28. Rencana Keluar

42 14 3
                                    

"Jadi, gimana perasaan kamu hari ini?"

Jiho menatap dengan tatapan linglung usai mendengar pertanyaan tersebut. Secara garis besar, Jiho cukup tahu apa yang dirasakannya hari ini.

"Gapapa. Kamu boleh cerita senyamannya aja," kata Suho seraya tersenyum pada Jiho.

Jiho berdeham pelan lalu menjawab, "Saya baik-baik saja, Dokter."

"Bagus, deh kalau gitu," sahut Suho. Well, meski pada kenyataannya, Suho merasa sedih karena jawaban yang diberikan Jiho.

"Dokter, apa saya boleh tanya sesuatu?"

Suho dengan cepat menoleh menatap Jiho. Dengan tatapan berbinar, Suho langsung mengangguk dan mempersilakan Jiho untuk bertanya.

"Karena Jaehyun yang meminta untuk menginap di rumah Dokter, dan karena Jaehyun tidur di kamar yang saya tempati, Dokter tidak memberikan syarat yang aneh pada Jaehyun, 'kan?"

"Ya enggaklah!" seru Suho.

Jiho memicingkan mata menatap Suho. "Dokter bohong."

"Mana ada! Dari mananya Dokter bohong coba?"

"Itu. Dokter jika sedang berbohong pasti mengetuk-ngetuk jari telunjuk ke benda apapun," sahut Jiho. "Tadi saya lihat Dokter ada ketuk vas bunga itu."

Suho mendesah berat lalu mengacak rambutnya. Lelaki itu melepas kacamata yang dikenakan dan meletakkannya ke meja. "Memang ya ... kamu itu paham banget sama gerak-gerik Dokter," ucap Suho. Kendati demikian, Suho tersenyum bangga pada Jiho. "Kamu sama Irene, susah banget buat Dokter bohongi."

"Syarat seperti apa yang Dokter berikan?"

Suho menyeringai. "Dokter ga bisa kasih tau. Tapi yang pasti, syaratnya sepadan sama-ck. Kamu pinter banget ya mancing-mancing Dokter." Suho berdecak pelan. Usai berdiri dari duduknya, Suho beranjak menghampiri Jiho lalu mengusap rambut Jiho. "Mau cerita tentang Jaehyun?" tanya Suho. "Tentang apapun boleh. Tentang keseharian, kepribadian, atau kebiasaannya juga boleh. Atau ... tentang perasaan kamu ke Jaehyun?"

Jiho terdiam seraya mencoba mengingat kembali tentang segala hal yang dilihat Jiho pada Jaehyun. Baik keseharian, kepribadian, dan kebiasaan Jaehyun ... semuanya itu baik. Jaehyun menjalani kesehariannya dengan baik. Memiliki kepribadian yang baik, juga memiliki kebiasaan yang baik. Menurut Jiho, tidak ada hal yang buruk tentang Jaehyun.

"Perasaan saya?"

Suho mengangguk.

Jiho menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Saya tidak tahu-Dokter, saya rasa ... saya nyaman dengan Jaehyun."

Ini merupakan suatu hal yang telah diduga Suho, namun mendengar pendapat dari Jiho langsung merupakan hal yang berbeda. "Apa kamu pernah merasa kayak deg-degan gitu pas berhadapan sama Jaehyun? Atau mungkin kamu merasa gugup-"

"Dokter, itu bukannya tanda-tanda jantung bermasalah?" Jiho menginterupsi, menatap Suho dengan kernyitan yang tampak di dahinya. "Tapi selama ini, saya tidak pernah merasakan perasaan seperti itu. Jaehyun hanya membuat saya merasa nyaman dan aman."

Ah, Suho lupa. Jiho terlalu naif untuk ditanyakan pertanyaan yang seperti itu. "Iya, itu memang tanda-tanda jantung bermasalah," kata Suho seraya tersenyum. Meski sisi lain dari dirinya merasa lega usai mendengar jawaban dari Jiho. "Mau dilanjutin lagi sesinya? Dokter masih punya banyak waktu luang."

Jiho menggeleng. "Hari ini Jaehyun mengajak saya ke suatu tempat. Saya akan segera bersiap-siap untuk pergi. Terima kasih, Dokter."

"Sama-sama."

"Omong-omong, obat saya-"

"Kamu mau Dokter resepin obat?"

Jiho menggeleng cepat. "Tidak, Dokter!" serunya. "Saya rasa, saya akan baik-baik saja. Lagi pula, Dokter Irene bilang, tidak baik jika meminum obat terlalu sering."

HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang