Sudah lebih dari sepuluh menit Mingyu merasa ketar-ketir, hanya karena Dokter Konsulen yang tiba-tiba mengajak Mingyu untuk bertemu. Saking gugupnya, kopi hangat yang dipesan Mingyu nyaris habis. Tampaknya, Dokter Konsulennya itu sedikit pun tidak peduli dengan betapa rapuhnya perasaan Mingyu.
"Kamu kenal Jung Jaehyun?
"Y-ya?" Mingyu menatap penuh was-was. Sepertinya ada yang aneh dengan pertanyaan yang baru saja diajukan. Ah, atau mungkin telinga Mingyu yang bermasalah. "Jung ... Jaehyun? Dokter Suho tanya soal Jung Jaehyun?"
"Ya. Saya tanya soal Jung Jaehyun. Kamu kenal manusia satu itu, 'kan?"
Seketika, Mingyu merasa kesulitan untuk bernapas. Aura yang dirasakan Mingyu saat ini jauh lebih dingin, dibandingkan dengan aura sewaktu ia yang selalu dimarahi semasa koas dulu. Selama ini, belum pernah Mingyu mendengar kata-kata sejahat itu dari Dokter Suho. Manusia itu. Benar-benar dingin sekali.
"Y-ya. Saya kenal. Jaehyun teman saya," sahut Mingyu. Beberapa detik kemudian, otaknya mulai beroperasi—memikirkan berbagai alasan mengapa Dokter Suho mendadak tertarik untuk membahas soal Jung Jaehyun. Dan dari mana pula Dokter Suho mengenal Jaehyun, temannya yang muncul layaknya bulan purnama, hanya satu kali dalam sebulan. "Omong-omong, Dokter ...," Mingyu memutuskan untuk menghentikan ucapannya kala Dokter Suho menatapnya dengan tatapan tajam.
"Dia orang yang seperti apa?" tanya Dokter Suho. Lelaki berkacamata itu mencondongkan tubuhnya ke arah Mingyu lalu berujar, "Sebaiknya kamu jawab yang sejujur-jujurnya. Dari sisi negatif sampai sisi positif, satu hal pun jangan ada yang terlewati."
Bagi Mingyu, Jaehyun lebih banyak memiliki sisi negatif, dibandingkan sisi positif. Selain tampang yang lumayan dan harta yang seolah tak akan habis sampai tujuh turunan, sepertinya tidak ada hal yang lebih positif dari itu. Ya ... itu menurut Mingyu sih. Tapi, sebentar—andai Mingyu mengungkapkan sifat asli Jaehyun, bukankah itu hal yang tidak pantas? Hati nurani Mingyu sebagai manusia sekaligus temannya Jaehyun, merasa amat enggan untuk membongkar segala hal yang menyangkut dengan Jaehyun.
"Ya, saya memang tidak bisa memberhentikan kamu. Tapi saya memiliki cukup kuasa untuk—"
"Jaehyun baik, Dokter," interupsi Mingyu.
"Saya tidak butuh jawaban klise seperti itu. Baik, tampan, kaya ... yang saya butuhkan, kepribadiannya bagaimana. Kehidupannya sehari-hari bagaimana. Masa lalunya seperti apa."
Mingyu menarik napas dalam-dalam lalu menghembusnya perlahan. Mingyu tidak menyangka, hubungan pertemanannya dengan Jaehyun diuji oleh Dokter Konsulen, bukannya oleh perempuan ataupun harta. "Setahu saya, Jaehyun itu tipe yang ga banyak bicara. Susah untuk diajak bercanda juga. Chat sama telepon dari saya, udah dari satu minggu yang lalu sampai sekarang ga dibalas. Udah agak lama juga saya ga ketemu Jaehyun. Terakhir kali saya lihat, kayaknya Jaehyun lagi banyak masalah. Ya wajar sih, soalnya ka—eh, maaf, Dokter. Saya keterusan."
Dokter Suho menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi lalu bersedekap. "Tidak ada satu hal pun yang positif soal anak itu ya," ujarnya.
"Sebenarnya, Dokter ... Jaehyun punya banyak sisi positif. Tapi di mata saya, semua sisi positif itu kelihatan negatif."
"Maaf, saya telat."
Mingyu spontan menoleh. Sementara Dokter Suho terlihat biasa saja. Namun sewaktu melihat kondisi Jaehyun saat ini, Dokter Suho tampak cukup terkejut.
"Adu jotos sama siapa kamu?"
Jaehyun mendesah pelan. Ia lupa untuk membersihkan luka di wajahnya terlebih dahulu.
Sedangkan Mingyu, begitu melihat kondisi Jaehyun, ia sudah dapat menebak bahwa pelakunya pasti Kakek. Dalam hati, Mingyu terus menghujat Kakek yang meskipun sudah tua, masih saja bersikap kasar pada cucunya sendiri.
"Kamu boleh pergi," ucap Suho pada Mingyu.
"Saya, Dok?"
Suho mengangguk.
Tanpa bertanya alasan mengapa Suho mengusirnya, Mingyu segera beranjak. Namun panggilan dari Suho membuat Mingyu berbalik.
"Apa Jaehyun punya pacar? Atau ada perempuan yang dia suka?"
Jaehyun terperangah. Tidak disangka, Suho menganggapnya bagai makhluk tak kasat mata.
Bukan pacar, tapi tunangan. Mingyu berniat menjawab begitu. Namun firasatnya mengatakan, jawaban seperti itu bukan jawaban yang tepat. Setidaknya begitu untuk saat ini. "Enggak, Dok. Selama saya temenan sama Jaehyun, saya ga pernah liat Jaehyun dekat sama perempuan manapun," sahut Mingyu. "Kecuali sama satu orang, pas masih SMA."
Tidak hanya Suho, Jaehyun pun ikut membelalak. Sementara Mingyu, lelaki itu langsung memaki dirinya sendiri di dalam hati. Bagaimana bisa ia keceplosan soal itu? Apalagi, Mingyu sendiri tahu bahwa Kim Jiho itu pasiennya Suho.
"Siapa?" Suho bertanya pada Mingyu. Namun tatapannya yang tajam itu seolah tertancap pada Jaehyun.
"Kim—maaf banget, Dokter. Daripada tanya sama saya, tanya sama orangnya aja langsung," ucap Mingyu seraya menepuk-nepuk pundak Jaehyun. Seolah tengah memamerkan keberadaan Jaehyun pada Suho. "Saya cuma ahli ngomongin orang di belakang. Kalau di depan, enggak dulu deh, Dokter. Maaf banget, Dokter. Saya permisi dulu." Tanpa menunggu persetujuan dari Suho, Mingyu segera bergegas keluar Restoran dengan langkah yang begitu cepat.
Suho menghela napasnya. "Saya anggap orang yang kamu suka pas masih SMA itu sebagai masa lalu. Jadi saya ga akan tanya—ck." Suho berdecak. Ingin rasanya Suho memarahi Jaehyun habis-habisan, namun melihat wajah Jaehyun yang dipenuhi memar itu malah membuat Suho merasa iba. "Kata Jiho, kamu juga tau soal itu."
Jaehyun menautkan alis menatap Suho.
"Soal pelecehan itu," kata Suho. "Karena yang tau soal ini cuma kita berdua—istri saya juga, jadi ... apa yang bakalan kamu lakuin?"
Jaehyun terdiam sebentar. "Sebenarnya, saya udah coba lakuin sesuatu. Tapi, saya ga tahu pasti itu bakalan benar-benar berpengaruh atau enggak."
Suho mengangguk beberapa kali. "Sedekat apa kamu sama Jiho? Apa kamu tau makanan kesukaannya apa? Kebiasaannya gimana?" Meski tidak langsung mendengar jawaban dari Jaehyun, Suho entah mengapa merasa bahwa hubungan antara Jaehyun dan Jiho itu cukup dekat. Bahkan mungkin saja, Jaehyun dan Jiho tinggal di bawah atap yang sama. "Ga usah dijawab," celetuk Suho.
Lagi, Jaehyun terperangah dengan sikap Suho. Padahal, Jaehyun sudah begitu siap untuk menjawab pertanyaan yang diajukan barusan.
"Selain sebagai dokternya, saya juga bertanggung jawab atas segala hal yang dialami Jiho. Saya ga butuh janji-janji yang ga bermutu. Saya cuma butuh bukti. Kalau kamu beneran suka sama Jiho, buktikan. Dan kalau terjadi hal yang buruk ke Jiho gara-gara kamu, apa yang bisa kamu korbankan?"
Dari awal, Jaehyun sudah menduga. Suho, dokter yang telah merawat Jiho selama ini bukanlah lawan yang mudah. Sepertinya, untuk mendapatkan Jiho, Jaehyun harus berusaha mati-matian dan merelakan banyak hal.
"Sebelum itu, karena sekarang cuma kamu yang dekat sama Jiho ... kamu harus melakukan beberapa hal."
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)
FanficSetelah kejadian yang dialami Jiho tiga tahun lalu, Jiho memiliki tekad kuat untuk meninggalkan dunia yang kian terasa memuakkan. Akan tetapi tekad Jiho perlahan goyah tiap kali Jiho dihadapkan dengan berbagai hal yang membuat Jiho mau tak mau haru...