"Jaehyun, Anda tidak akan pergi—Anda tidak akan meninggalkan saya, 'kan?"
Jaehyun menggenggam kedua tangan Jiho yang terasa dingin. Lelaki itu tersenyum. "Ya, aku ga akan pergi. Dan ga akan tinggalin kamu," ucapnya. Meski tersenyum, hatinya kini tengah menangis. Melihat Jiho yang terus menatap ke arahnya, Jaehyun kian merasa tercekik. Tatapan Jiho, juga senyuman yang dipaksakan Jiho ... semua hal itu membuat Jaehyun ingin menjaga Jiho dengan lebih baik lagi. "Udah jam tiga pagi, kamu ga mau tidur dulu? Sebentar juga gapapa."
Jiho menggeleng. Pandangannya kemudian ia alihkan ke seisi kamar yang ditempati Jaehyun.
"Di sini aman kok. Jadi gapapa," ujar Jaehyun.
Karena tidak ingin membiarkan Jiho sendirian, Jaehyun memutuskan untuk mencari letak kamera pengintai. Dan setelah menghabiskan waktu selama beberapa menit, Jaehyun berhasil menemukan kamera pengintai tersebut. Yang mana benda itu terletak di antara perlengkapan kosmetik yang berhimpitan di meja rias. Segera setelahnya, Jaehyun langsung menghancurkan benda terkutuk itu, menginjak lalu membuangnya ke tong sampah mini yang ada di dekat meja rias. Sewaktu membawa Jiho masuk ke dalam kamar yang ditempati, ia juga segera memeriksa setiap sudut ruangan tersebut. Entah memang tidak ada atau mungkin saja tidak berhasil ditemukan, namun demi ketenangan Jiho, Jaehyun sengaja mengatakan bahwa tidak ada kamera pengintai di kamarnya. Dan semoga saja itu
memang benar.Tadinya, Jaehyun berniat untuk mencoba mencari kembali andaikata Jiho terlelap. Akan tetapi hingga saat ini, Jiho seolah tidak berniat untuk terlelap.
Jaehyun menarik Jiho ke dalam dekapannya lalu mengecup pelipis Jiho sebentar. "Kamu bakalan baik-baik aja."
Dekapan Jaehyun terasa begitu hangat. Dalam dekapan Jaehyun pula, Jiho merasa aman, dan kalimat yang baru saja didengar bagai mantra yang membuat Jiho merasa yakin bahwa ia akan baik-baik saja.
❄️❄️❄️
Pada akhirnya, Jiho maupun Jaehyun, keduanya sama-sama tidak tidur semalaman. Tidak seperti biasanya, hari ini keduanya memulai sarapan dan juga beraktivitas lebih awal. Dan Jaehyun tidak habis pikir, setelah kejadian semalam ... pagi ini Jiho terlihat biasa saja. Seakan-akan apa yang terjadi semalam hanyalah sebatas mimpi buruk saja.
"Dari tadi Anda melihat saya terus. Apa ada sesuatu di wajah saya?" Jiho menyingsingkan lengan blus yang dikenakan lalu beranjak mendekati Jaehyun yang sepertinya sedang tidak ada kerjaan. Well, ini pendapat pribadi Jiho sendiri sih.
"Ada." Jaehyun menjawab sembari mengangguk.
Alis Jiho tampak tertaut. "Ah? Benarkah?" Jiho bergumam pelan. "Memangnya ada apa?"
Jaehyun menghela napas. Ia berdiri di hadapan Jiho, lalu disibaknya rambut Jiho ke belakang. "Apa masih sakit?"
Spontan, Jiho langsung mundur dan memegang leher sebelah kirinya. "S-saya ...."
"Apa masih sakit? Aku cuma tanya itu. Kamu boleh jawab ya atau enggak."
"Y-ya? Ah, maksud saya ... tidak. Ini tidak sakit. Saya baik-baik saja."
"Aku ga tanya kamu baik-baik aja atau enggak," ucap Jaehyun. "Karena aku udah tau jawabannya, dan aku juga tau jawaban apa yang bakalan kamu kasih." Jaehyun kembali memperhatikan luka sayatan yang ada di leher sebelah kiri Jiho. Ukuran lukanya tidak panjang, dan melihat lukanya yang kelihatan tak terlalu dalam, Jaehyun tidak tahu harus merasa lega atau malah sebaliknya. Jaehyun menarik Jiho ke dalam pelukannya. Diam-diam, air mata lelaki itu menetes. Dan dengan segera Jaehyun menyeka air mata yang terlanjur menetes itu.
Usai melihat luka yang ada di bagian leher Jiho, Jaehyun merasa amat terpukul. Jaehyun juga menyalahkan diri sendiri karena telah lalai, dengan menganggap bahwa Jiho sudah baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)
FanficSetelah kejadian yang dialami Jiho tiga tahun lalu, Jiho memiliki tekad kuat untuk meninggalkan dunia yang kian terasa memuakkan. Akan tetapi tekad Jiho perlahan goyah tiap kali Jiho dihadapkan dengan berbagai hal yang membuat Jiho mau tak mau haru...