiksa. Dihina dan dicaci maki. Tapi yang saya alami selama ini malah beda banget." Juno berujar dengan begitu santai. Pemuda itu bahkan tersenyum bangga. Well, mungkin Juno bangga karena memiliki orang tua yang seperti Ayah dan Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)
FanfictionSetelah kejadian yang dialami Jiho tiga tahun lalu, Jiho memiliki tekad kuat untuk meninggalkan dunia yang kian terasa memuakkan. Akan tetapi tekad Jiho perlahan goyah tiap kali Jiho dihadapkan dengan berbagai hal yang membuat Jiho mau tak mau haru...