34. Obrolan Antara Jaehyun Dengan Mama

28 10 1
                                    

"Ma, capek ...," Jaehyun berujar lirih usai menjatuhkan dirinya dalam pelukan sang Mama.

"Setelah menghilang selama berbulan-bulan, tanpa kabar apapun, sekarang kamu malah bilang capek," cibir Mama.

Jaehyun melepas pelukannya, menatap Mama yang sudah lama tak ditemuinya itu dengan tatapan rindu.

"Rupanya kamu beneran capek," ujar Mama setelah menyadari betapa berantakannya penampilan Jaehyun sekarang. "Pipi kamu memar begini, apa ini ulah Kakek lagi?"

Jaehyun menggeleng pelan.

"Bohong. Ini pasti ulah—"

"Enggak, Ma. Serius," interupsi Jaehyun. Ia menggenggam erat tangan Mama seraya tersenyum menenangkan. "Kali ini beneran bukan karena Kakek."

"Jadi ulah siapa?"

Jaehyun terdiam. Sangat tidak mungkin Jaehyun membeberkan bahwa Jaehyun mendapat pukulan dari Om Yejun. "Anggap aja ini bentuk dari kenakalan remaja yang tertunda, Ma," sahut Jaehyun, lalu terkekeh pelan.

Mama menghela napas mendengar jawaban konyol dari anak bungsunya itu. "Kakek bilang, kamu punya perempuan lain. Karena itu kamu sengaja kabur dari rumah. Yerin juga bilang, kalau kamu lagi dekat sama perempuan lain. Perempuan itu ... siapa?"

"Rupanya cepat juga ya gosipnya tersebar," ujar Jaehyun. "Nanti, suatu saat nanti mungkin bakalan Jaehyun kenalin ke Mama."

"Mungkin?" Mama menautkan alis menatap Jaehyun. "Kenapa kesannya cuma kamu yang suka sama dia?" tanya Mama. "Padahal anak Mama sebaik dan sesempurna ini ... tapi kenapa bisa ada yang ga suka? Mama ga heran kalau perempuannya itu Yoobin, tapi kalau perempuan lain ... gimana bisa?"

Jaehyun tertawa. Bahkan matanya pun tampak menyipit, dan lesung pipit di wajahnya kian tercetak dengan jelas. "Ma, saya bukan lagi anak kecil. Jadi kalau mau muji, sewajarnya aja. Kalau berlebihan gitu, satu manusia pun ga percaya," ujar Jaehyun. "Lagian, kami masih dalam proses kenalan. Jadi, menyerah terlalu awal itu bukan prinsip yang Mama ajarin selama bertahun-tahun, 'kan?"

"Benar juga." Mama mengangguk. "Kalau begitu, kamu harus berjuang lebih keras lagi. Kalau peluangnya udah 75%, jangan lupa kenalin ke Mama."

"Siap, Ma!" seru Jaehyun.

"Ehm, kamu ... ga akan pergi lagi, 'kan?"

"Rencananya sih, habis ini saya mau pergi lagi."

"Lagi?!" Mama memekik. "Memangnya kamu mau pergi ke mana?"

"Soal itu ... rahasia," jawab Jaehyun seraya memamerkan senyum tengilnya pada Mama.

"Sebelum pergi, mau ketemu papamu dulu?"

Jaehyun terdiam. Papa ... apa Jaehyun harus bertemu dengan Papa di hari yang seperti ini?

Ini sudah dua hari semenjak Jiho selesai dioperasi. Dan hingga hari ini, Jiho masih dalam keadaan koma.

Meski tidak ingin, Jaehyun tetap memikirkan variabel yang mungkin saja terjadi. Di antara semuanya itu, Jaehyun paling tidak siap jika harus kehilangan Jiho.

Demi menjauhkan prasangka buruknya itu, Jaehyun terpaksa harus bertemu dengan mamanya sebentar. Karena itulah, Jaehyun memutuskan untuk kembali pulang ke rumah yang sudah lama tidak didatangi olehnya.

"Kenapa Mama mau bertahan sama Papa?"

Pertanyaan tersebut, merupakan pertanyaan yang sudah cukup lama ingin ditanyakan Jaehyun pada sang Mama. Jaehyun kira, ia dapat menahan diri untuk tidak mengajukan pertanyaan yang amat menyinggung itu.

"Kenapa Mama harus bertahan di keluarga yang kayak gini? Saya tau kalau Mama ga pernah diperlakukan dengan baik. Cuma karena Mama ...." Jaehyun menghela napas pelan. Ia mengalihkan pandangan sebentar lalu memilih untuk duduk di sofa ruang pribadi milik Mama.

HURT; (Don't) Make Me Feel Better (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang